Karo  (Antaranews Sumut) - Petani bawang merah di Karo, Sumatera Utara berharap Bank Indonesia tetap mendampingi atau minimal melakukan monitoring agar para petani bawang daerah itu bisa tetap eksis.
      
"Pembinaan  BI Sumut terhadap petani bawang  Kelompok Tani Tebing Latersia, Desa Batu karang, Kecamatan Payung, Karo cukup baik.Kami merasakan manfaat besar dan berhasil sehingga petani minta dukungan BI terus,"ujar Ketua Kelompok Tani Tebing Latersia, Budi Tarigan di Karo, Sumut, Rabu.
      
Dia mengatakan itu pada acara Phasing Out Klaster Bawang Merah Kelompok Tani Tebing Latersia, Desa Batu Karang Kecamatan Payung, Karo.
    
Menurut Budi, dengan dibina melalui pembentukan klaster, petani banyak mendapat ilmu pertanian bawang.
     
Mulai dari pengelolaan areal, produksi bibit berkualitas hingga panen dan pascapanen.
    
"Pelatihan hingga langsung ke daerah sentra di Nganjuk, Jawa Timur dan pendampingan saat bertanam dan panen sangat membantu keberhasilan petani bawang,"katanya.
     
Bahkan, ujar Budi, petani yang dibawa ke pergudangan di Nganjuk, Jawa Timur untuk mempelajari sistem Resi Gudang sangat membantu.
     
Produksi bawang di Kelompok Tani Tebing Latersia misalnya sudah mencapai 15 hingga 24 ton per hektare dari sebelumnya jauh di bawah angka itu atau di bawah 8 ton.
      
Budi mengaku, pertolongan BI dirasakan semakin sangat besar karena pascaerupsi Sinabung, petani yang kehilangan mata pencaharian akhirnya bisa berusaha lagi.
      
Dia mengakui, dari hasil pendampingan dan pelatihan itu pula diketahui bahwa varietas Tajuk Nganjuk, Maja, dan  Bauji Jawa Timur cocok dikembangkan di Kecamatan Payung, Karo.
     
Hingga saat ini anggota Kelompok Tani Tebing Latersia sudah sebanyak 52 orang dengan luas areal 23 hektare dari awalnya hanya 1,5 hektare.
     
"Meski harga jual juga sering berubah-ubah akibat banyak faktor, tetapi penanaman bawang dinilai menjanjikan"katanya.
     
Dalam bulan Oktober ini misalnya, kata Budi, harga jual bawang dari Karo turun menjadi sekitar Rp8.000 per kg karena lagi "banjir" bawang merah dari Jawa.
    
Harga itu kurang menguntungkan karena juga sedang terjadi penurunan produktivitas akibat musim hujan.
     
"Harga jual bawang yang menguntungkan Rp9.500 hingga Rp10.000 per kg,"katanya.
      
Deputi Direktur Perwakilan BI Sumut, Demina R Sitepu, mengatakan, klaster bawang merah ditetapkan karena bawang menjadi  salah satu komoditas unggulan di Sumut.
     
Apalagi, katanya, permlntaan bawang merah untuk konsumsi dan benlh dalam negeri terus mengalaml penlngkatan.
     
Selain di Sumut. sentra pengembangan bawang merah di Sumut ada di Simalungun, Toba Samosir, Samosir, dan Tapanull Utara .
     
Namun rata -rata produktivitasnya masih rendah yaknl mencapal 8 ton per hektare atau jauh di bawah rata rata produksi dI Pulau Jawa
       
"Untuk itu pula sejak empat tahun lalu, BI membina Kelompok Tani Tebing Latersia melalui program pengembangan UMKM BI Sumut,"katanya.
      
Program pengembangan klaster bawang merah dilakukan secara bertahap dan multlyears (2014 - 2017 ).
     
Dia menjelaskan, tahun 2014 - 2015,  merupakan tahun pembangunan program yang berfokus pada keglatan "on farm" atau budi daya bawang merah.
      
Sementara mulai tahun 2016, merupakan tahun pengembangan program, dimana keberhasilan di tahun pertama diharapkan bisa mendorong kelompok tani binaan dan kelompok Iain untuk melaksanakan teknologi budi daya bawang merah sesuai dengan praktek budl daya yang baik (GPA, Good Agriculture Practice)
      
"Selanjutnya, guna melahirkan klaster yang mandiri dan berkelanjutan, maka pada tahun 2017, fokus program adalah pembentukan Lembaga Keuangan/Koperasi,"ujar Demina.
    
Dalam rangka peningkatan produktivitas hasil dan peningkatan kompetensi petani anggota kelompok, BI memberikan bantuan baik berupa  fisik melalui PSBI maupun  teknis dalam bentuk pelatihan.
      
"Terakhir BI memberikan pelatihan pengendalian hama menggunakan 'light trap' ,"katanya.
    
Sebelumnya, bantuan fisik lain yang diberikan BI adalah pembangunan "Rumah Bawang" berkapasitas 20 ton dan mesin ozonisasi.
    
"Meski sudah Phasing Out, BI akan terus memonitoring secara berkala Kelompok Tani Tebing Latersia,"ujarnya.
     
Bahkan, katanya, untuk melindungi petani binaan,  BI melakukan koordinasi dengan BPSB, Pemerintah Kabupaten Karo dan Provinsi Sumut dalam program pengembangan sentra bawang merah di Kabupaten Karo.
      
BI juga melakukan intermediasi dengan Bulog untuk program pengendalian inflasi bawang merah melalui program Operasi Pasar.
     
"BI berharap, kerja sama yang baik dapat tetap terjalin meski Klaster Bawang Kelompok Tani Tebing Latersia kami kembalikan ke Pemerintah Kabupaten Karo,"ujar Demina.
      
Dia menjelaskan, saat ini kelompok tani juga sudah mampu memproduksi benih bawang merah untuk kebutuhan penanaman di Iahannya masing - masing serta memproduksi pupuk organik secara mandiri.***3***
 

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018