Medan, 6/6 (Antara) - Produksi beras Sumatera Utara diprediksikan masih tetap surplus sampai akhir tahun sehingga selain bisa memenuhi kebutuhan masyarakat, juga untuk stok Bulog.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Dahler d Medan, Selasa, mengatakan, hingga Mei, surplus produksi beras Sumut ada 428.854 ton.
Surplus itu diperoleh dari produksi yang mencapai 1.167.516 ton dan kebutuhan masyarakat 738.662 ton.
"Surplus diperkirakan masih terus terjadi hingga akhir tahun. Apalagi Bulog bekerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian meluncurkan Program Serapan Gabah Petani (Sergap),"katanya.
Sergap dilakukan bukan saja untuk menyerap gabah milik petani, tetapi juga bertujuan bisa meningkatkan cadangan pangan.
Menurut Dahler, kebijakan pemerintah yang tahun 2017 tidak mengimpor beras atau "zero import" membuat petani tertarik meningkatkan tanamannya.
"Produksi beras yang surplus itu juga sangat membantu Pemprov Sumut dan pemkot/pemkab karena harga beras tidak mengalami kenaikan sehingga bisa menekan inflasi,"katanya.
Pedagang sembilan bahan pokok di Pasar Inpres Titi Kuning, Medan, Aji menyebutkan, harga beras rata-rata bertahan stabil dan bahkan tren turun Rp1.000 per kg.
Penurunan harga beras itu disebutkan dampak banyaknya produksi di Sumut termasuk adanya pasokan dari Aceh.
"Beras Cianjur satu karung isi 10 kg misalnya tinggal Rp105.000 dari Rp115.000 sebelumnya," kata Aji.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Dahler d Medan, Selasa, mengatakan, hingga Mei, surplus produksi beras Sumut ada 428.854 ton.
Surplus itu diperoleh dari produksi yang mencapai 1.167.516 ton dan kebutuhan masyarakat 738.662 ton.
"Surplus diperkirakan masih terus terjadi hingga akhir tahun. Apalagi Bulog bekerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian meluncurkan Program Serapan Gabah Petani (Sergap),"katanya.
Sergap dilakukan bukan saja untuk menyerap gabah milik petani, tetapi juga bertujuan bisa meningkatkan cadangan pangan.
Menurut Dahler, kebijakan pemerintah yang tahun 2017 tidak mengimpor beras atau "zero import" membuat petani tertarik meningkatkan tanamannya.
"Produksi beras yang surplus itu juga sangat membantu Pemprov Sumut dan pemkot/pemkab karena harga beras tidak mengalami kenaikan sehingga bisa menekan inflasi,"katanya.
Pedagang sembilan bahan pokok di Pasar Inpres Titi Kuning, Medan, Aji menyebutkan, harga beras rata-rata bertahan stabil dan bahkan tren turun Rp1.000 per kg.
Penurunan harga beras itu disebutkan dampak banyaknya produksi di Sumut termasuk adanya pasokan dari Aceh.
"Beras Cianjur satu karung isi 10 kg misalnya tinggal Rp105.000 dari Rp115.000 sebelumnya," kata Aji.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2017