Masjid Awal di Nagori Dame Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, berjarak kira-kira 35 Km dari Kota Pematangsiantar, memiliki catatan menarik.

Didirikan di masa penjajahan Belanda pada tahun 1927, berada permukiman mayoritas non Muslim, dibakar tentara kompeni, mampu bertahan sampai sekarang ini, dan disebut-sebut masjid tertua.

Pengurus Masjid Awal, Uliaman Saragih, Selasa (14/5) menceritakan, pendirian masjid di tanah seluas ratusan meter persegi atas insisiatif ayahnya, Alm Wilson Saragih yang memeluk Agama Islam setelah menikah dengan Saimah br Purba.

Awalnya sederhana dan kecil. Maklum, penganut Agama Islam tidak banyak, daerah itu mayoritas Kristen. Salutnya, umat antarpemeluk agama damai dan rukun.

Mereka saling menghormati dan membantu di setiap kegiatan, termasuk pembangunan masjid, non Muslim pun turut berpartisipasi, tenaga dan uang. 

Indahnya, kedamaian dan kerukunan itu langgeng sampai sekarang ini.

Kini, masjid yang berada di lintasan jalur lintas umum Pematangsiantar - Raya itu, berdiri kokoh di atas tanah yang lebih tinggi dari jalan, seolah-olah di atas bukit kecil.

Tampak kokoh dari hasil perehaban total pada tahun 2018. Fisiknya tetap terbilang kecil, berkapasitas 60-an jamaah, untuk 50-an kepala keluarga.

Namun, perehaban itu belum rampung 100 persen, masih butuh sentuhan lagi untuk fasilitas pendukung. Begitu pun sudah lebih nyaman untuk beribadah.

Harapan mereka, keberadaan dan kelanggengan masjid menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten dan Kementerian Agama. 

Staf Binmas Islam Kementerian Agama Simalungun, Sajali mengatakan, sedikitnya ada 938 masjid dan 296 mushalla tersebar di 30 dari 32 kecamatan di wilayah Kabupaten Simalungun.

Dari 1.234 rumah ibadah umat Islam itu, tidak diketahui masjid yang tertua, karena pihaknya tidak mendata pendiriannya, hanya terkait tipologi dan keberadaannya di setiap kecamatan.

"Belum pernah dilakukan pendataan tahun berdiri. Kedepan ini menjadi perhatian kami," kata Sajali.
 

Pewarta: Waristo

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019