Medan, 16/2 (Antara) - Harga ayam potong di pasar Medan, terus naik atau mencapai Rp27.000 - Rp29.000 dari Rp23.000 -Rp25.000 per kg sebelumnya akibat naiknya harga pakan ternak dan bisnis ternak yang didominasi perusahaan modal asing.


"Peternak ayam sebagian besar binaan atau tergantung dengan bibit ayam (DOC) dan pakan ternak milik perusahaan besar dan PMA (perusahaan modal asing). Jadi harga ayam sangat tergantung dengan harga pakan dan bibit ayam perusahaan pemasok," ujar Ketua Aosiasi Peternak Rakyat Indonesia (Asparin) T.Zulkarnain di Medan, Selasa.


Menurut dia, kenaikan harga ayam itu sendiri, bukannya menguntungkan peternak.


Alasan dia, dengan harga naik, daya beli pedagang pengumpul berkurang menyusul kemampuan beli masyarakat juga semakin rendah.


Kemudian, kalaupun harga jual naik di pasar, keuntungan peternak juga tetap sedikit karena harga jual ayam yang dipanen harus dijual ke perusahaan bapak angkat dengan harga yang ditetapkan.


"Jadi sebenarnya peternak ayam yang khususnya bekerja sama dengan perusahaan, nasibnya seperti buruh alias makan gaji. Yang tetap untung besar adalah perusahaan pemasok bibit, pakan dan obat yang sebagian besar merupakan PMA," ujarnya.


Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Subintoro, mengakui, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut sudah melakukan pemantauan atas gejolak harga ayam potong di pasar Medan yang dikhawatirkan menjadi pemicu inflasi di daerah itu.


"Laporan sementara, pemicu naiknya harga ayam potong di pasar karena kenaikan harga pakan ternak yang didorong naiknya harga bahan pakan seperti jagung," katanya.


Harga jagung di tingkat petani yang sebesar Rp5.000 per kg, ujar Subintoro memang naik tajam dari harga sebelumnya yang hanya Rp2.500 -Rp2.700 per kg,


"TPID sedang mencari solusi untuk menekan kenaikan harga ayam potong itu yang diakui memang selalu menjadi salah satu barang/komoditas pemicu inflasi," katanya.


Pengurus Serikat Petani Indonesia Kabupaten Karo, Sumut, Abraham Tarigan, meminta agar pemerintah tidak terpengaruh dengan kasus kenaikan harga ayam yang disebut-sebut sebagai dampak kenaikan harga jagung.


"Kenaikan harga ayam itu diduga ulah perusahaan pakan ternak untuk menekan pemerintah agar membolehkan impor yang otomatis menurunkan harga jagung di tingkat petani," katanya.


Kebijakan pemerintah yang antara lain menekan impor, ujar Abraham memang sudah terbukti bisa menaikkan harga jagung petani.


"KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) diminta terus menyelidiki dugaan kartel pada bisnis pakan ternak, bibit ayam dan termasuk obat-obatan untuk ternak agar kerugian petani tidak terus berlangsung," katanya.***3***

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Ribut Priadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016