Medan, 1/10 (Antara) - Sumatera Utara mengalami deflasi pada September dengan besaran 0,70 persen setelah mencatat inflasi sejak April.
"Menggembirakan di September, Sumut mengalami deflasi. Deflasi di September akibat semua daerah yang dijadikan IHK (Indeks Harga Konsumen) juga mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Wien Kusdiatmono di Medan, Kamis.
Sibolga misalnya mengalami deflasi 1,85 persen, disusul Pematangsiantar 0,28 persen, Medan 0,70 persen dan Padangsidempuan 0,82 persen.
Deflasi di Medan antara lain dipicu penurunan harga cabai merah, daging ayam ras, bawang merah, udang, minyak goreng, kelapa dan angkutan udara.
"Diharapkan, deflasi masih akan berlanjut," katanya.
Wien menyebutkan, deflasi mulai terlihat dari beberapa bulan terakhir dimana inflasi Sumut mulai turun sejak Juni dan bahkan sudah jauh lebih rendah di Agustus yang tinggal 0,42 persen.
Inflasi di Sumut sempat mencapai 1,02 persen, lalu di Juni dan Juli semakin melemah masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,78 persen serta 0,42 persen pada Agustus.
Dengan terjadinya deflasi di September, maka inflasi Sumut secara kumulatif posisi pada September mencapai 1,51 persen.
Wien mengaku, dengan sudah terjadi deflasi di September, maka BPS memperkirakan inflasi Sumut pada 2015 akan di bawah angka 2014 yang sebesar 8,17 persen.
Pengamat ekonomi Sumut Wahyu Ario Pratomo mengatakan, deflasi harus dipertahankan hingga akhir tahun.
Meski, kata dia, kemungkinan pada Desember akan mengalami inflasi akibat ada perayaan Natal dan tahun baru.
Inflasi yang tinggi, ujar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu, bisa semakin menghambat pertumbuhan ekonomi Sumut yang sudah melambat akibat banyak faktor seperti krisis global. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Menggembirakan di September, Sumut mengalami deflasi. Deflasi di September akibat semua daerah yang dijadikan IHK (Indeks Harga Konsumen) juga mengalami deflasi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Wien Kusdiatmono di Medan, Kamis.
Sibolga misalnya mengalami deflasi 1,85 persen, disusul Pematangsiantar 0,28 persen, Medan 0,70 persen dan Padangsidempuan 0,82 persen.
Deflasi di Medan antara lain dipicu penurunan harga cabai merah, daging ayam ras, bawang merah, udang, minyak goreng, kelapa dan angkutan udara.
"Diharapkan, deflasi masih akan berlanjut," katanya.
Wien menyebutkan, deflasi mulai terlihat dari beberapa bulan terakhir dimana inflasi Sumut mulai turun sejak Juni dan bahkan sudah jauh lebih rendah di Agustus yang tinggal 0,42 persen.
Inflasi di Sumut sempat mencapai 1,02 persen, lalu di Juni dan Juli semakin melemah masing-masing sebesar 0,84 persen dan 0,78 persen serta 0,42 persen pada Agustus.
Dengan terjadinya deflasi di September, maka inflasi Sumut secara kumulatif posisi pada September mencapai 1,51 persen.
Wien mengaku, dengan sudah terjadi deflasi di September, maka BPS memperkirakan inflasi Sumut pada 2015 akan di bawah angka 2014 yang sebesar 8,17 persen.
Pengamat ekonomi Sumut Wahyu Ario Pratomo mengatakan, deflasi harus dipertahankan hingga akhir tahun.
Meski, kata dia, kemungkinan pada Desember akan mengalami inflasi akibat ada perayaan Natal dan tahun baru.
Inflasi yang tinggi, ujar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu, bisa semakin menghambat pertumbuhan ekonomi Sumut yang sudah melambat akibat banyak faktor seperti krisis global. ***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015