Ongkos (harga tiket) Kereta Api jurusan Medan-Rantauprapat dan sebaliknya dipertanyakan. Pasalnya, sebagai moda transportasi massal, harga tiket dengan jarak tempuh relatif berbeda jauh, namun ternyata biayanya serupa. Selain itu sebagai moda transportasi massal, hendaknya harga tiket juga 'merakyat'.

Ketua Partai Berkarya Labura Zurul Bakti Aziz Hasibuan MA (kiri) saat berbincang terkait kereta api di Aekkanopan, Kamis. (ANTARA/Sukardi)


Pertanyaan itu dilontarkan Ketua Partai Berkarya Labuhanbatu Utara Zurul Bakti Aziz Hasibuan MA saat berbincang dengan Antara di Aekkanopan, Kamis.

“Kenapa harga tiket dari Medan menuju Rantauprapat sama dengan Medan-Mambang Muda (Aekkanopan), padahal jaraknya berbeda cukup jauh,” katanya.

Dan uniknya lagi, pada akhir pekan dan hari-hari besar, perusahaan milik negara tersebut menaikkan lagi tarif tiketnya. “Jika pada hari normal ongkosnya berkisar Rp120 ribu, tapi pada Sabtu dan Minggu, harganya malah menjadi Rp150 ribu/seat. Kan aneh,” sebutnya.

Padahal sepengetahuannya, lazimnya nilai tarif untuk transportasi berdasarkan kilometer atau jarak. Sementara jarak antara Aekkanopan yang merupakan ibukota Labura dengan Rantauprapat, ibukota Labuhanbatu lebih kurang sejauh 60 Km.

Pada bagian lain, ia juga menyoroti fasilitas yang ada di stasiun KA Mambang Muda. Dalam pandangannya, fasilitas stasiun KA yang ada di ibukota Labura itu kurang layak, diantaranya adalah lokasi parkir serta lokasi yang sempit.

Menurutnya, hal itu patut menjadi perhatian dari managemen PT KAI, apalagi jika nantinya rute perjalanan KA tersebut sudah lebih jauh lagi hingga ke Labuhanbatu Selatan (Labusel) atau bahkan Provinsi Riau.

“Kan penumpang bukan hanya ingin nyaman di dalam kereta api. Saat menunggu atau tiba di stasiun juga, penumpang juga butuh kenyamanan,” pungkas pria yang aktif di sejumlah organisasi tersebut mengakhiri keterangannya.

Pewarta: Sukardi

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019