Sipirok (Antaranews Sumut) - Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit mentah CPO (Crude Palm Oil) terbesar di dunia. Pada tahun 2017, luas lahan perkebunan masyarakat di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 5.381,75 Ha dengan produksi 55.509,50 ton per tahun. Pesatnya   pertumbuhan   produksi   minyak   kelapa   sawit,   merupakan suatu tantangan pembangunan, khususnya bagi kelestarian kawasan hutan.
   
Sejalan   dengan  visi   Pemerintah   Daerah,   yaitu   Tapanuli   Selatan   yang   maju berbasis   sumber   daya   manusia   pembangunan   yang   unggul,   sehat   cerdas, sejahtera serta sumber daya alam yang produktif dan lestari. 

Baca juga: Pelestarian ekosistem Batangtoru selaras dengan pengelolaan SDA

Pemerintah daerah Kabupaten   Tapanuli   Selatan   berinisiatif   membentuk   forum   kelapa   sawit berkelanjutan  yang bertujuan  sebagai  wadah  koordinasi  dan  komunikasi SKPD terkait, pihak swasta, akademisi, dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk mewujudkan   pengelolaan   perkebunan   kelapa   sawit   yang   arif   bagi   kelestarian ekosistem.
   
“Produksi   kelapa   sawit   oleh   petani   di   masyarakat   sekitar   10-13   ribu   ton   per hektar dari potensi 24 ribu ton per hektar. Tantangan tata kelola budidaya kelapa sawit berupa penggunaan bibit, penggunaan pupuk, dan lokasi penanaman yang tidak   tepat.   Pada   tahun   ini,   kami   menjalin   kolaborasi   dengan  Conservation International   (CI)  yang   fokus   untuk   mencari   solusi-solusi   bersama   mengatasi permasalahan   khususnya   bagi   kebun-kebun   masyarakat,”   ungkap   Ir.Saulian Sabbih (Assisten I Ekonomi dan Pembangunan Kab. Tapanuli Selatan).
  
“UNDP   (United   Nations   Development   Program)  bermitra   dengan   CI   akan menjalankan   program   GGP   (Green   Growth   Partnership),   dukungan   produksi  komoditas   yang   mengurangi   kerusakan   hutan,   mendahulukan   pendekatan terpadu   rantai   pasokan   untuk   mengatasi   akar   penyebab   deforestasi   dari komoditas kelapa sawit. Visi CI, alam yang lestari memberikan keuntungan bagi manusia yang tinggal di bentang alam tersebut. Pemilihan Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai lokasi program, salah satunya adalah karena adanya komitmen yang sangat tinggi dari pemerintah daerah,” jelas Ir.  Ketut Sarjana Putra, MSc (Vice President Conservation International Indonesia).”
   
Pada   sambutannya,   H.   Syahrul   M.   Pasaribu,  SH   (Bupati   Tapanuli   Selatan) mengungkapkan,”Bumi,   air,   dan   seluruh   kekayaan   alam   merupakan   pinjaman dari   anak   cucu   kita,   artinya   silahkan   dimanfaatkan   namun   kenekaragaman hayati   di   dalamnya   harus   tetap   terjaga.   Tuntutan   masyarakat   yang   semakin beragam, perlu diselaraskan dengan peningkatan pemahaman  dan kepedulian berkebun kelapa sawit yang mengutamakan intensifikasi, bukan ekstensifikasi.

Rencana program GGP yang akan dijalankan bersama dengan CI dan UNDP ini menerapkan pendekatan secara holistik yang akan dibahas melalui forum multi-pihak, sehingga diharapkan dapat memberikan alternatif solusi terbaik.”Sebagai   langkah   awal,   H.   Syahrul   M.   Pasaribu   menandatangani   SK 188.45/92/KPTS/   Tahun   2018   tentang   pembentukan   forum   multi-pihak   kelapa sawit   berkelanjutan.  

Di   Provinsi   Sumatera   utara,   Kabupaten   Tapanuli   Selatan adalah kabupaten pertama yang membentuk forum ini. ”Beberapa target yang akan dicapai bersama dengan forum ini, antara lain: penguatan kebijakan yang sudah   ada,   pelatihan   bagi   700   orang   petani,   penerapan   praktik   perkebunan terbaik   di   kebun   percontohon,   serta   mengembangkan   sistem   monitoring   dan evaluasi. Saya yakin, meskipun program ini merupakan program percontohan di Indonesia,   namun   melalui   kemitraaan   yang   kuat   akan   menjadi   pembelajaran bagi wilayah lain nantinya,” imbuh Iman Santoso PhD (Senior Terrestrial Policy Advisor Conservation International). 

Baca juga: Aplikasi SKATA diperkenalkan

Tentang   Good   Growth   Partnership   (GGP)  –   Implementasi   program   UNDP bermitra   dengan   Conservation   International-Indonesia   (CI)   berupa   dukungan produksi   komoditas   yang   mengurangi   kerusakan   hutan,   mendahulukan pendekatan rantai pasokan terpadu untuk mengatasi akar penyebab deforestasi dari   komoditas   kelapa   sawit.  

Hasil   yang   diharapkan   adalah:   (a)   Mengurangi dampak global produksi minyak kelapa sawit terhadap emisi gas rumah kaca dan keanekaragaman   hayati   melalui   praktik   pertanian   berkelanjutan   dan perlindungan   ekosistem   kunci   (b)   Pengelolaan   sumber   daya   alam   yang berkelanjutan dan peningkatan ketahanan. 
   
Tentang   Conservation   International   (CI) - Berlandaskan   pada   ilmu pengetahuan, kemitraan dan pengalaman, CI memberdayakan masyarakat untuk menjaga   alam,   keanekaragaman   hayati   dan meningkatkan   kesejahteraan manusia.   CI   didirikan   pada   1987,   dan   bekerja   di   Indonesia   sejak   tahun 1991 untuk   mendukung   masyarakat   madani   yang   sejahtera   melalui upaya perlindungan   alam,   dukungan   sistem produksiyang berkelanjutan,   dan dukungan tata   kelola   yang   efektif. CI   bermarkas   besar   di Washington   DC, mempekerjakan 900 orang yang bekerja di 30 negara pada empat benua, serta bekerja dengan lebih dari 1.000 mitra di seluruh dunia.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018