Direktur RSUD Tarutung, dr Janri Aeyoge Nababan mengungkapkan, pihaknya mengalami kekosongan stok alat cartridge sars cov2 yang merupakan instrumen terpenting dalam memastikan pasien apakah terpapar COVID-19 atau tidak hingga pemeriksaan swab harus dihentikan sementara.
"Harusnya ketersediaan cartridge ini benar-benar diperhatikan oleh Kemenkes. Jika cartridge tidak tersedia, bagaimana kita bisa mendiagnosa pasien suspek," ujar dr Janri kepada ANTARA, Rabu (30/9).
Baca juga: Diburu hingga ke Aceh, pelaku curanmor di Taput diringkus
Kata dia, tanpa cartridge mereka ibarat orang buta dipaksa berjalan dan hanya akan mampu meraba tanpa ada kepastian.
"Jika cartridge tidak tersedia di RSUD Tarutung, sample harus dikirim ke Medan, dan hasilnya juga akan lama, tracing juga akan terkendala," jelasnya.
Baca juga: BRI Tarutung salurkan bantuan untuk 6.172 UMKM
Dia mendesak agar cartridge sars cov2 bagi laboratorium segera dikirimkan demi penanganan maksimal pasien COVID-19.
Terpisah, Poltak Nababan, dokter spesialis patologi yang menangani laboratorium RSUD Tarutung menjelaskan, pihaknya menerima sejumlah 120 cartridge setiap bulannya.
"Jumlah tersebut sangat minim mengingat kebutuhan kita untuk 9 kabupaten dan kota. Harusnya, kalau melihat angka kejadian per daerah, kita perlu 500 pcs per bulan," ungkapnya.
Dikatakan, RSUD Tarutung menjadi rumah sakit rujukan bagi Kabupaten Toba, Humbahas, Pakpak, Samosir, Tapteng, Kotamadya Sibolga, Kotamadya Padangsidempuan, serta Sipirok Tapsel.
"Akibat kekosongan cartridge sejak semalam, mulai hari ini kita nggak ada pemeriksaan swab, sementara permintaan banyak," tukasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020