Medan (Antaranews Sumut) - PT PLN (Persero) wilayah Sumatra Utara kembali membuka pintu kerja sama pasokan listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga biogas. Ini sebagai salah satu upaya mendorong pemanfaatan energi terbarukan.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sumatra Utara, Feby Joko Priharto, Jumat, mengungkapkan hingga kini PLN belum memiliki pembangkit tenaga biogas di wilayah Sumut.
Kendati demikian, PLN meyakini Sumut memang memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, terutama dari tenaga air, panas bumi dan biogas.
Untuk itu karena belum memiliki sendiri pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg), PLN Sumut menjalin kerjasama dengan perusahaan yang sudah mengoperasikannya, yakni Asian Agri.
Asian agri membangun pembangkit biogas untuk dipakai sendiri listriknya. Biogas yang dihasilkan adalah dari limbah mereka.
"Kelebihan daya dari pembangkit biogas Asian Agri itulah yang bila PLN perlu, bisa dipakai, dengan skema kerjasama ekses power," ungkapnya, Jumat.
PLN Sumut telah menjalin kerjasama dengan perusahaan sawit terbesar Asia itu di dua lokasi, atau pembangkit. Dalam skema kerjasama ini PLN bisa memasok listrik sebesar 0,2 MW dan 0,4 M dengan status "undedicated supply".
Artinya, PLN dapat meminta pasokan listrik tersebut bila dibutuhkan, tetapi bila tidak mendapatkannya, Asian Agri tidak terkena penalti.
Skema ini juga yang akan diterapkan kepada perusahaan-perusahaan pemilik pembangkit biogas berikutnya yang ingin bekerjasama dengan PLN Sumut.
Skema ini sebenarnya merupakan skema kerjasama yang diberlakukan Kementerian ESDM untuk menghadapi dua kondisi. Yaitu untuk memperbaiki mutu layanan karena defisit daya atau untuk menurunkan biaya pokok produksi tenaga listrik.
PLN Sumut sendiri sebenarnya tidak memiliki persoalan dengan defisit daya karena saat ini masih memiliki surplus lebih dari 200 MW.
Namun skema ekses power tetap dibutuhkan sebagai salah satu instrumen yang bisa digunakan untuk menekan biaya pokok produksi listrik.
"Bila melihat dari kapasitas daya yang bisa kami manfaatkan dari pembangkit biogas yang kurang dari 1 MW, tentu itu sangat kecil dibandingkan dengan beban puncak di Sumut yang mencapai 2.000 MW," terangnya.
Selain menjadi salah satu instrumen menekan biaya produksi, diakomodirnya listrik biogas oleh PLN Sumut, kata dia, juga sebagai komitmen mendorong pemanfaatan energi terbarukan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Sumatra Utara, Feby Joko Priharto, Jumat, mengungkapkan hingga kini PLN belum memiliki pembangkit tenaga biogas di wilayah Sumut.
Kendati demikian, PLN meyakini Sumut memang memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan, terutama dari tenaga air, panas bumi dan biogas.
Untuk itu karena belum memiliki sendiri pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg), PLN Sumut menjalin kerjasama dengan perusahaan yang sudah mengoperasikannya, yakni Asian Agri.
Asian agri membangun pembangkit biogas untuk dipakai sendiri listriknya. Biogas yang dihasilkan adalah dari limbah mereka.
"Kelebihan daya dari pembangkit biogas Asian Agri itulah yang bila PLN perlu, bisa dipakai, dengan skema kerjasama ekses power," ungkapnya, Jumat.
PLN Sumut telah menjalin kerjasama dengan perusahaan sawit terbesar Asia itu di dua lokasi, atau pembangkit. Dalam skema kerjasama ini PLN bisa memasok listrik sebesar 0,2 MW dan 0,4 M dengan status "undedicated supply".
Artinya, PLN dapat meminta pasokan listrik tersebut bila dibutuhkan, tetapi bila tidak mendapatkannya, Asian Agri tidak terkena penalti.
Skema ini juga yang akan diterapkan kepada perusahaan-perusahaan pemilik pembangkit biogas berikutnya yang ingin bekerjasama dengan PLN Sumut.
Skema ini sebenarnya merupakan skema kerjasama yang diberlakukan Kementerian ESDM untuk menghadapi dua kondisi. Yaitu untuk memperbaiki mutu layanan karena defisit daya atau untuk menurunkan biaya pokok produksi tenaga listrik.
PLN Sumut sendiri sebenarnya tidak memiliki persoalan dengan defisit daya karena saat ini masih memiliki surplus lebih dari 200 MW.
Namun skema ekses power tetap dibutuhkan sebagai salah satu instrumen yang bisa digunakan untuk menekan biaya pokok produksi listrik.
"Bila melihat dari kapasitas daya yang bisa kami manfaatkan dari pembangkit biogas yang kurang dari 1 MW, tentu itu sangat kecil dibandingkan dengan beban puncak di Sumut yang mencapai 2.000 MW," terangnya.
Selain menjadi salah satu instrumen menekan biaya produksi, diakomodirnya listrik biogas oleh PLN Sumut, kata dia, juga sebagai komitmen mendorong pemanfaatan energi terbarukan.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019