Transplantasi ginjal yang kini ditawarkan sebagai pilihan terapi bagi pasien penyakit gagal ginjal kronik (PGK) masih lekat dengan sederet mitos, salah satunya hanya bisa dilakukan setelah pasien melakukan cuci darah.
Menurut Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Urologi FKUI- RSCM, Dr. dr. Nur Rasyid terapi ini sudah bisa dilakukan sebelum pasien membutuhkan prosedur cuci darah.
"Dari awal sudah bisa dilakukan, bahkan orang yang sudah mengalami gagal ginjal stadium lima, kami harus siapkan untuk hemodialisis atau peritonial dialisis atau transplantasi. Kalau langsung memilih transplantasi, maka angka harapan hidup, kualitas ginjal lebih baik," ujar dia dalam acara re-launching virtual Unit Layanan Transplantasi Ginjal Departemen Urologi FKUI-RSCM, Jumat (11/9).
.Baca juga: Sejak Maret hingga September, sudah 109 dokter meninggal akibat COVID-19
Mitos lainnya, transplantasi ginjal berguna hanya untuk pasien yang muda. Padahal prosedur ini bermanfaat untuk semua pasien baik tua atau muda.
Data statistik dari RSCM menujukkan, banyak pasien yang menjalani transplantasi ginjal berusia 60 tahun dan lebih tua asalkan angka harapan hidupnya 10 tahun.
"Jadi kalau ada usia 70 tahun ditransplantasi, karena dalam keluarga itu orang-orangnya berusia 90, 100 tahun. Maka dia berhak menjadi resipien," tutur Rasyid.
Baca juga: Erick Thohir sebut 30 juta vaksin COVID tersedia pada akhir tahun ini
Kemudian, menyoal harga. Ada pendapat transplantasi ginjal lebih mahal daripada cuci darah. Menurut Rasyid biaya yang dikeluarkan satu kali transplantasi sama dengan tiga tahun prosedur hemodialisa. Saat ini biaya transplantasi yang mencapai Rp300 juta lalu ditambah hal-hal lain sudah bisa ditanggung BPJS.
"HD (hemodialisa orang Indonesia selama tiga tahun biayanya sama seperti transplantasi satu kali. Biaya yang dikeluarkan BPJS untuk hemodialisa pada tahun 2018 Rp2,3 triliun, kemudian sepanjang 2015-2017, Rp44,3 miliar untuk 149 kasus transplantasi," tutur Rasyid.
Mitos lainnya, operasi ginjal prosedur berbahaya.
Padahal, transplantasi di era modern termasuk aman. Secara nasional angka keberhasilannya sekitar 95 persen, sementara di RSCM angkanya mencapai 99 persen.
Ada juga pendapat yang mengatakan transplantasi ginjal tidak bisa dilakukan pasien yang sudah lama cuci darah. Faktanya, pasien yang sudah melakukan hemodialisa lima tahun, tujuh tahun karena mungkin baru tahu ada transplantasi ginjal atau belum dapat donor bisa menjalani transplantasi.
Selain itu, ginjal baru pasca transplantasi tidak akan pernah rusak. Pendapat ini salah.
"Kembali lagi, sama. Saat advokasi seorang akan menjadi resipien, bagian psikiatri, hukum akan melihat apakah dia memiliki mentalitas yang baik untuk merawat ginjal yang baru. Apabila tidak, dia tak akan lolos sebagai resipien," demikian kata Rasyid.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Menurut Pokja Transplantasi Ginjal RSCM, Departemen Urologi FKUI- RSCM, Dr. dr. Nur Rasyid terapi ini sudah bisa dilakukan sebelum pasien membutuhkan prosedur cuci darah.
"Dari awal sudah bisa dilakukan, bahkan orang yang sudah mengalami gagal ginjal stadium lima, kami harus siapkan untuk hemodialisis atau peritonial dialisis atau transplantasi. Kalau langsung memilih transplantasi, maka angka harapan hidup, kualitas ginjal lebih baik," ujar dia dalam acara re-launching virtual Unit Layanan Transplantasi Ginjal Departemen Urologi FKUI-RSCM, Jumat (11/9).
.Baca juga: Sejak Maret hingga September, sudah 109 dokter meninggal akibat COVID-19
Mitos lainnya, transplantasi ginjal berguna hanya untuk pasien yang muda. Padahal prosedur ini bermanfaat untuk semua pasien baik tua atau muda.
Data statistik dari RSCM menujukkan, banyak pasien yang menjalani transplantasi ginjal berusia 60 tahun dan lebih tua asalkan angka harapan hidupnya 10 tahun.
"Jadi kalau ada usia 70 tahun ditransplantasi, karena dalam keluarga itu orang-orangnya berusia 90, 100 tahun. Maka dia berhak menjadi resipien," tutur Rasyid.
Baca juga: Erick Thohir sebut 30 juta vaksin COVID tersedia pada akhir tahun ini
Kemudian, menyoal harga. Ada pendapat transplantasi ginjal lebih mahal daripada cuci darah. Menurut Rasyid biaya yang dikeluarkan satu kali transplantasi sama dengan tiga tahun prosedur hemodialisa. Saat ini biaya transplantasi yang mencapai Rp300 juta lalu ditambah hal-hal lain sudah bisa ditanggung BPJS.
"HD (hemodialisa orang Indonesia selama tiga tahun biayanya sama seperti transplantasi satu kali. Biaya yang dikeluarkan BPJS untuk hemodialisa pada tahun 2018 Rp2,3 triliun, kemudian sepanjang 2015-2017, Rp44,3 miliar untuk 149 kasus transplantasi," tutur Rasyid.
Mitos lainnya, operasi ginjal prosedur berbahaya.
Padahal, transplantasi di era modern termasuk aman. Secara nasional angka keberhasilannya sekitar 95 persen, sementara di RSCM angkanya mencapai 99 persen.
Ada juga pendapat yang mengatakan transplantasi ginjal tidak bisa dilakukan pasien yang sudah lama cuci darah. Faktanya, pasien yang sudah melakukan hemodialisa lima tahun, tujuh tahun karena mungkin baru tahu ada transplantasi ginjal atau belum dapat donor bisa menjalani transplantasi.
Selain itu, ginjal baru pasca transplantasi tidak akan pernah rusak. Pendapat ini salah.
"Kembali lagi, sama. Saat advokasi seorang akan menjadi resipien, bagian psikiatri, hukum akan melihat apakah dia memiliki mentalitas yang baik untuk merawat ginjal yang baru. Apabila tidak, dia tak akan lolos sebagai resipien," demikian kata Rasyid.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020