Sebanyak 31.475 orang telah mendaftarkan dirinya untuk menjadi relawan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dan sebanyak 6.523 orang sudah terlatih untuk selanjutnya ditempatkan dalam penugasan masing-masing.
Wakil Koordinator Program Bidang Relawan Satgas Penanganan COVID-19 Prasetyo Nurhardjanto dalam keterangannya di Graha BNPB Jakarta, Sabtu (12/9), menerangkan tim koordinator belum bisa menerima dan melatih seluruh relawan yang mendaftar karena terkendala keterbatasan yang ada.
Baca juga: 12.328 pasien COVID-19 di Wisma Atlet sembuh
Dari seluruh relawan yang mendaftar tersebut terbagi menjadi 6.721 relawan medis dan 24.754 orang mendaftar sebagai relawan nonmedis. Prasetyo menerangkan relawan medis yang merupakan tenaga medis seperti dokter, perawat dan lainnya ditempatkan di rumah sakit khusus COVID-19 seperti di RS Darurat Wisma Atlet dan RS Darurat Pulau Galang atau rumah sakit-rumah sakit rujukan yang kekurangan sumber daya kesehatan.
Sementara relawan nonmedis dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat seperti pendampingan di rumah-rumah ibadah, pendampingan di pesantren, pendampingan program nasi murah, pendampingan di panti jompo, kawal protokol kesehatan dan lain-lain.
Prasetyo menjelaskan tiap relawan yang mendaftar akan dibekali dengan empat materi dasar sebelum siap diterjunkan.
Baca juga: Dokter: Transplantasi ginjal bisa dilakukan sebelum cuci darah
"Materi tersebut tentang relawan dan dasar-dasar kerelawanan, tentang COVID-19 dan protokol kesehatan, materi update situasi terakhir, dan tentang menjaga motivasi. Kami harus mengelola sekitar 31 ribu relawan dalam keterbatasan, prioritas kami untuk daerah dengan status PSBB terlebih dulu. Prosesnya tidak mudah sehingga banyak relawan yang menunggu," kata Prasetyo.
Salah satu relawan Pendampingan Dapur Nasi Murah Yuly Khusniah mengatakan dirinya baru bisa bergabung menjadi relawan setelah menunggu tiga bulan sejak pertama kali mendaftar. Yuly mendapatkan tugas menjadi pendamping dalam program nasi murah yang dibuat oleh Satgas Penanganan COVID-19.
Program nasi murah tersebut bertujuan mengorganisasi kelompok masyarakat yang terdampak COVID-19 untuk bisa berjualan nasi murah kepada orang lain yang membutuhkan. Kelompok masyarakat yang mengalami PHK, tidak mendapatkan pekerjaan diberikan modal untuk bisa berjualan nasi murah yang dijual tidak lebih dari Rp5 ribu.
Tugas Yuly adalah membantu mendampingi kelompok masyarakat tersebut agar bisa menjalani program nasi murah dengan anggaran yang telah disediakan oleh tim koordinator relawan Satgas Penanganan COVID-19.
"Suka dukanya, senang melihat masyarakat merasa terbantu, jujur teman saya juga banyak yang di-PHK, gaji berkurang, atau dirumahkan. Susahnya mengakomodir beberapa kelompok masyarakat yang ingin bergabung. Setelah ditugaskan bentuk kelompok masyarakat, ternyata antusias masyarakat itu besar. Saya dan teman-teman agak kerepotan membagi mana kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan, tapi alhamdulillah sampai detik ini masih lancar," kata Yuly.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Wakil Koordinator Program Bidang Relawan Satgas Penanganan COVID-19 Prasetyo Nurhardjanto dalam keterangannya di Graha BNPB Jakarta, Sabtu (12/9), menerangkan tim koordinator belum bisa menerima dan melatih seluruh relawan yang mendaftar karena terkendala keterbatasan yang ada.
Baca juga: 12.328 pasien COVID-19 di Wisma Atlet sembuh
Dari seluruh relawan yang mendaftar tersebut terbagi menjadi 6.721 relawan medis dan 24.754 orang mendaftar sebagai relawan nonmedis. Prasetyo menerangkan relawan medis yang merupakan tenaga medis seperti dokter, perawat dan lainnya ditempatkan di rumah sakit khusus COVID-19 seperti di RS Darurat Wisma Atlet dan RS Darurat Pulau Galang atau rumah sakit-rumah sakit rujukan yang kekurangan sumber daya kesehatan.
Sementara relawan nonmedis dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memberikan pendampingan kepada masyarakat seperti pendampingan di rumah-rumah ibadah, pendampingan di pesantren, pendampingan program nasi murah, pendampingan di panti jompo, kawal protokol kesehatan dan lain-lain.
Prasetyo menjelaskan tiap relawan yang mendaftar akan dibekali dengan empat materi dasar sebelum siap diterjunkan.
Baca juga: Dokter: Transplantasi ginjal bisa dilakukan sebelum cuci darah
"Materi tersebut tentang relawan dan dasar-dasar kerelawanan, tentang COVID-19 dan protokol kesehatan, materi update situasi terakhir, dan tentang menjaga motivasi. Kami harus mengelola sekitar 31 ribu relawan dalam keterbatasan, prioritas kami untuk daerah dengan status PSBB terlebih dulu. Prosesnya tidak mudah sehingga banyak relawan yang menunggu," kata Prasetyo.
Salah satu relawan Pendampingan Dapur Nasi Murah Yuly Khusniah mengatakan dirinya baru bisa bergabung menjadi relawan setelah menunggu tiga bulan sejak pertama kali mendaftar. Yuly mendapatkan tugas menjadi pendamping dalam program nasi murah yang dibuat oleh Satgas Penanganan COVID-19.
Program nasi murah tersebut bertujuan mengorganisasi kelompok masyarakat yang terdampak COVID-19 untuk bisa berjualan nasi murah kepada orang lain yang membutuhkan. Kelompok masyarakat yang mengalami PHK, tidak mendapatkan pekerjaan diberikan modal untuk bisa berjualan nasi murah yang dijual tidak lebih dari Rp5 ribu.
Tugas Yuly adalah membantu mendampingi kelompok masyarakat tersebut agar bisa menjalani program nasi murah dengan anggaran yang telah disediakan oleh tim koordinator relawan Satgas Penanganan COVID-19.
"Suka dukanya, senang melihat masyarakat merasa terbantu, jujur teman saya juga banyak yang di-PHK, gaji berkurang, atau dirumahkan. Susahnya mengakomodir beberapa kelompok masyarakat yang ingin bergabung. Setelah ditugaskan bentuk kelompok masyarakat, ternyata antusias masyarakat itu besar. Saya dan teman-teman agak kerepotan membagi mana kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan, tapi alhamdulillah sampai detik ini masih lancar," kata Yuly.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020