Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi di Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran pada Kamis pagi, dengan jarak luncur 1.200 meter.
Melalui akun twitter BPPTKG yang dipantau di Yogyakarta menyebutkan luncuran awan panas guguran itu terjadi pada Kamis pukul 07.44 WIB dengan durasi 121 detik yang mengarah ke Kali Gendol.
"Awan panas teramati dari CCTV Puncak. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa," tulis BPPTKG.
Hasil pengamatan BPPTKG mulai pukul 00:00-00:06 WIB terekam 9 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-19 mm yang berlansung selama 14.6-64 detik, satu kali gempa embusan dengan amplitudo 5 mm selama 23 detik, dua kali gempa frekuensi rendah dengan amplitudo 4-6 mm selama 13.7-16.6 detik, satu kali gempa hybrid dengan amplitudo 2 mm, selama 7.6 detik, dan satu kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 10 mm selama 25.9 detik.
Berdasarkan pengamatan visual melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Kamis pagi, Gunung Merapi berkabut, suhu udara 20,3 derajat celsius, kelembaban udara 88 persen RH, dan tekanan udara 918,2 hPa.
Berdasarkan analisis morfologi kubah lava Gunung Merapi yang terakhir dirilis BPPTKG, volume kubah lava gunung api itu mencapai 461.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari.
Kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan masih rendah, rata-rata kurang dari 20.000 meter kubik per hari.
Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan dengan kejadian guguran awan panas guguran dengan jarak luncurnya semakin jauh, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi, media sosial BPPTKG atau ke kantor BPPTKG.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Melalui akun twitter BPPTKG yang dipantau di Yogyakarta menyebutkan luncuran awan panas guguran itu terjadi pada Kamis pukul 07.44 WIB dengan durasi 121 detik yang mengarah ke Kali Gendol.
"Awan panas teramati dari CCTV Puncak. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa," tulis BPPTKG.
Hasil pengamatan BPPTKG mulai pukul 00:00-00:06 WIB terekam 9 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-19 mm yang berlansung selama 14.6-64 detik, satu kali gempa embusan dengan amplitudo 5 mm selama 23 detik, dua kali gempa frekuensi rendah dengan amplitudo 4-6 mm selama 13.7-16.6 detik, satu kali gempa hybrid dengan amplitudo 2 mm, selama 7.6 detik, dan satu kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 10 mm selama 25.9 detik.
Berdasarkan pengamatan visual melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang, Kamis pagi, Gunung Merapi berkabut, suhu udara 20,3 derajat celsius, kelembaban udara 88 persen RH, dan tekanan udara 918,2 hPa.
Berdasarkan analisis morfologi kubah lava Gunung Merapi yang terakhir dirilis BPPTKG, volume kubah lava gunung api itu mencapai 461.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari.
Kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan masih rendah, rata-rata kurang dari 20.000 meter kubik per hari.
Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan dengan kejadian guguran awan panas guguran dengan jarak luncurnya semakin jauh, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi, media sosial BPPTKG atau ke kantor BPPTKG.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019