Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengadakan kegiatan Literasi Digital di Samsosir secara daring untuk mengedukasi dan mewujudkan masyarakat agar paham akan literasi digital secara lebih mendalam.

Dalam acara tersebut tampil sebagai Keynote Speaker, Bupati Kabupaten Samosir yaitu  Vandiko T. Gultom, ST. 

Ia dalam kesemeptan itu mengatakan tujuan Literasi Digital adalah agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing masing  oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Baca juga: Gubernur Sumut minta masyarakat cakap menggunakan teknologi digital

Sementara CEO ASC Group – RTIK Indonesia, Wisnu Ponco menjelaskan mesin pencari atau search engine adalah website yang mengumpulkan dan mengorganisir konten dari seluruh bagian internet untuk dapat ditelusuri oleh penggunanya. 

Cara kerja adalah menggunakan program yang sering disebut dengan istilah spiders, robots, atau crawlers untuk mencari konten dari seluruh sudut internet. 

Google mengontrol 64% pasar mesin pencarian. Ini menjadikan Google jauh lebih besar jika dibanding dengan competitor, sementara yang terebsar ke dua (di Amerika) adalah Bing 20% dan selanjutnya Yahoo 12%.

Terakhir Wisnu memberikan tips pencarian informasi di mesin pencari antara lain gunakan keyword, gunakan tanda minus (-) untuk menyaring hasil pencarian, gunakan tanda petik (“)  untuk mencari secara tepat, gunakan simbol titik dua (:) untuk filter hasil pencarian, tanda bintang (*): mencari kata yang hilang.   

Pengurus Relawan TIK & Wakil Ketua III STMIK Primakara I Gede Putu Krisna Juliharta dalam webiner itu menjelaskan ada dua jenis wareless yaitu Cellular-based wireless data solutions (mempergunakan saluran komunikasi cellular/pager yang sudah ada untuk mengirimkan data, dan Wireless LAN (WLAN) solutions yakni Hubungan wireless dalam lingkup area yang  terbatas, biasanya 10 s/d 300 meter dari base station ke Access Point (AP).

Untuk masalah keamanan, menurut I Gede antara lain Pencurian fisik (perangkat wireless yang biasanya kecil ukurannya) & data, wardriving,  penyadapan, man-in-the-middle attack, passive attack, dan wireless cracking. 

Ada tiga resiko untuk wifi publik yaitu packet sniffing, man in the middle attack dan malicious wifi hot spot. 

Sebagai pengamanan wireless, I Gede menyebutkan Segementasi jaringan. Masukkan wireless ke sisi extranet, pembatasan akses berdasarkan MAC address dan encryption: WEP (Wireless Equivalency Protocol), serta Penggunaan end-to-end encryption pada level aplikasi. 

 

Pewarta: Rilis

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021