Batubara, 27/4 (Antarasumut) - Sulitnya mendapatkan kayu berkualitas sejenis damar dan meranti menjadi kendala bagi pembuat sampan tradisional di Batubara. Kayu sembarang menjadi pilihan alternatif.
Sofyan (40), pembuat sampan dari Desa Pematang Kawat Kecamatan Lima Puluh, Selasa (26/4), mengungkapkan, ketahanan sampan dengan bahan berkualitas mampu bertahan kebih dari 5 tahun. Bila menggunakan kayu sembarang, hanya tahan 5 tahun.
"Pesanan umumnya untuk sampan ukuran besar dengan mesin 30 PK dan ukuran kecil bermesin 6 PK. Masa pengerjaan untuk yang sedang sekira 10 hari dan yang besar sampai 30 hari," ujarnya.
Menggeluti dunia itu selama 10 tahun lebih, sedikitnya 100 unit sampan tradisional telah mereka produksi. Soal harga, pemesan kapal harus merogoh saku sebesar Rp 30 juta untuk menebus sampan bermesin 30 PK dan Rp 12 juta sampan bermesin 6 PK.
"Pesanan masih untuk kebutuhan nelayan di Batubara saja. Kalau pesanan dari daerah lain belum ada," ujar Arifin (35) pemilik usaha pembuat sampan itu.
Untuk membantu usaha itu, mereka juga mengharapkan bantuan pemerintah. Belum pernah para pembuat sampan di desa itu mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.
"Kami sangat butuh kalau ada bantuan itu. Syaratnya juga akan kami persiapkan. Tapi sampa saat ini, belum ada yang datang menawarkan bantuan itu,"ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016