Medan, 21/9 (antarasumut) - Berbagai produk usaha kecil dan menengah (UKM) di Sumatera Utara belum menimbulkan ketertarikan karena belum memiliki nilai seni yang mampu menampilkan ciri khas daerah.

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi B dan Dinas Koperasi dan UKM Sumut di Medan, Rabu, Ketua III Simpaian Seniman Seni Rupa Indonesia (Simpasri) Mangatas Pasaribu mengatakan, sebenarnya produk UKM di Sumut sangat banyak.

Kondisi itu dapat terlihat dari berbagai pameran yang ditampilkan, termasuk dalam penyelenggaraan Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) yang dilaksanakan setiap tahun.

Namun berbagai produk UKM tersebut belum mampu menarik perhatian pengunjung, bahkan ada yang menganggapnya sebagai produk murahan.

Kondisi itu disebabkan berbagai produk di Sumut tersebut sering tidak memiliki nilai seni dan faktor yang menggambarkan kekhususan daerah.

Kondisi itu berbeda dengan produk dari daerah lain yang melibatkan kalangan seniman sehingga barang-barang yang dihasilkan menjadi terkenal dan menarik perhatian.

Ia mencontohkan produk C-59 di Bandung, Provinsi Jawa Barat, Joker di Bali, atau Dagadu di Yogyakarta yang selalu memancing orang untuk membelinya.

Untuk itu, Dinas Koperasi dan UKM perlu melibatkan kalangan seniman dalam memberikan nilai seni terhadap berbagai produk yang dihasilkan UKM tersebut.

"Kalau seniman turun, produk biasa pun bisa menjadi cantik," kata Dosen seni rupa dari Fakultas Seni dan Bahasa Universitas Negeri Medan (Unimed).

Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumut M Zein Siregar mengatakan, pihaknya sangat setuju dalam pelibatan kalangan seniman dalam pengembangan UKM tersebut.

Namun pengembangan UKM tersebut tidak dapat hanya mengandalkan Dinas Koperasi dan UKM, melainkan perlu keterlibatan instansi lain.

"Terkadang, dana pembinaan UKM di Dinas Kelautan dan Perikanan jauh lebih besar dari Dinas Koperasi dan UKM," katanya.  

Pewarta: Irwan Arfa

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016