Medan, 3/2 (Antara) - Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Utara mulai membangun usaha keterampilan berupa "home industry" pembuatan tahu dan tempe di Kampung Kubur yang selama ini merupakan sarang narkoba.
Langkah itu dilakukan sebagai upaya pemberdayaan untuk menjauhkan warga dari bahaya narkotika dan mengubah stigma buruk "kampung narkoba" menjadi kampung sejahtera, kata Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan BNN Provinsi Sumut, AKBP Magdalena Sirait kepada wartawan, Rabu.
Menurut dia, hasil penelitian BNN Sumut dan interaksi tim dengan warga, perlu membuat suatu keterampilan bagi warga sekitar, sehingga tidak ada lagi istilah kampung narkoba, melainkan kampung sejahtera warganya.
Untuk sementara, warga yang dilibatkan berjumlah 15 orang. Namun, jika usaha tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan, pihaknya akan menambah lagi jumlah tersebut, ujar AKBP Magdalena.
Dia menyebutkan, seluruh keluarga yang bermukim di kawasan itu, memiliki pekerjaan tetap dan tidak ada lagi niat atau pikiran warga untuk terlibat dalam peredaran narkotika.
Untuk tahap pertama ini sifatnya masih pelatihan saja dan belum berproduksi. Dari pelatihan itu akan dinilai hasil produksi pembuatannya apakah sudah layak dipasarkan atau belum.
Hasil produksi keterampilan warga itu akan ditampung dan dibeli oleh Pemerintah Kota Medan. Namun, bila sudah memenuhi syarat untuk dijual, dan pihaknya akan memasarkannya.
Magdalena menambahkan, selain mengolah tahu dan tempe, warga sekitar juga akan dibina membuat keranjang buah.
Disisi lain, BNN Sumut akan membangun kerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) untuk menilai dan melihat perkembangan kejiwaan masyarakat, apakah ada perubahan atau tidak.
Dia berharap dengan dimulainya pembangunan keterampilan di kawasan itu, dan dapat ditindak lanjuti oleh pemerintah.
Sebab, BNN Sumut tidak memiliki anggaran untuk itu. Untuk pembangunan tahap pertama ini menghabiskan anggaran senilai Rp7,5 juta.
"Pemerintah diharapkan dapat mengucurkan anggaran, sehingga proses pembangunan home industry ini bisa berkesinambungan dengan harapan warga mampu bekerja secara mandiri," kata Kabid Pemberdayaan BNN Sumut.
Salah seorang warga, Umi (48) mengaku senang dengan adanya upaya pembuatan tempe dan tahu.
Dia berharap, pemerintah menindak lanjuti program yang digagas oleh BNN Sumut tersebut.
Warga yang selama ini terlibat dalam peredaran dan penggunaan narkotika itu, bisa hidup tanpa narkoba, serta dapat kembali ke jalan yang benar, kata Umi.***2***
(T.M034/B/S015/S015) 03-02-2016 20:27:57
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016
Langkah itu dilakukan sebagai upaya pemberdayaan untuk menjauhkan warga dari bahaya narkotika dan mengubah stigma buruk "kampung narkoba" menjadi kampung sejahtera, kata Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan BNN Provinsi Sumut, AKBP Magdalena Sirait kepada wartawan, Rabu.
Menurut dia, hasil penelitian BNN Sumut dan interaksi tim dengan warga, perlu membuat suatu keterampilan bagi warga sekitar, sehingga tidak ada lagi istilah kampung narkoba, melainkan kampung sejahtera warganya.
Untuk sementara, warga yang dilibatkan berjumlah 15 orang. Namun, jika usaha tersebut berjalan sebagaimana yang diharapkan, pihaknya akan menambah lagi jumlah tersebut, ujar AKBP Magdalena.
Dia menyebutkan, seluruh keluarga yang bermukim di kawasan itu, memiliki pekerjaan tetap dan tidak ada lagi niat atau pikiran warga untuk terlibat dalam peredaran narkotika.
Untuk tahap pertama ini sifatnya masih pelatihan saja dan belum berproduksi. Dari pelatihan itu akan dinilai hasil produksi pembuatannya apakah sudah layak dipasarkan atau belum.
Hasil produksi keterampilan warga itu akan ditampung dan dibeli oleh Pemerintah Kota Medan. Namun, bila sudah memenuhi syarat untuk dijual, dan pihaknya akan memasarkannya.
Magdalena menambahkan, selain mengolah tahu dan tempe, warga sekitar juga akan dibina membuat keranjang buah.
Disisi lain, BNN Sumut akan membangun kerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU) untuk menilai dan melihat perkembangan kejiwaan masyarakat, apakah ada perubahan atau tidak.
Dia berharap dengan dimulainya pembangunan keterampilan di kawasan itu, dan dapat ditindak lanjuti oleh pemerintah.
Sebab, BNN Sumut tidak memiliki anggaran untuk itu. Untuk pembangunan tahap pertama ini menghabiskan anggaran senilai Rp7,5 juta.
"Pemerintah diharapkan dapat mengucurkan anggaran, sehingga proses pembangunan home industry ini bisa berkesinambungan dengan harapan warga mampu bekerja secara mandiri," kata Kabid Pemberdayaan BNN Sumut.
Salah seorang warga, Umi (48) mengaku senang dengan adanya upaya pembuatan tempe dan tahu.
Dia berharap, pemerintah menindak lanjuti program yang digagas oleh BNN Sumut tersebut.
Warga yang selama ini terlibat dalam peredaran dan penggunaan narkotika itu, bisa hidup tanpa narkoba, serta dapat kembali ke jalan yang benar, kata Umi.***2***
(T.M034/B/S015/S015) 03-02-2016 20:27:57
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2016