Kepala Bidang Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Tapanuli Utara, Rony Hutasoit, mengungkapkan, populasi peternakan babi di wilayah itu tak punah meski dilanda penyakit hog cholera dan suspect African Swine Fever.

"Berdasarkan laporan masyarakat, hingga saat ini hanya sekitar 2.583 ternak babi yang mati akibat hog cholera dan ASF," terang Rony, Selasa (10/12).

Menurut Rony, jumlah ternak babi mati yang diakibatkan kolera dan suspect ASF tidak berakibat fatal pada punahnya ternak, meski diasumsikan terjadi peningkatan babi mati yang tidak dilaporkan oleh masyarakat.

Baca juga: Tercatat, 22.985 ekor babi mati di Sumut akibat "hog cholera"

"Wilayah Kecamatan Simangumban sama sekali belum terjangkit berdasarkan laporan masyarakat. Dari total sekira 68.000 populasi ternak babi di Taput, hanya ada sejumlah 2.583 ternak babi yang mati," jelasnya.

Meski demikian, kata Rony, virus Toga penyebab kolera babi dan suspect ASF yang melanda di wilayah itu menjadi alasan mendasar penundaan pengadaan bibit ternak dimaksud hingga ke depan, saat memasuki anggaran APBD-P 2020.

Baca juga: Lagi belasan babi mati, warga protes kepada Dinas Pertanian

"Dampaknya, pada tahun 2019 ini sekitar 200 ekor pengadaan ternak oleh dinas terkait di Taput dijadikan Silpa (sisa lebih penggunaan anggaran), termasuk bantuan ternak babi oleh dinas terkait di Provsu sekitar 80 ekor untuk empat kelompok," jelasnya.

Harapan Rony, pada 2020 penyakit ternak bisa hilang dan tuntas sehingga pada APBD-P 2020 mendatang bisa diajukan kembali untuk pengadaan dan bantuan ternak dari provinsi. 

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019