Medan, 1/12 (Antarasumut) - Empat kota yang dijadikan indeks harga konsumen atau IHK di Sumatera Utara pada bulan November 2016 mengalami inflasi akibat masih naiknya harga berbagai barang.
"Akibat empat kota IHK itu mengalami inflasi lagi, maka inflasi Sumut pada November masih tetap tinggi atau 0,76 persen," ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Bismark S Pardamean di Medan, Kamis.
Dari empat kota yang mengalami inflasi, inflasi di Sibolga tetap tercatat tertinggi yakni 0,99 persen disusul Siantar 0,80 persen, Padangsidempuan 0,76 persen, dan Medan 0,74 persen.
Menurut dia, dengan masih terjadinya inflasi pada November sebesar 0,76 persen, maka secara kumulatif inflasi Sumut bertambah besar lagi atau 6,13 persen dari posisi Oktober yang 5,33 persen.
Masih inflasinya Sumut di November akibat kenaikan berbagai harga barang khususnya kelompok bahan makanan, makan jadi, listrik, perumahan, termasuk transportasi.
Adapun komoditas utama penyumbang inflasi antara lain cabai merah, bawang merah, dan daging sapi.
Asisten Direktur Tim Asessmen dan Advisory Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut Demina R Sitepu mengatakan, inflasi yang terus berlangsung di Sumut membuat perlambatan perekonomian Sumut seperti yang terlihat pada triwulan III 2016.
Melambungnya tekanan inflasi yang melebihi sasaran yang pada triwulan III 2016 tercatat 6,0 persen secara year on year (YoY) atau naik dibandingkan dengan realisasi triwulan sebelumnya 4,3 persen (YoY).
Bahkan inflasi Sumut jauh di atas inflasi nasional yang hanya mencapai 3,1 persen (YoY), mau pun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 4,3 persen (YoY) harus mendapat perhatian penuh.
"BI memprediksi, faktor risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 diperkirakan masih tinggi dan mencermati tingginya risiko inflasi tersebut, TPID se-Provinsi Sumut terus meningkatkan komitmennya untuk mendukung capaian inflasi yang rendah dan stabil," katanya.
Meski ada dugaan tekanan inflasi berpotensi tinggi melebihi sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4 plus minus satu persen, TPID terus berupaya mengendalikannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
"Akibat empat kota IHK itu mengalami inflasi lagi, maka inflasi Sumut pada November masih tetap tinggi atau 0,76 persen," ujar Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Bismark S Pardamean di Medan, Kamis.
Dari empat kota yang mengalami inflasi, inflasi di Sibolga tetap tercatat tertinggi yakni 0,99 persen disusul Siantar 0,80 persen, Padangsidempuan 0,76 persen, dan Medan 0,74 persen.
Menurut dia, dengan masih terjadinya inflasi pada November sebesar 0,76 persen, maka secara kumulatif inflasi Sumut bertambah besar lagi atau 6,13 persen dari posisi Oktober yang 5,33 persen.
Masih inflasinya Sumut di November akibat kenaikan berbagai harga barang khususnya kelompok bahan makanan, makan jadi, listrik, perumahan, termasuk transportasi.
Adapun komoditas utama penyumbang inflasi antara lain cabai merah, bawang merah, dan daging sapi.
Asisten Direktur Tim Asessmen dan Advisory Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut Demina R Sitepu mengatakan, inflasi yang terus berlangsung di Sumut membuat perlambatan perekonomian Sumut seperti yang terlihat pada triwulan III 2016.
Melambungnya tekanan inflasi yang melebihi sasaran yang pada triwulan III 2016 tercatat 6,0 persen secara year on year (YoY) atau naik dibandingkan dengan realisasi triwulan sebelumnya 4,3 persen (YoY).
Bahkan inflasi Sumut jauh di atas inflasi nasional yang hanya mencapai 3,1 persen (YoY), mau pun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 4,3 persen (YoY) harus mendapat perhatian penuh.
"BI memprediksi, faktor risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 diperkirakan masih tinggi dan mencermati tingginya risiko inflasi tersebut, TPID se-Provinsi Sumut terus meningkatkan komitmennya untuk mendukung capaian inflasi yang rendah dan stabil," katanya.
Meski ada dugaan tekanan inflasi berpotensi tinggi melebihi sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4 plus minus satu persen, TPID terus berupaya mengendalikannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016