Christian Coleman berhasil memenangi gelar juara dunia 100 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 yang berlangsung di Stadion Internasional Khalifa, Doha, Qatar, Sabtu waktu setempat atau Minggu dini hari WIB.
Sprinter Amerika Serikat itu mendominasi dari 20 meter di awal dan terus memimpin hingga finis. Coleman melesat hingga berhasil mencatatkan waktu 9,76 detik, meninggalkan rekan senegaranya, Justin Gatlin, yang finis di posisi kedua dengan catatan waktu 9,89 detik.
Sementara posisi ketiga diraih oleh sprinter Kanada Andre De Grasse yang membukukan waktu 9,90 detik.
“Saya berada di sini untuk menang,” ujar Coleman seperti dikutip AFP.
“Ini momen yang luar biasa. Saya pikir langit adalah batasnya. Saya merasa masih banyak hal yang bisa saya lakukan dan perbaiki, saya pikir saya masih bisa mempertajam catatan waktu saya,” katanya menambahkan.
Namun, gelar juara dunia yang diraih Coleman itu tidak terlepas dari lingkaran gelap kasus doping yang menghampirinya. Kondisi itu hampir saja membuat dirinya tak bisa tampil di Doha.
Sebelumnya, Coleman sempat dinyatakan positif menggunakan doping oleh Badan Anti-Doping Amerika Serikat (USADA), dan terancam tidak boleh berkompetisi selama dua tahun.
Akan tetapi, USADA kemudian mencabut kasus Coleman pada awal September ini sehingga dia pun diperbolehkan tampil di Kejuaraan Dunia Atletik 2019.
Coleman pun menyangkal dirinya melanggar aturan anti-doping seperti yang dituduhkan USADA.
“Cukup menyakitkan mendengar apa yang orang-orang katakan tentang saya ketika mereka tidak mengenal saya sama sekali,” ucap Coleman ketika disinggung soal kasus dopingnya.
“Saya pikir saat ini saya sudah melupakan itu. Mereka tentu saja akan berpikir apa yang mereka ingin pikirkan. Saya tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan situasi saya kepada mereka yang tidak mau mendengar kebenaran,” kata Coleman seperti dikutip Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Sprinter Amerika Serikat itu mendominasi dari 20 meter di awal dan terus memimpin hingga finis. Coleman melesat hingga berhasil mencatatkan waktu 9,76 detik, meninggalkan rekan senegaranya, Justin Gatlin, yang finis di posisi kedua dengan catatan waktu 9,89 detik.
Sementara posisi ketiga diraih oleh sprinter Kanada Andre De Grasse yang membukukan waktu 9,90 detik.
“Saya berada di sini untuk menang,” ujar Coleman seperti dikutip AFP.
“Ini momen yang luar biasa. Saya pikir langit adalah batasnya. Saya merasa masih banyak hal yang bisa saya lakukan dan perbaiki, saya pikir saya masih bisa mempertajam catatan waktu saya,” katanya menambahkan.
Namun, gelar juara dunia yang diraih Coleman itu tidak terlepas dari lingkaran gelap kasus doping yang menghampirinya. Kondisi itu hampir saja membuat dirinya tak bisa tampil di Doha.
Sebelumnya, Coleman sempat dinyatakan positif menggunakan doping oleh Badan Anti-Doping Amerika Serikat (USADA), dan terancam tidak boleh berkompetisi selama dua tahun.
Akan tetapi, USADA kemudian mencabut kasus Coleman pada awal September ini sehingga dia pun diperbolehkan tampil di Kejuaraan Dunia Atletik 2019.
Coleman pun menyangkal dirinya melanggar aturan anti-doping seperti yang dituduhkan USADA.
“Cukup menyakitkan mendengar apa yang orang-orang katakan tentang saya ketika mereka tidak mengenal saya sama sekali,” ucap Coleman ketika disinggung soal kasus dopingnya.
“Saya pikir saat ini saya sudah melupakan itu. Mereka tentu saja akan berpikir apa yang mereka ingin pikirkan. Saya tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan situasi saya kepada mereka yang tidak mau mendengar kebenaran,” kata Coleman seperti dikutip Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019