Bila selama ini referensi tentang entitas Mandailing terpublikasi hanya melalui blog dan situs-situs saja, kini sudah ada di laman Wikipedia.

Dengan ada di Wikipedia, maka entitas Mandailing telah menjadi sumber referensi utama terhadap berbagai tataran keilmuan, karena merujuk kepada sumber yang dipercaya dan sesuai dengan metodologi ilmiah. 

Menanggapi hal ini, budayawan Mandailing Natal, Askolani Nasution, saat dihubungi ANTARA, Kamis (30/5), menyampaikan, hal itu mengartikan bahwa entitas Mandailing sudah bisa diterima oleh masyarakat secara luas.

"Memang mengenai Mandailing banyak ditemukan di situs-situs atau blog, namun belum terjamin secara ilmiah. Setelah terpublikasi di laman penyimpanan Wikipedia, kini menjadi lebih ilmiah," katanya.

Adanya entitas Mandailing pada laman Wikipedia telah membawa dampak positif bagi penggiat budaya karena pikiran-pikiran budayawan bisa lebih terjamin dan akurat.

Ia menyebutkan, meskipun referensi tentang etnis Mandailing tak banyak terpublikasi dalam laman penyimpanan Wikipedia itu, namun telah membuat Mandailing dianggap sebagai bagian penting dari sejarah kesusasteraan Indonesia, mulai periode klasik hingga kontemporer. 

Dari 464.185 artikel yang dikelola Wikipedia, hanya beberapa yang mengupas tentang Mandailing Natal, salah satu kabupaten di Sumatera Utara. Salah satu topik bahasan Wikipedia adalah “Bahasa Mandailing”. 

Selain mengupas asal-usul bahasa Mandailing, di dalamnya juga menguraikan masalah Kesusasteraan Mandailing, Ragam Bahasa, dan lain-lain. Referensinya dari tulisan Edi Nasution (alm), dan Basyral Hamidy Harahap (alm), Askolani Nasution, dan Sebastian Nordhoff dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.

"Sub 'Sastra Mandailing' bersumber dari tulisan saya yang dipublikasikan di laman 'Jendela Sastra' tahun 2014 juga ada dalam laman itu," sebutnya.

Askolani Nasution memang sudah lama menulis berbagai karya sastra sejak tahun 1987. Pada awalnya ia hanya menulis cerpen di Majalah “Anita Cemerlang”, majalah cerpen populer tahun 80-90 an. Selain itu, ia juga menulis di majalah “Tiara”, “Kiblat”, “Estafet”, dll. Empat buku antologi cerpennya telah diterbitkan Kementerian Pendidikan sejak 2004 dan didistribusikan ke perpustakaan-perpustakaan SLTA di seluruh Indonesia.

Melalui karya-karya sastranya, ia memperkenalkan entitas kebudayaan Mandailing. Karena itu, ulasannya tentang Kesusasteraan Mandailing dianggap memenuhi keabsahan untuk menjadi referensi tentang Bahasa dan Sastra Mandailing oleh Wikipedia.

Penulis lainnya seperti Z. Pangaduan Lubis, Edi Nasution, dan Basyral Hamidy Harahap, ketiganya sudah almarhum, juga banyak mempublikasikan naskah-naskah ilmiah tentang kebudayaan Mandailing. 

"Karya-karya mereka sepatutnya menjadi sumber referensi penting bagi para penulis dan editor khazanah Mandailing di Wikipedia," ungkap Askolani.

Untuk itu dirinya mengharapkan Wikipedia semestinya digunakan sebagai wahana mempublikasikan khasanah Mandailing Natal secara global. Bahkan, bukan tidak mungkin, kelak Wikipedia juga bisa muncul berbahasa Mandailing. 

Versi Bahasa Jawa Wikipedia misalnya, sampai tahun 2014, sudah menerjemahkan 48.000 artikel.  

"Mengapa Mandailing tidak mencobanya," tanyanya.

Bahasa Mandailing, menurut Askolani, unik. Bayangkan saja, tahun 2018 terdapat 668 bahasa daerah di Indonesia. 

Dari jumlah itu hanya Jawa, Sunda, Bali, Lampung, Lontara, Batak, dan Mandailing yang memiliki aksara sendiri. 

"Tragisnya, kajian tentang Mandailing di laman Wikipedia tidak sebanding dengan marwah yang melekat bagi kebudayaan Mandailing oleh bangsa-bangsa lain," pungkasnya.

Pewarta: Holik

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019