Pemerintah Kota Medan minta Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) ikut bersama-sama memberikan solusi dalam upaya penanggulangan dampak pandemi COVID-19.
"Pemkot Medan tidak bisa berjalan sendiri dalam penanggulangan dampak pandemi COVID-19 karena masalahnya terlalu kompleks sehingga membutuhkan kebersamaan dan keterlibatan semua pihak, termasuk UMSU ," kata Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution saat melakukan kunjungan ke kampus UMSU di Jalan Kapten Mukhtar Basri, Medan, Selasa.
Baca juga: Di masa pandemi COVID-19, OIF UMSU 'live streaming' gerhana matahari
Baca juga: UMSU masuk 50 perguruan tinggi Islam terbaik dunia
Menurut dia, keterlibatan UMSU sangat penting untuk memberikan masukan serta solusi terkait prilaku masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan di masa pandemi.
Ada kesan penerapan protokol kesehatan mulai longgar, bahkan cenderung cuek dengan penyebaran virus corona.
Dampak pandemi COVID-19 yang terlalu lama juga berimbas pada aspek ekonomi masyarakat yang mengalami kesulitan karena produksi tidak didukung oleh konsumsi.
"Produksi bagus, masalahnya tidak didukung karena tingkat konsumsi rendah. Alhasil ekonomi menjadi mandeg," katanya.
Saat ini hotel diberi izin untuk membuka usaha, tapi tingkat okupasi (hunian) tidak sampai 10 persen sehingga pengusaha akhirnya memilih tutup.
Demikian juga sektor lainnya yang juga mengalami dampak pandemi COVID-19.
Persoalan lain yang juga perlu dicari solusi dan jalan keluarnya bersama adalah masih adanya stigmatisasi terhadap warga yang terinfeksi COVID-19.
Pemkot Medan juga belum memiliki formula khusus terkait dengan penerapan protokol kesehatan dalam penyelenggaraan pendidikan dasar.
" Untuk sosialisasi penerapan protokol kesehatan di perguruan tinggi barangkali tak masalah, tapi bagaimana dengan anak-anak. Belum lagi ketersediaan sarana dan prasarana, bahkan untuk akses air bersih di sekolah-sekolah saya kira baru 10 persen," katanya.
Lebih jauh dijelaskan, pihaknya telah membuat peraturan walikota tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru pada Kondisi Pandemi Corona Virus Disease 2019. Masalahnya, banyak warga yang saat ini abai dengan protokol kesehatan karena merasa dirinya aman dari COVID-19.
Melihat begitu kompleksitasnya persoalan terkait COVID-19, Pemkot Medan tidak mungkin berjalan sendiri. Luasnya dampak yang ditimbulkan pandemi COVID-19 memerlukan kebersamaan dan keterlibatan semua pihak, kampus, termasuk juga tokoh masyarakat dan para ulama.
Sekretaris UMSU, Gunawan, SPdI, mengatakan, pada prinsipnya pihak universitas siap bahu membahu bersama Pemkot Medan mencari alternatif solusi penanganan pandemi COVID-19.
Melalui sumber daya yang tersedia UMSU siap memberi masukan dan alternatif lain dalam penanganan COVID-19.
Menurut dia, pentingnya penanganan COVID -19 berbasis keluarga. Artinya keluarga yang dijadikan pilar utama dalam.pencegahan pandemi COVID-19.
"Kepala keluarga punya tanggung jawab karena jika abai protokol kesehatan, maka anggota keluarga lainnya juga tidak peduli dengan masalah pandemi COVID-19," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Pemkot Medan tidak bisa berjalan sendiri dalam penanggulangan dampak pandemi COVID-19 karena masalahnya terlalu kompleks sehingga membutuhkan kebersamaan dan keterlibatan semua pihak, termasuk UMSU ," kata Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution saat melakukan kunjungan ke kampus UMSU di Jalan Kapten Mukhtar Basri, Medan, Selasa.
Baca juga: Di masa pandemi COVID-19, OIF UMSU 'live streaming' gerhana matahari
Baca juga: UMSU masuk 50 perguruan tinggi Islam terbaik dunia
Menurut dia, keterlibatan UMSU sangat penting untuk memberikan masukan serta solusi terkait prilaku masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan di masa pandemi.
Ada kesan penerapan protokol kesehatan mulai longgar, bahkan cenderung cuek dengan penyebaran virus corona.
Dampak pandemi COVID-19 yang terlalu lama juga berimbas pada aspek ekonomi masyarakat yang mengalami kesulitan karena produksi tidak didukung oleh konsumsi.
"Produksi bagus, masalahnya tidak didukung karena tingkat konsumsi rendah. Alhasil ekonomi menjadi mandeg," katanya.
Saat ini hotel diberi izin untuk membuka usaha, tapi tingkat okupasi (hunian) tidak sampai 10 persen sehingga pengusaha akhirnya memilih tutup.
Demikian juga sektor lainnya yang juga mengalami dampak pandemi COVID-19.
Persoalan lain yang juga perlu dicari solusi dan jalan keluarnya bersama adalah masih adanya stigmatisasi terhadap warga yang terinfeksi COVID-19.
Pemkot Medan juga belum memiliki formula khusus terkait dengan penerapan protokol kesehatan dalam penyelenggaraan pendidikan dasar.
" Untuk sosialisasi penerapan protokol kesehatan di perguruan tinggi barangkali tak masalah, tapi bagaimana dengan anak-anak. Belum lagi ketersediaan sarana dan prasarana, bahkan untuk akses air bersih di sekolah-sekolah saya kira baru 10 persen," katanya.
Lebih jauh dijelaskan, pihaknya telah membuat peraturan walikota tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru pada Kondisi Pandemi Corona Virus Disease 2019. Masalahnya, banyak warga yang saat ini abai dengan protokol kesehatan karena merasa dirinya aman dari COVID-19.
Melihat begitu kompleksitasnya persoalan terkait COVID-19, Pemkot Medan tidak mungkin berjalan sendiri. Luasnya dampak yang ditimbulkan pandemi COVID-19 memerlukan kebersamaan dan keterlibatan semua pihak, kampus, termasuk juga tokoh masyarakat dan para ulama.
Sekretaris UMSU, Gunawan, SPdI, mengatakan, pada prinsipnya pihak universitas siap bahu membahu bersama Pemkot Medan mencari alternatif solusi penanganan pandemi COVID-19.
Melalui sumber daya yang tersedia UMSU siap memberi masukan dan alternatif lain dalam penanganan COVID-19.
Menurut dia, pentingnya penanganan COVID -19 berbasis keluarga. Artinya keluarga yang dijadikan pilar utama dalam.pencegahan pandemi COVID-19.
"Kepala keluarga punya tanggung jawab karena jika abai protokol kesehatan, maka anggota keluarga lainnya juga tidak peduli dengan masalah pandemi COVID-19," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020