Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia pada Senin pagi, memperpanjang penurunan dari Jumat (26/4/2019) yang mengakhiri reli beberapa minggu, setelah Presiden AS Donald Trump mendesak klub produsen OPEC untuk meningkatkan produksi.
Minyak mentah berjangka Brent berada di 71,72 dolar AS per barel pada pukul 00.39 GMT (07.39 GMT), turun 43 sen AS atau 0,6 persen, dari penutupan terakhir mereka.
Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di 62,92 dolar AS per barel, turun 38 sen AS atau 0,6 persen, dari penyelesaian sebelumnya. Kedua kontrak acuan turun sekitar tiga persen di sesi sebelumnya.
Bank ANZ mengatakan pada Senin, harga minyak "terpukul setelah Presiden Trump mengindikasikan ia telah berbicara dengan Arab Saudi tentang mengurangi dampak ekspor minyak Iran yang lebih rendah dengan meningkatkan aliran di tempat lain."
Trump mengatakan pada Jumat (26/4/2019) bahwa ia menelepon Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mengatakan kepada kartel untuk menurunkan harga minyak.
“Harga bensin turun. Saya menelepon OPEC, saya katakan Anda harus menurunkannya. Anda harus menurunkannya," kata Trump kepada wartawan.
Pernyataan itu memicu aksi jual, menempatkan setidaknya pagu sementara reli harga minyak pada 40 persen sejak awal tahun.
Reli telah mendapatkan momentum pada April setelah Trump memperketat sanksi-sanksi terhadap Iran dengan mengakhiri semua pengecualian yang sebelumnya dimiliki oleh pembeli utama di Asia.
Para pedagang mengatakan pasar mengalihkan fokusnya pada pengurangan pasokan sukarela yang dipimpin oleh klub produsen OPEC, yang didominasi Timur Tengah, sejak awal tahun.
Pemotongan telah didukung oleh beberapa produsen non-OPEC, terutama Rusia, tetapi analis mengatakan kerja sama ini mungkin tidak akan bertahan melebihi pertemuan antara OPEC dan sekutunya , sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan pada Juni.
Rusia mengatakan akan dapat memenuhi kebutuhan permintaan minyak China karena Beijing mencoba mengganti impor yang biasanya didapat dari Iran.
"Rusia tampaknya memiliki setiap alasan untuk memulai kembali meningkatkan produksi dan mulai menjadi tidak akan melihat OPEC + setuju untuk memperpanjang pengurangan produksi, dengan alasan untuk menutupi kekurangan dari Iran," kata Edward Moya, analis senior di pialang berjangka OANDA.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Minyak mentah berjangka Brent berada di 71,72 dolar AS per barel pada pukul 00.39 GMT (07.39 GMT), turun 43 sen AS atau 0,6 persen, dari penutupan terakhir mereka.
Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di 62,92 dolar AS per barel, turun 38 sen AS atau 0,6 persen, dari penyelesaian sebelumnya. Kedua kontrak acuan turun sekitar tiga persen di sesi sebelumnya.
Bank ANZ mengatakan pada Senin, harga minyak "terpukul setelah Presiden Trump mengindikasikan ia telah berbicara dengan Arab Saudi tentang mengurangi dampak ekspor minyak Iran yang lebih rendah dengan meningkatkan aliran di tempat lain."
Trump mengatakan pada Jumat (26/4/2019) bahwa ia menelepon Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mengatakan kepada kartel untuk menurunkan harga minyak.
“Harga bensin turun. Saya menelepon OPEC, saya katakan Anda harus menurunkannya. Anda harus menurunkannya," kata Trump kepada wartawan.
Pernyataan itu memicu aksi jual, menempatkan setidaknya pagu sementara reli harga minyak pada 40 persen sejak awal tahun.
Reli telah mendapatkan momentum pada April setelah Trump memperketat sanksi-sanksi terhadap Iran dengan mengakhiri semua pengecualian yang sebelumnya dimiliki oleh pembeli utama di Asia.
Para pedagang mengatakan pasar mengalihkan fokusnya pada pengurangan pasokan sukarela yang dipimpin oleh klub produsen OPEC, yang didominasi Timur Tengah, sejak awal tahun.
Pemotongan telah didukung oleh beberapa produsen non-OPEC, terutama Rusia, tetapi analis mengatakan kerja sama ini mungkin tidak akan bertahan melebihi pertemuan antara OPEC dan sekutunya , sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan pada Juni.
Rusia mengatakan akan dapat memenuhi kebutuhan permintaan minyak China karena Beijing mencoba mengganti impor yang biasanya didapat dari Iran.
"Rusia tampaknya memiliki setiap alasan untuk memulai kembali meningkatkan produksi dan mulai menjadi tidak akan melihat OPEC + setuju untuk memperpanjang pengurangan produksi, dengan alasan untuk menutupi kekurangan dari Iran," kata Edward Moya, analis senior di pialang berjangka OANDA.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019