Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Kota Tanjungbalai menilai Kapolres AKBP Putu Yudha Prawira gagal berkomunikasi dengan masyarakat setempat, khususnya dengan kalangan aktivis dan pemuda.
Penilaian itu dinyatakan Ketua MD KAHMI Tanjungbalai, H. Ucok Foufdy, Senin (17/5), menanggapi aksi demo massa Aliansi Aktivis Tanjungbalai Bersatu pada Kamis (17/5) terkait pernyataan Kapolres yang dimuat media online yang disimpulkan sebagai sikap rasis yang tak patut disampaikan seorang perwira Polri.
"Didemo aktivis mahasiswa dan pemuda adalah bukti kegagalan Kapolres (Putu) menciptakan Kamtibmas di wilayah hukumnya. Itu (didemo) sangat memalukan dan patut dievaluasi Kapolri," kata Ucok Roufdy.
Ia melanjutkan, jika menelusuri jejak Kapolres Tanjungbalai sebelumnya seperti Kombes Ayeb Wahyu Gunawan, Kombes Tri Setyadi Artono dan AKBP Irfan Rifai merupakan perwira Polri yang humanis dan bersahabat dengan semua kalangan. Sikap Putu dinilai sangat bertolak belakang dengan senior-seniornya.
"Sewaktu bertugas di Tanjungbalai Pak Ayeb, Tri dan Irfan dikenal dekat dengan semua kalangan termasuk aktivis mahasiswa dan pemuda. Saat ini sudah layak kalau Kapolri menghadirkan Kapolres yang bisa bermasyarakat dan memahami kultur atau budaya masyarakat Kota Tanjungbalai," ungkap Ucok Roufdy.
Sebagaimana diinformasikan, sebelumnya puluhan aktivis mahasiswa dan pemuda melakukan unjuk rasa ke Mapolres Tanjungbalai dan menyesalkan pernyataan Kapolres AKBP Putu Yudha Prawira yang dinilai rasis karena membandingkan budaya orang Bali dan Tanjungbalai sebagaimana ulasan wartawan di salah satu media online.
Di hadapan pengunjuk rasa, Kapolres AKBP Putu Yudha Prawira menegaskan bahwa berita itu adalah opini wartawan bersangkutan.
"Silakan pahami isi berita. Itu opini wartawan, saya tidak pernah membanding-bandingkan budaya satu dengan yang lain, dan tidak pernah memberikan keterangan resmi kepada wartawan tersebut," ujar Putu yang mengaku bahwa wartawan penulis berita adalah sahabatnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Penilaian itu dinyatakan Ketua MD KAHMI Tanjungbalai, H. Ucok Foufdy, Senin (17/5), menanggapi aksi demo massa Aliansi Aktivis Tanjungbalai Bersatu pada Kamis (17/5) terkait pernyataan Kapolres yang dimuat media online yang disimpulkan sebagai sikap rasis yang tak patut disampaikan seorang perwira Polri.
"Didemo aktivis mahasiswa dan pemuda adalah bukti kegagalan Kapolres (Putu) menciptakan Kamtibmas di wilayah hukumnya. Itu (didemo) sangat memalukan dan patut dievaluasi Kapolri," kata Ucok Roufdy.
Ia melanjutkan, jika menelusuri jejak Kapolres Tanjungbalai sebelumnya seperti Kombes Ayeb Wahyu Gunawan, Kombes Tri Setyadi Artono dan AKBP Irfan Rifai merupakan perwira Polri yang humanis dan bersahabat dengan semua kalangan. Sikap Putu dinilai sangat bertolak belakang dengan senior-seniornya.
"Sewaktu bertugas di Tanjungbalai Pak Ayeb, Tri dan Irfan dikenal dekat dengan semua kalangan termasuk aktivis mahasiswa dan pemuda. Saat ini sudah layak kalau Kapolri menghadirkan Kapolres yang bisa bermasyarakat dan memahami kultur atau budaya masyarakat Kota Tanjungbalai," ungkap Ucok Roufdy.
Sebagaimana diinformasikan, sebelumnya puluhan aktivis mahasiswa dan pemuda melakukan unjuk rasa ke Mapolres Tanjungbalai dan menyesalkan pernyataan Kapolres AKBP Putu Yudha Prawira yang dinilai rasis karena membandingkan budaya orang Bali dan Tanjungbalai sebagaimana ulasan wartawan di salah satu media online.
Di hadapan pengunjuk rasa, Kapolres AKBP Putu Yudha Prawira menegaskan bahwa berita itu adalah opini wartawan bersangkutan.
"Silakan pahami isi berita. Itu opini wartawan, saya tidak pernah membanding-bandingkan budaya satu dengan yang lain, dan tidak pernah memberikan keterangan resmi kepada wartawan tersebut," ujar Putu yang mengaku bahwa wartawan penulis berita adalah sahabatnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021