Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara mengungkapkan, jumlah tenaga kerja berpendidikan tinggi di daerah itu mulai bergerak naik, walau hingga hingga Februari 2020 masih didominasi yang berpendidikan rendah yakni tamatan sekolah dasar ke bawah.

"Meski masih kecil, tapi dalam setahun terakhir persentase penduduk bekerja berpendidikan tinggi di Sumut mulai naik,"ujar Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi di Medan, Jumat.

Pekerja lulusan universitas misalnya naik 1,19 poin dibanding Februari 2019, sedangkan SMA meningkat 1,13 poin. Kemudian lulusan SMP naik 0,16 poin dan diploma naik 0,14 poin.

"Di tengah kenaikan jumlah penduduk bekerja dengan lulusan pendidikan yang lebih tinggi, jumlah pekerja
berpendidikan SD ke bawah mengalami penurunan sebesar 1,73 poin," katanya.

Dia menjelaskan, berdasarkan data, jumlah pekerja tamatan SD ke bawah di Sumut masih tetap terbesar yakni sebanyak 2,08 juta orang atau 29,91 persen dari total pekerja.

Setelah tamatan SD, kedua terbesar didominasi tamatan
SMA sebanyak 1,64 juta orang (23,67 persen). Diikuti tamatan SMP sebanyak 1,42 juta orang (20,50 persen)
dan SMK sebanyak 823.OO0 orang (11,83 persen).

"Sedangkan penduduk bekerja berpendidikan tinggi atau diploma ke atas hanya sebanyak 979.000 orang (14,09 persen)," katanya.

Pekerja sebanyak 979.000 itu mencakup 246.000 orang
berpendidikan diploma dan 733.000 orang berpendidikan sarjana (S1).

"Meski masih kecil, tapi dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja berpendidikan tinggi mulai naik dan itu tentu saja menggembirakan," ujar Syech Suhaimi.

Pengamat ekonomi Wahyu Ario Pratomo mengatakan, data ketenagakerjaan Sumut yang dikeluarkan BPS itu perlu terus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pihak lainnya untuk membantu peningkatan sumber daya manusia.

Menurut dia, kondisi ketenagakerjaan dengan terbesar berpendidikan tamatan SD itu merupakan masalah struktural yang berlangsung lama.

Namun, ujar Wahyu, dalam jangka panjang akan terjadi pergeseran yakni lulusan pendidikan yang lebih tinggi seperti yang terungkap dalam data BPS Sumut.

Menurut dia, banyaknya pekerja dengan pendidikan rendah akibat masih banyaknya pekerja di Sumut yang berasal dari penduduk yang lahir pada tahun 1950an hingga 1960an dimana pendidikan masyarakat Indonesia memang saat itu mayoritas adalah SD.

"Karena kelompok masyarakat yang lahir di tahun 1950-an hingga 1960-an masih aktif, makanya tenaga kerja di masih berpendidikan rendah," ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) itu.

Menurut Wahyu, di tahun 1980-an Indonesia sudah merintis gerakan wajib belajar enam tahun, lalu di tahun 1990-an dan awal tahun 2000 pemerintah meningkatkan gerakan wajib belajar sembilan tahun.

"Artinya secara rata-rata pendidikan sudah SMP ke atas dan saat ini wajib belajar sudah sampai 12 tahun atau SMA/SMK," katanya.

Dengan kondisi itu, ke depannya tenaga kerja Sumut akan diisi oleh kelompok yang berpendidikan SMA/SMK ke atas.

"Ke depannya lagi, pekerja dengan lulusan diploma dan perguruan tinggi juga akan semakin meningkat karena pemerintah terus mendorong jumlah masyarakat untuk sekolah ke pendidikan yang lebih tinggi," ujar Wahyu.

Dengan semakin banyak masyarakat mengecap pendidikan tinggi, maka juga akan menggeser indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia yang semakin baik ke depan.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020