New York (Antaranews Sumut) - Saham-saham di Wall Street turun tajam pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor mempertimbangkan sejumlah data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 558,72 poin atau 2,24 persen, menjadi berakhir di 24.388,95 poin. Indeks S&P 500 turun 62,87 poin atau 2,33 persen, menjadi ditutup di 2.633,08 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir 219,01 poin atau 3,05 persen lebih rendah, menjadi 6.969,25 poin.
Pertumbuhan lapangan pekerjaan AS melambat pada November di tengah kekhawatiran kemungkinan perlambatan ekonomi. Total pekerjaan non-pertanian meningkat sebesar 155.000 pada November, dan tingkat pengangguran tetap tidak berubah pada 3,7 persen, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (7/12).
Angka pekerjaan tersebut berada di bawah perkiraan untuk kenaikan sekitar 190.000, dan lebih rendah dari rata-rata bulanan sebesar 170.000 untuk September, Oktober dan November.
Kenaikan lapangan pekerjaan pada November terjadi di bidang perawatan kesehatan, manufaktur, transportasi dan pergudangan, kata departemen itu.
Saham-saham telah melihat perdagangan volatil selama seminggu, karena investor semakain khawatir dengan laju perkembangan ekonomi serta kenaikan suku bunga.
Imbal hasil surat utang negara AS bertenor tiga tahun melampaui surat utang bertenor lima tahun pada Senin (3/12). Kurva imbal hasil terbalik menarik perhatian investor karena statistik historis menunjukkan bahwa ketika imbal hasil jangka pendek diperdagangkan di atas suku bunga jangka panjang, resesi bisa terjadi.
Kegelisahan seputar inversi kurva imbal hasil potensial itu mengirimkan imbal hasil pada obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun menjadi 2.858 persen pada Jumat (7/12). Imbal hasil itu di atas 3,00 persen pada awal minggu.
Sementara itu, saham perusahaan teknologi berkapitalisasi besar menurun pada Jumat (7/12), menempatkan tekanan pada indeks acuan. Netflix dan Amazon diperdagangkan masing-masing 6,27 persen dan 4,12 persen lebih rendah.
Saham Apple jatuh 3,57 persen setelah Morgan Stanley memangkas target harganya, mengutip melemahnya penjualan iPhone.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 558,72 poin atau 2,24 persen, menjadi berakhir di 24.388,95 poin. Indeks S&P 500 turun 62,87 poin atau 2,33 persen, menjadi ditutup di 2.633,08 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir 219,01 poin atau 3,05 persen lebih rendah, menjadi 6.969,25 poin.
Pertumbuhan lapangan pekerjaan AS melambat pada November di tengah kekhawatiran kemungkinan perlambatan ekonomi. Total pekerjaan non-pertanian meningkat sebesar 155.000 pada November, dan tingkat pengangguran tetap tidak berubah pada 3,7 persen, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (7/12).
Angka pekerjaan tersebut berada di bawah perkiraan untuk kenaikan sekitar 190.000, dan lebih rendah dari rata-rata bulanan sebesar 170.000 untuk September, Oktober dan November.
Kenaikan lapangan pekerjaan pada November terjadi di bidang perawatan kesehatan, manufaktur, transportasi dan pergudangan, kata departemen itu.
Saham-saham telah melihat perdagangan volatil selama seminggu, karena investor semakain khawatir dengan laju perkembangan ekonomi serta kenaikan suku bunga.
Imbal hasil surat utang negara AS bertenor tiga tahun melampaui surat utang bertenor lima tahun pada Senin (3/12). Kurva imbal hasil terbalik menarik perhatian investor karena statistik historis menunjukkan bahwa ketika imbal hasil jangka pendek diperdagangkan di atas suku bunga jangka panjang, resesi bisa terjadi.
Kegelisahan seputar inversi kurva imbal hasil potensial itu mengirimkan imbal hasil pada obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun menjadi 2.858 persen pada Jumat (7/12). Imbal hasil itu di atas 3,00 persen pada awal minggu.
Sementara itu, saham perusahaan teknologi berkapitalisasi besar menurun pada Jumat (7/12), menempatkan tekanan pada indeks acuan. Netflix dan Amazon diperdagangkan masing-masing 6,27 persen dan 4,12 persen lebih rendah.
Saham Apple jatuh 3,57 persen setelah Morgan Stanley memangkas target harganya, mengutip melemahnya penjualan iPhone.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018