Medan, 6/9 (Antara) - Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy mengatakan, bangsa Indonesia telah kehilangan empat "aset" sosial yang sangat dibutuhkan untuk menjadi negara besar.


"Keempatnya adalah kearifan bangsa, tetapi kini mulai hilang," kata Romahurmuziy di Medan, baru-baru ini, seusai melantik pengurus PPP Sumut.


Aset pertama milik bangsa Indonesia yang mulai hilang adalah kesetiakawanan dan solidaritas sosial yang semakin memudar dari kehidupan masyarakat.


Tanpa disadari, fenomena yang berkembang adalah munculnya masyarakat egois dan tidak menghiraukan kondisi sekitar selagi tidak mengganggu urusan pribadi.


"Prinsipnya, selagi tidak mengganggu, biarkan saja," katanya.


Selaku parpol Islam, PPP menyayangkan kondisi itu karena dinilai tidak sesuai dengan ajaran dalam Al Quran yang mengajarkan konsep "ta`awanu" yakni saling tolong menolong dalam kebaikan.


Aset kedua bangsa Indonesia yang hilang adalah kesabaran sehingga muncul fenomena masyarakat yang terlalu mudah menyalahkan orang lain.


Kondisi itu berlanjut dalam kehidupan berpolitik sehingga situasi yang kurang menguntungkan selalu disikapi dengan tuntutan agar pembuat kebijakan yang sedang berkuasa untuk turun dari jabatan.


"Setiap ada sedikit kegagalan (pemerintah), selalu diselesaikan dengan tuntutan untuk diturunkan," kata Romahurmuziy.


Seluruh elemen bangsa harus mampu bersabar menantikan proses dari berbagai program yang sedang dijalankan pemerintah.


Kondisi yang sama juga dialami PPP yang sedang dihadapkan dengan masalah hukum yang belum selesai meski hampir berjalan setahun.


"Kita harus bersabar. Barangkali PPP sedang diuji untuk melompat lebih tinggi pada Pemilu 2019," katanya.


Aset lain yang hilang dari bangsa Indonesia adalah kesopanan yang ditandai dengan banyaknya komentar yang kurang layak terhadap orang lain, termasuk pemerintah.


Salah satu fenomena terhadap hilangnya kesopanan itu dapat dilihat dari perkembangan sosial media (sosmed) yang memudahkan seseorang untuk mengomentari orang lain, bahkan dengan cara yang menyakitkan.


Tanpa disadari, masyarakat mulai senang untuk menceritakan sesuatu yang buruk tentang orang, meski belum tentu benar.


"Dengan ada sosmed, seolah-olah kita bebas mengomentari orang lain," katanya.


Sedangkan aset lain yang juga hilang adalah sikap adil sehingga memunculkan kemiskinan dan ketimpangan sosial.


"Dalam Islam, sangat dilarang untuk berbuat tidak adil meski dengan alasan apa pun," ujar Romahurmuziy. ***2***


(T.I023/C/E001/E001) 06-09-2015 17:30:56

Pewarta: Irwan Arfa

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015