Ormas Islam Mathla’ul Anwar yang kini sudah berusia lebih dari satu abad (seratus tahun) siap mendukung program “Arus Baru Ekonomi Indonesia” yang digagas secara elegan oleh Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin.
“Kami siap mendukung, karena program Arus Baru Ekonomi Indonesia yang digagas Pak Kyai Ma’ruf Amin itu Insya Allah akan berdampak positif bagi ekonomi rakyat secara keseluruhan,” kata Sekjen Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA), H Oke Setiadi MSc di Jakarta, Senin.
Sekjen PBMA mengemukakan keterangan tersebut dalam perbincangan dengan wartawan terkait gagasan Wapres KH Ma’ruf Amin tentang Arus Baru Ekonomi Indonesia yang berfokus pada upaya menaikkan ekonomi rakyat di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, Wapres KH Ma’ruf Amin dalam beberapa kesempatan memaparkan gagasannya mengenai strategi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan yang dinamainya “Arus Baru Ekonomi Indonesia”.
Gagasan konseptual Wapres yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) non aktif dan mantan Rois A'am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu telah dilengkapi pula dengan rekomendasi program, dan selanjutnya secara ringan dapat disebut dengan istilah “Ma'rufnomics”.
Secara garis besar, Arus Baru Ekonomi Indonesia atau Ma'rufnomics tersebut, sesuai penjelasan Kyai Ma'ruf dalam beberapa kesempatan, disandarkan kepada Sila ke-5 Pancasila yang wujudnya adalah ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial.
Titik penekanannya adalah ekonomi yang berkeadilan serta ekonomi kerakyatan dan keumatan untuk menghilangkan berbagai kesenjangan atau disparitas antara kaya-miskin, antara pusat-daerah serta antara satu daerah dengan daerah lain.
Sementara itu konsep lama, seperti “teori trickle down effect” mengasumsikan pertumbuhan ekonomi menetes ke bawah, tetapi kemudian ternyata hanya sedikit yang menetes serta hanya menguntungkan kalangan elit saja.
Menurut Sekjen PBMA, Arus Baru Ekonomi Indonesia yang digagas Wapres itu tidak akan membenturkan yang lemah dengan yang kuat, tetapi membangun kolaborasi yang saling menguntungkan untuk tercapainya keadilan dan kesejahteraan.
“Mathla’ul Anwar yang kini memiliki pengurus wilayah di 30 provinsi, 63 perguruan, dan ribuan madrasah yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan telah memiliki perguruan tinggi, yakni Universitas Mathla’ul Anwar siap mendukung gagasan Wapres yang akan mengangkat ekonomi rakyat itu,” kata Oke Setiadi.
Mathla'ul Anwar sendiri didirikan pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh, dan KH Mas Abdurrahman serta dibantu oleh sejumlah ulama di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang.
Ormas tersebut didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU.
Muhammadiyah didirikan pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH Hasyim Asyari.
Mahtla’ul Anwar itu sendiri memiliki arti sebagai tempat terbitnya cahaya, dimaksudkan sebagai upaya pembebasan umat dari kebodohan dan keterbelakangan melalui pengembangan bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
“Kami siap mendukung, karena program Arus Baru Ekonomi Indonesia yang digagas Pak Kyai Ma’ruf Amin itu Insya Allah akan berdampak positif bagi ekonomi rakyat secara keseluruhan,” kata Sekjen Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA), H Oke Setiadi MSc di Jakarta, Senin.
Sekjen PBMA mengemukakan keterangan tersebut dalam perbincangan dengan wartawan terkait gagasan Wapres KH Ma’ruf Amin tentang Arus Baru Ekonomi Indonesia yang berfokus pada upaya menaikkan ekonomi rakyat di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, Wapres KH Ma’ruf Amin dalam beberapa kesempatan memaparkan gagasannya mengenai strategi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan yang dinamainya “Arus Baru Ekonomi Indonesia”.
Gagasan konseptual Wapres yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) non aktif dan mantan Rois A'am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu telah dilengkapi pula dengan rekomendasi program, dan selanjutnya secara ringan dapat disebut dengan istilah “Ma'rufnomics”.
Secara garis besar, Arus Baru Ekonomi Indonesia atau Ma'rufnomics tersebut, sesuai penjelasan Kyai Ma'ruf dalam beberapa kesempatan, disandarkan kepada Sila ke-5 Pancasila yang wujudnya adalah ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial.
Titik penekanannya adalah ekonomi yang berkeadilan serta ekonomi kerakyatan dan keumatan untuk menghilangkan berbagai kesenjangan atau disparitas antara kaya-miskin, antara pusat-daerah serta antara satu daerah dengan daerah lain.
Sementara itu konsep lama, seperti “teori trickle down effect” mengasumsikan pertumbuhan ekonomi menetes ke bawah, tetapi kemudian ternyata hanya sedikit yang menetes serta hanya menguntungkan kalangan elit saja.
Menurut Sekjen PBMA, Arus Baru Ekonomi Indonesia yang digagas Wapres itu tidak akan membenturkan yang lemah dengan yang kuat, tetapi membangun kolaborasi yang saling menguntungkan untuk tercapainya keadilan dan kesejahteraan.
“Mathla’ul Anwar yang kini memiliki pengurus wilayah di 30 provinsi, 63 perguruan, dan ribuan madrasah yang tersebar di seluruh Indonesia, bahkan telah memiliki perguruan tinggi, yakni Universitas Mathla’ul Anwar siap mendukung gagasan Wapres yang akan mengangkat ekonomi rakyat itu,” kata Oke Setiadi.
Mathla'ul Anwar sendiri didirikan pada 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh, dan KH Mas Abdurrahman serta dibantu oleh sejumlah ulama di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang.
Ormas tersebut didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU.
Muhammadiyah didirikan pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya oleh KH Hasyim Asyari.
Mahtla’ul Anwar itu sendiri memiliki arti sebagai tempat terbitnya cahaya, dimaksudkan sebagai upaya pembebasan umat dari kebodohan dan keterbelakangan melalui pengembangan bidang pendidikan, dakwah, dan sosial.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019