Perekonomian Sumut pada triwulan III-2020 secara "year on year" mengalami kontraksi sebesar 2,60 persen.
"Pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi itu didorong terjadinya kontraksi pada beberapa lapangan usaha akibat pandemi COVID-19," ujar Kepala Bidang Neraca Wilayah Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Taulina Anggarani di Medan, Kamis.
Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan, katanya di bidang transportasi dan pergudangan dan lainnya.
Baca juga: Pengamat: Kebijakan pemerintah dorong ekonomi Sumut capai 1-1,5 persen
Lapangan usaha transportasi dan pergudangan tercatat paling turun signifikan atau 17,87 persen.
Kemudian lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 14,54 persen, kemudian industri pengolahan juga mengalami kontraksi 1,47 persen.
"Hanya beberapa lapangan usaha seperti informasi dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,90 persen," katanya.
Baca juga: Pertumbuhan investasi di Sumut tertahan, ini dia penyebabnya
Termasuk lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang masih bertumbuh sebesar 4,40 persen dan pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 1,12 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang negatif memang sudah diperkirakan akibat pandemi COVID-19.
Pertumbuhan ekonomi semakin melambat karena masih banyak daerah yang belum optimal menggunakan anggaran APBD dan lainnya.
Mengacu pada kondisi itu, katanya, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumut hingga akhir tahun 2020 hanya 1,2-1,6 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi itu didorong terjadinya kontraksi pada beberapa lapangan usaha akibat pandemi COVID-19," ujar Kepala Bidang Neraca Wilayah Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Taulina Anggarani di Medan, Kamis.
Lapangan usaha yang mengalami kontraksi pertumbuhan, katanya di bidang transportasi dan pergudangan dan lainnya.
Baca juga: Pengamat: Kebijakan pemerintah dorong ekonomi Sumut capai 1-1,5 persen
Lapangan usaha transportasi dan pergudangan tercatat paling turun signifikan atau 17,87 persen.
Kemudian lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 14,54 persen, kemudian industri pengolahan juga mengalami kontraksi 1,47 persen.
"Hanya beberapa lapangan usaha seperti informasi dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,90 persen," katanya.
Baca juga: Pertumbuhan investasi di Sumut tertahan, ini dia penyebabnya
Termasuk lapangan usaha pengadaan listrik dan gas yang masih bertumbuh sebesar 4,40 persen dan pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 1,12 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang negatif memang sudah diperkirakan akibat pandemi COVID-19.
Pertumbuhan ekonomi semakin melambat karena masih banyak daerah yang belum optimal menggunakan anggaran APBD dan lainnya.
Mengacu pada kondisi itu, katanya, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumut hingga akhir tahun 2020 hanya 1,2-1,6 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020