Ir Soekarno, Presiden Republik-Indonesia (RI) pertama dalam pidatonya pada HUT RI 17 Agustus 1966 mengatakan "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" yang terkenal dengan semboyan Jasmerah.
Budi P. Hatees, Penulis Buku Sahala, Sipirok Dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik (1946-1949) menyatakan, sejarah itu cukup penting. "Belajar sejarah, memungkinkan manusia zaman sekarang tahu akan kesalahan, keberhasilan, kelebihan, kelemahan, kekurangan manusia pada masa silam agar menjadi tolak ukur di masa sekarang dan masa akan datang," katanya, di Sipirok, Rabu (11/11).
Buku Sahala, Sipirok Dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik (1946-1949), karya Budi pada Selasa, (10/11) sudah diluncurkan bersamaan momen Hari Pahlawan 10 November 2020. Peluncuran Buku Sahala ini, di Gedung Serbaguna, Desa Simaninggir, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, sembari digelarnya diskusi bertema “Menggali Kepahlawanan Sahala Muda Pakpahan Sebagai Inspirasi Generasi Mileneal”.
Baca juga: Besok, Buku Sahala, "Sipirok Dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik" diluncurkan, FPPSN manfaatkan momen Hari Pahlawan
Wakil Bupati Tapanuli Selaran Aswin Efendi Siregar dan Keluarga Sahala Muda Pakpahan juga hadir pada diskusi yang menghadirkan pembicara Erwin Siregar, Ketua Program Studi Sejarah di Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Ardi Yunus Siregar selaku Ketua Dewan Pembina Forum Pemuda Perduli Sipirok Narobi, Budi P. Hatees selaku penulis buku, dimoderatori oleh Abdullah Rosidin Siregar, salah seorang pengurus FPPSN.
Budi selaku penulis menjelaskan bahwa penulisan buku tentang Sahala Muda Pakpahan ini bertujuan mengangkat kembali tokoh-tokoh daerah agar tidak dilupakan oleh generasi milenial saat ini. “Generasi muda kita tidak lagi mengenal Sahala Muda Pakpahan, konon lagi mengharapkan generasi muda perduli dengan sejarah yang pernah terjadi di lingkungannya,” katanya.
Sebab itu, lanjut Budi, harus ada upaya kontinyu untuk mengangkat tokoh-tokoh daerah dari Sipirok agar dikenal kembali oleh generasi muda. “Generasi muda tidak tahu bahwa orang-orang Sipirok di masa lalu memiliki kontribusi yang luar biasa terhadap bangsa dan negara. Mereka harus diberitahu soal itu agar memiliki kecintaan terhadap daerahnya,” katanya.
Sementara Erwin Siregar, M.Pd mengingatkan pentingnya sejarah bagi generasi muda saat ini. Salah satu sejarah itu, kata Erwin, berkaitan dengan tokoh-tokoh daerah yang pernah lahir di Sipirok dan memberi kontribusi besar terhadap bangsa dan negara. “Sahala Muda Pakpahan salah satunya. Beliau punya andil besar dalam menghentikan aggresi militer Belanda untuk menghancurkan Republik Indonesia,” katanya.
Erwin Siregar selaku akademisi, menjelaskan ada sejumlah daerah di Indonesia yang tidak memiliki tokoh untuk dijadikan pahlawan atau figur yang menginspirasi masyarakatnya. Lantaran ketidakadaan tokoh tersebut, lanjut Erwin, daerah-daerah itu melakukan penelitian khusus untuk mencari tokoh dan real mengeluarkan banyak dana.
“Sipirok sudah memiliki banyak tokoh dan tidak perlu lagi dilakukan penelitian, sayangnya masyarakat kurang mengenali tokoh mereka. Dengan penerbitan buku tentang Sahala Muda Pakpahan ini, upaya untuk mengembalikan ingatan masyarakat akan menemukan jalan yang baik,” katanya.
Sementara Ardi Yunus Siregar berharap peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum bagi generasi muda di Sipirok-Narobi untuk lebih giat berjuang dalam kehidupannya. “Jangan jadi generasi muda penggerutu, teruslah berbuat. Lakukan apa yang bisa Kalian lakukan,” katanya.
Pernah mengeluarkan sertifikat atas nama pemerintah Republik Indonesia yang menegaskan bahwa Sahala Muda Pakpahan adalah Pahlawan Nasional dari Kesatuan Infantri Mobile dengan pangkat terakhir sebagai Letnan.
Di dalam sertifikat yang diberikan kepada Mangibuli Pakpahan, adik sepupu Sahala Muda Pakpahan, disebutkan bahwa Sahala Muda Pakpahan gugur dalam perjuangan melawan Belanda yang ingin menjajah Republik Indonesia dengan melakukan agresi militer ke wilayah Sipirok.
"Saya menyimpan sertifikat ini," kata Parulian Pakpahan, anak dari Mangibuli Pakpahan, saat menghadiri acara Peluncuran Buku dan Diskusi tentang Kepahlawanan Sahala Muda Pakpahan yang digelar Forum Pemuda Peduli Sipirok Narobi (FPPSN) tersebut.
"Saya menyerahkan sertifikat ini kepada FPPSN yang sedang berjuang mengusulkan agar Sahala Muda Pakpahan dinobatkan pemerintah menjadi Pahlawan Nasional," ungkapnya ditengah diskusi.
Parulian Pakpahan kelahiran 1972 adalah anak pejuang nasional. Orang tuanya berjuang bersama Sahala Muda Pakpahan dalam front milisi Sipirok yang dikenal sebagai Angkatan Gerilya Sipirok (AGS). Almarhum orang tuanya diangkat pemerintah Republik Indonesia sebagai anggota Leguin Veteran Republik Indonesia (LVRI).
"Sebagai anak veteran, saya disekolahkan pemerintah. Biaya sekolah saya sejak SMA digratiskan," kata Parulian yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan tinggal di Desa Panggulangan.
Parulian Pakpahan datang ke acara bersama Amaran Pakpahan. Amrun Pakpahan masih sepupu dari Parulian Pakpahan, dan dia tinggal di Riau. Dia mengaku, sengaja datang dari Riau untuk menghadri acara yang digelar FPPSN dalam rangka peringatan Hari Pahlawan Nasional.
"Saya apresiasi acara ini. Kenanglah Sahala Muda Pakpahan sebagai pahlawan nasional, dan jangan lupakan jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara," katanya.
Dia berharap, figur Sahala Muda Pakpahan sebagai anak muda yang pemberani dan jujur, bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda di Sipirok Narobi. Kata dia, Sahala Muda Pakpahan gugur dalam usia 23 tahun, dan dia berjuang mengangkat senjata melawan Belanda dalam usia muda.
"Dia pernah menikah, tetapi hanya beberapa bulan. Situasi perang membuatnya menyuruh istrinya kembali ke kampung halamannya. Dia tidak ingin konsentrasinya dalam berjuang melawan Belanda akan pecah karena harus menjaga keluarganya," katanya.
Amaran Pakpahan menambahkan, sebagai seorang pejuang, Sahala Muda Pakpahan sangat memperdulikan nasib rakyat. Dia melakukan perlawanan terhadap Belanda sambil memikirkan agar rakyat tidak ikut jadi korban dalam peperangan, makanya Sahala Muda Pakpahan memilih perang gerilya.
Dalam kata sambutannya, Wakil Bupati Tapsel Aswin Efendi Siregar mengatakan, Sipirok sebagai ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan, memiliki sejarah yang bagus dalam melahirkan tokoh-tokoh nasional. "Sahala Muda Pakpahan salah satunya. Dia seorang pejuang yang gigih dan berani melawan Belanda," katanya.
Kata Aswin, sudah seharusnya masyarakat Sipirok mengenang jasa-jasa para pahlawannya dengan mengusulkan agar pemerintah menobatkan para pejuang itu sebagai pahlawan nasional.
"Sahala Muda Pakpahan sudah seharusnya jadi pahlawan nasional. Pemerintah daerah mendukung upaya ini. Bahkan, Bupati Tapanuli Selatan sudah pernah terlibat mendukung salah seorang putra Sipirok jadi pahlawan nasional yaitu Lafran Pane, pendiri HMI," katanya.
Di akhir acara, Wakil Bupati Tapsel Aswin Efendy Siregar, menyerahkan buku Sahala, Sipirok dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik (1946-1949) karya Budi P Hatees kepada Parulian Pakpahan dan Amaran Pakpahan, keduanya ahli waris Sahala Muda Pakpahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Budi P. Hatees, Penulis Buku Sahala, Sipirok Dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik (1946-1949) menyatakan, sejarah itu cukup penting. "Belajar sejarah, memungkinkan manusia zaman sekarang tahu akan kesalahan, keberhasilan, kelebihan, kelemahan, kekurangan manusia pada masa silam agar menjadi tolak ukur di masa sekarang dan masa akan datang," katanya, di Sipirok, Rabu (11/11).
Buku Sahala, Sipirok Dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik (1946-1949), karya Budi pada Selasa, (10/11) sudah diluncurkan bersamaan momen Hari Pahlawan 10 November 2020. Peluncuran Buku Sahala ini, di Gedung Serbaguna, Desa Simaninggir, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, sembari digelarnya diskusi bertema “Menggali Kepahlawanan Sahala Muda Pakpahan Sebagai Inspirasi Generasi Mileneal”.
Baca juga: Besok, Buku Sahala, "Sipirok Dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik" diluncurkan, FPPSN manfaatkan momen Hari Pahlawan
Wakil Bupati Tapanuli Selaran Aswin Efendi Siregar dan Keluarga Sahala Muda Pakpahan juga hadir pada diskusi yang menghadirkan pembicara Erwin Siregar, Ketua Program Studi Sejarah di Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Ardi Yunus Siregar selaku Ketua Dewan Pembina Forum Pemuda Perduli Sipirok Narobi, Budi P. Hatees selaku penulis buku, dimoderatori oleh Abdullah Rosidin Siregar, salah seorang pengurus FPPSN.
Budi selaku penulis menjelaskan bahwa penulisan buku tentang Sahala Muda Pakpahan ini bertujuan mengangkat kembali tokoh-tokoh daerah agar tidak dilupakan oleh generasi milenial saat ini. “Generasi muda kita tidak lagi mengenal Sahala Muda Pakpahan, konon lagi mengharapkan generasi muda perduli dengan sejarah yang pernah terjadi di lingkungannya,” katanya.
Sebab itu, lanjut Budi, harus ada upaya kontinyu untuk mengangkat tokoh-tokoh daerah dari Sipirok agar dikenal kembali oleh generasi muda. “Generasi muda tidak tahu bahwa orang-orang Sipirok di masa lalu memiliki kontribusi yang luar biasa terhadap bangsa dan negara. Mereka harus diberitahu soal itu agar memiliki kecintaan terhadap daerahnya,” katanya.
Sementara Erwin Siregar, M.Pd mengingatkan pentingnya sejarah bagi generasi muda saat ini. Salah satu sejarah itu, kata Erwin, berkaitan dengan tokoh-tokoh daerah yang pernah lahir di Sipirok dan memberi kontribusi besar terhadap bangsa dan negara. “Sahala Muda Pakpahan salah satunya. Beliau punya andil besar dalam menghentikan aggresi militer Belanda untuk menghancurkan Republik Indonesia,” katanya.
Erwin Siregar selaku akademisi, menjelaskan ada sejumlah daerah di Indonesia yang tidak memiliki tokoh untuk dijadikan pahlawan atau figur yang menginspirasi masyarakatnya. Lantaran ketidakadaan tokoh tersebut, lanjut Erwin, daerah-daerah itu melakukan penelitian khusus untuk mencari tokoh dan real mengeluarkan banyak dana.
“Sipirok sudah memiliki banyak tokoh dan tidak perlu lagi dilakukan penelitian, sayangnya masyarakat kurang mengenali tokoh mereka. Dengan penerbitan buku tentang Sahala Muda Pakpahan ini, upaya untuk mengembalikan ingatan masyarakat akan menemukan jalan yang baik,” katanya.
Sementara Ardi Yunus Siregar berharap peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum bagi generasi muda di Sipirok-Narobi untuk lebih giat berjuang dalam kehidupannya. “Jangan jadi generasi muda penggerutu, teruslah berbuat. Lakukan apa yang bisa Kalian lakukan,” katanya.
Pernah mengeluarkan sertifikat atas nama pemerintah Republik Indonesia yang menegaskan bahwa Sahala Muda Pakpahan adalah Pahlawan Nasional dari Kesatuan Infantri Mobile dengan pangkat terakhir sebagai Letnan.
Di dalam sertifikat yang diberikan kepada Mangibuli Pakpahan, adik sepupu Sahala Muda Pakpahan, disebutkan bahwa Sahala Muda Pakpahan gugur dalam perjuangan melawan Belanda yang ingin menjajah Republik Indonesia dengan melakukan agresi militer ke wilayah Sipirok.
"Saya menyimpan sertifikat ini," kata Parulian Pakpahan, anak dari Mangibuli Pakpahan, saat menghadiri acara Peluncuran Buku dan Diskusi tentang Kepahlawanan Sahala Muda Pakpahan yang digelar Forum Pemuda Peduli Sipirok Narobi (FPPSN) tersebut.
"Saya menyerahkan sertifikat ini kepada FPPSN yang sedang berjuang mengusulkan agar Sahala Muda Pakpahan dinobatkan pemerintah menjadi Pahlawan Nasional," ungkapnya ditengah diskusi.
Parulian Pakpahan kelahiran 1972 adalah anak pejuang nasional. Orang tuanya berjuang bersama Sahala Muda Pakpahan dalam front milisi Sipirok yang dikenal sebagai Angkatan Gerilya Sipirok (AGS). Almarhum orang tuanya diangkat pemerintah Republik Indonesia sebagai anggota Leguin Veteran Republik Indonesia (LVRI).
"Sebagai anak veteran, saya disekolahkan pemerintah. Biaya sekolah saya sejak SMA digratiskan," kata Parulian yang sehari-hari bekerja sebagai petani dan tinggal di Desa Panggulangan.
Parulian Pakpahan datang ke acara bersama Amaran Pakpahan. Amrun Pakpahan masih sepupu dari Parulian Pakpahan, dan dia tinggal di Riau. Dia mengaku, sengaja datang dari Riau untuk menghadri acara yang digelar FPPSN dalam rangka peringatan Hari Pahlawan Nasional.
"Saya apresiasi acara ini. Kenanglah Sahala Muda Pakpahan sebagai pahlawan nasional, dan jangan lupakan jasa-jasanya terhadap bangsa dan negara," katanya.
Dia berharap, figur Sahala Muda Pakpahan sebagai anak muda yang pemberani dan jujur, bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda di Sipirok Narobi. Kata dia, Sahala Muda Pakpahan gugur dalam usia 23 tahun, dan dia berjuang mengangkat senjata melawan Belanda dalam usia muda.
"Dia pernah menikah, tetapi hanya beberapa bulan. Situasi perang membuatnya menyuruh istrinya kembali ke kampung halamannya. Dia tidak ingin konsentrasinya dalam berjuang melawan Belanda akan pecah karena harus menjaga keluarganya," katanya.
Amaran Pakpahan menambahkan, sebagai seorang pejuang, Sahala Muda Pakpahan sangat memperdulikan nasib rakyat. Dia melakukan perlawanan terhadap Belanda sambil memikirkan agar rakyat tidak ikut jadi korban dalam peperangan, makanya Sahala Muda Pakpahan memilih perang gerilya.
Dalam kata sambutannya, Wakil Bupati Tapsel Aswin Efendi Siregar mengatakan, Sipirok sebagai ibu kota Kabupaten Tapanuli Selatan, memiliki sejarah yang bagus dalam melahirkan tokoh-tokoh nasional. "Sahala Muda Pakpahan salah satunya. Dia seorang pejuang yang gigih dan berani melawan Belanda," katanya.
Kata Aswin, sudah seharusnya masyarakat Sipirok mengenang jasa-jasa para pahlawannya dengan mengusulkan agar pemerintah menobatkan para pejuang itu sebagai pahlawan nasional.
"Sahala Muda Pakpahan sudah seharusnya jadi pahlawan nasional. Pemerintah daerah mendukung upaya ini. Bahkan, Bupati Tapanuli Selatan sudah pernah terlibat mendukung salah seorang putra Sipirok jadi pahlawan nasional yaitu Lafran Pane, pendiri HMI," katanya.
Di akhir acara, Wakil Bupati Tapsel Aswin Efendy Siregar, menyerahkan buku Sahala, Sipirok dalam Pusaran Sejarah Revolusi Fisik (1946-1949) karya Budi P Hatees kepada Parulian Pakpahan dan Amaran Pakpahan, keduanya ahli waris Sahala Muda Pakpahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020