Melalui program kemanusiaan Marhaban Ya Dermawan, ACT Sumut menyambangi Desa Jaring Halus di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, Selasa.
Ketua ACT Sumut Fadli Septaviandra mengatakan banyak daerah khususnya di Sumatera Utara masih memiliki keterbatasan dalam menyiapkan segala kebutuhan dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
"Khususnya saudara-saudara kita yang berada di tepian negeri, di pesisir, keluarga para nelayan. Seperti halnya masyarakat di Desa Jaring Halus ini," ujarnya.
Desa Jaring Halus dulu merupakan tempat hijrah sementara nelayan dari negeri jiran Kedah, Malaysia.
"Namun kini komunitas mereka telah tinggal di sana sampai sekarang, kini jumlah mereka lebih dari 3.000 jiwa. Sesuai dengan asalnya, masyarakat Jaring Halus selain berbahasa Indonesia, mereka masih menggunakan bahasa melayu Kedah Malaysia," kata Fadli.
Untuk menuju ke Desa Jaring Halus harus menggunakan dua jenis kendaraan, yakni kendaraan darat dan kendaraan air, sebab Desa Jaring Halus ini berada di tengah pulau hutan Manggrove, yang bersinggungan dengan selat Malaka.
"Dari kota Medan menuju Langkat memakan waktu sekitar 2 jam. Dari Langkat tepatnya kota Stabat, diperkirakan butuh 1 jam menuju dermaga di Kecamatan Secanggang," katanya.
Lebih lanjut, kata Fadli, penyeberangan dilakukan dengan menggunakan perahu bermesin yang merupakan angkutan penyeberangan umum.
"Perahunya lumayan besar, ada atap pelindung hujan dan mampu mengangkut 10-20 orang penumpang. Umumnya perahu ini hanya empat kali dalam sehari melakukan penyeberangan dari Batang Buluh menuju Jaring halus, pada pukul 09.00, 12.00, 15.00, dan 18.00," katanya
Di pinggiran sungai akan dijumpai sejumlah satwa liar yang hidup di sekitar Manggrove seperti monyet, bangau, dan elang. Ada juga perahu-perahu kecil dan nelayan yang tampak sedang mengambil hasil alam di sekitar hutan.
Ketika mendekati Desa Jaring Halus, sungai terbagi menjadi beberapa cabang aliran sungai, dan dari depan sungai-sungai tersebut menyatu dengan lautan.
"Dari lautan yang lebar tersebut mulai tampak desa jaring halus dengan susunan rumah penduduknya yang kokoh dengan pondasi kayu nibung di atas air. Rumah-rumah penduduk tampak padat di pinggiran sungai, dan ada juga yang tersebar di daratan Desa Jaring Halus," tuturnya.
Desa yang merupakan pulau terluar di sisi timur Pulau Sumatera ini masih menyimpan banyak potensi. Potensi alam misalnya, desa ini masih memiliki Hutan desa seluas sekitar 40 hektare tersebut.
"Potensi alam yang besar ini didukung oleh budaya masyarakat Jaring Halus yang masih menjaga dan mempertahankan kelestarian lingkungannya dengan aturan lokal," ujarnya
Namun sayang kata Fadli, dibalik potensi yang cukup besar ini, selain minimnya kesadaran masyarakat dan kurangnya sosialisasi dari pemangku kepentingan, kebersihan dan kesehatan tata ruang desa ini, menjadikan Jaring Halus menjadi pemukiman kumuh.
Genangan air, tumpukan sampah, dan sumber air bersih yang kurang memadai, yang kesemuanya ini bisa berakibat fatal terhadap kesehatan masyarakat desa. "Ini lah yang menjadi 'PR' bagi kita untuk mengimplementasikan berbagai program kemanusiaan di Desa Jaring Halus ini. Lewat program Marhaban Ya Dermawan, semoga saja banyak para dermawan-dermawan yang sudi menderma sedikit rezekinya kepada saudara-saudara kita di Jaring Halus," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019