Operasi Yustisi COVID-19 gencar dilaksanakan saat ini di wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga, Sumatera Utara. Hal itu dilakukan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan khususnya tidak lupa menggunakan masker saat bepergian.

Razia ini digelar di beberapa lokasi di kedua daerah yang melibatkan aparat dari berbagai kesatuan termasuk dari tim kesehatan.
Dan salah satu lokasi yang sering digelar razia, adalah di depan kantor Kodim 0211/TT, dan juga diperbatasan antara Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah, atau lebih tepatnya di Jalan Sisingamangaraja.

Baca juga: 548 ribu anak Indonesia telah menerima vaksin COVID-19

Poin utama dari razia ini adalah pemakaian masker. Siapa saja pengguna jalan yang tidak menggunakan masker pasti mendapat sanksi dari petugas razia.
Melihat banyaknya pengguna jalan yang terjaring karena tidak memakai masker, atau maskernya lupa dibawa, membuat warga sekitar memanfaatkan peluang itu untuk menjual masker dadakan.

Hasil amatan media ini, awalnya penjual masker dadakan jumlahnya sedikit, namun belakangan ini jumlahnya semakin banyak. Bahkan saat razia digelar, di sepanjang Jalan Padangsidimpuan-Pandan sampai dengan Jalan Sisingamangaraja Sibolga, arah Kodim 0211/TT, ramai penjual masker.
 
Razia Yustisi COVID-19 yang digelar di perbatasan Kota Sibolga dengan Kabupaten Tapanuli Tengah. Razia prokes ini dimanfaatkan warga sekitar untuk berjualan masker dadakan, salah satunya Masriani (55). (ANTARA/Jason)

Dari hasil penelurusan ANTARA, diperoleh informasi bahwa untung menjual masker ini lumayan membantu, apalagi di situasi ekonomi saat ini.

Masriani (55) salah seorang penjual masker dadakan yang ditemui ANTARA, baru-baru ini saat razia Yustisi COVID-19
dilaksanakan, mengakui, bahwa untung dari jualan masker lumayan. Dia mampu menjual 1-2 kotak masker yang berisikan 50 masker per kotaknya.

“Untung dari satu kotak masker biasa Rp75.000. Jadi kalau habis 2 kotak, bisalah membawa uang Rp150.000 ke rumah,” akunya sembari menawarkan masker kepada pengguna jalan.

Diakui ibu 4 orang anak ini, dirinya ikut menjual masker dadakan karena memang saban hari dia jualan cendol bersama suaminya di pinggir Jalan Padangsidimpuan-Sarudik, atau dekat perbatasan Kota Sibolga-Tapanuli Tengah.

Karena melihat sering razia, dan banyak pengguna jalan tidak menggunakan masker, dia tertarik untuk menjual masker.

“Awal-awal razia, hanya beberapa orang kami yang jualan masker dadakan ini. Mungkin karena dilihat ramai, sehingga warga sekitar termasuk anak-anaknya ikut jualan masker. Bagi saya sendiri tidak ada masalah kalau banyak yang jualan, namanya juga usaha dan mencari rezeki,” ucapnya polos.

Ada pun harga masker yang dijual Masriani bervariasi, tergantung jenis maskernya. Untuk harga masker yang warna hitam dijual Rp2.000 per buah. Untuk masker yang biasa Rp5.000 tiga biji. Dan rata-rata yang paling banyak dibeli masker yang biasa.

Agar mendapatkan harga masker yang lebih murah, ia membelinya secara online.
“Anak saya yang mesan lewat online, karena lebih murah dari harga di apotik. Kalau di online masker biasa ini hanya Rp20.000 per kotak. Sedangkan yang hitam Rp25.000,” bebernya.

Terkait razia Yustisi COVID-19 yang sering digelar, ia mengakui banyak masyarakat yang kaget, dikira razia surat-surat kendaraan. Namun sejak adanya penjual masker dadakan di pinggir jalan, mereka tau bahwa itu adalah razia masker.
 
Masriani (55) saat menjajalkan masker kepada pengguna jalan saat Razia Yustisi COVID-19 digelar di perbatasan Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, baru-baru ini. (ANTARA/Jason)


“Banyak juga yang kaget, dikira razia surat-surat kendaraan. Terus kita jelasin bahwa itu adalah razia masker. Kalau mereka pas gak pakai masker kita tawari langsung. Begitulah cara kerja kami,” ucapnya.

Sedangkan terkait jadwal razia, istri dari M Sitanggang ini mengaku, tergantung tim razia.
“Biasanya kalau mau razia, dipasang dulu plang pemberitahuan. Nah, kalau plang itu sudah dipasang, kita pun langsung bergerak menjajalkan masker,” ungkapnya.

Walapun Masriani mendapat tambahan rezeki lewat jual masker dadakan, ia tetap berharap agar COVID-19 ini cepat berlalu.
“Memang ada rezeki tambahan yang kita dapat, tetapi kita tetap berharap dan memohon kepada Tuhan agar pandemi ini cepat belalu, biar bisa tenang mencari nafkah,” pintanya.

Sementara itu menurut Risma pengguna jalan yang tidak mengenakan masker, mengatakan, bahwa maskernya kelupaan dibawa.
“Lupa aja bawanya. Pas ada razia seperti ini, barulah ingat. Tapi untung juga banyak yang jual masker di pinggir jalan, sehingga gak repot nyarinya,” kata Risma Sinaga (23).

Berbeda dengan pengakuan Ramli (42), ia selalu mengenakan masker jika bepergian. Dia juga mendukung razia yang dilakukan tim gabungan gugus tugas COVID-19 kedua daerah, agar masyarakat patuh.

“Saya setiap hari melintas dari daerah ini, dan selalu ada yang terjaring razia. Artinya, kesadaran masyarakat untuk memakai masker belum maksimal. Marilah kita patuh akan prokes COVID-19 ini demi kesehatan kita bersama,” imbuhnya.

Sementara itu bagi masyarakat pengguna jalan yang terjaring razia mendapat hukuman, mulai dari tindakan displin, push up, dan teguran.
Razia Yustisi COVID-19 ini menurut tim gugus tugas kedua daerah terus digelar, sekaligus sebagai bentuk imbauan kepada masyarakat agar tidak lupa mematuhi prokes, dan memakai masker di saat keluar rumah.
 


 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021