Balige, Sumut, (Antara) - Pemkab Toba Samosir (Tobasa) Sumatera Utara merencanakan pembentukan klinik-klinik pertanian yang dilengkapi laboratorium.
Minimal satu unit pada setiap Kecamatan, guna mengatasi ancaman serangan hama penggangu tanaman yang berpotensi menurunkan produksi pertanian di daerah tersebut, kata Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tobasa, Joni Hutajulu di Balige, Sabtu.
"Hama tanaman merupakan salah satu ancaman paling berat bagi para petani. Sebab, resiko akibat serangan hama sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian," ucapnya.
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, lanjutnya, telah menginstruksikan setiap Kabupaten membentuk Satgas atau regu pengendali hama, namun saat ini masih terkendala dengan ketersediaan anggaran.
Memang, lanjutnya, pembentukan Satgas atau regu pengendali hama membutuhkan anggaran cukup besar, namun dinilai belum mampu memberikan hasil maksimal, sehingga harus dibarengi klinik-klinik pertanian lengkap laboratorium.
Joni menjelaskan, program pembentukan klinik pertanian yang mereka gagas itu sudah disampaikan kepada Komisi C DPRD Tobasa, dengan harapan dapat direalisasikan secepatnya, karena dianggap sangat bermanfaat bagi para petani untuk mencapai program nasional meningkatkan produksi pertanian.
"Satgas akan dibentuk pada 16 Kecamatan di daerah ini, untuk memantau perkembangan hama pada setiap wilayah, kemudian memberikan penyuluhan kepada para petani tentang cara mengendalikannya," ujarnya.
Dalam mendukung tugasnya, tambah Joni, Satgas akan dilengkapi ketersediaan klinik pertanian berikut laboratorium yang memudahkan mereka melakukan penelitian dan cara pengendalian serangan hama serta penyakit tanaman.
Kabupaten Tobasa yang terletak di pinggir Danau Toba ini merupakan kawasan pertanian, dan hampir 90 persen penduduknya menggantungkan penghasilan dari sektor tersebut, sehingga dalam rangka meningkatkan produksi tidak cukup dengan pembenahan irigasi saja, namun dibutuhkan sebuah badan pengendalian hama.
Ia mengaku, saat ini sistem pengairan sawah di wilayah tersebut sudah cukup baik, apalagi dengan adanya bantuan sosial sekitar 30 miliar dari pemerintah pusat serta dana tersedia dari APBD Tobasa untuk perbaikan irigasi seluas 12.000 hektar yang ditangani langsung oleh kelompok tani.
"Yang menjadi kendala dalam program peningkatan produksi pertanian adalah hama. Kalau hama tak dikendalikan, produksi bisa hancur, sehingga program pengendalian hama sangat diperlukan saat ini," ujarnya.
Koordinator Pengamat Hama Penyakit Tanaman Pangan Kabupaten Tobasa dari Provinsi Sumut, Jasminto Siahaan menambahkan, serangan hama dan penyakit dari berbagai jenis bisa saja muncul tiba-tiba, sehingga perlu kesiap siagaan.
"Hama itu bisa muncul tiba-tiba, tidak dapat diprediksi kapan datangnya dan berasal dari jenis mana, sehingga perlu kesiapsiagaan. Sebab, jika tanaman sudah terserang, butuh penanganan ekstra untuk menyelamatkan produksi," ujarnya.
Menanggapi ancaman serangan hama penyakit tanaman di daerah tersebut, anggota DPRD Tobasa, Pagar Tua Siahan menyatakan dirinya sangat setuju dengan program pembentukan Satgas atau Tim Regu pengendali hama pertanian, agar produksi pertanian dapat semakin meningkat di wilayah itu.
"Kita sepakat dengan program tersebut, karena dianggap sangat penting dalam mengatasi kesulitan para petani. Setiap kegiatan yang menyangkut peningkatan kesejahteraan para petani, pasti kita dukung," katanya. ***3***
(T.KR-HIN/B/F.C. Kuen/F.C. Kuen) 18-04-2015 09:37:07
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
Minimal satu unit pada setiap Kecamatan, guna mengatasi ancaman serangan hama penggangu tanaman yang berpotensi menurunkan produksi pertanian di daerah tersebut, kata Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tobasa, Joni Hutajulu di Balige, Sabtu.
"Hama tanaman merupakan salah satu ancaman paling berat bagi para petani. Sebab, resiko akibat serangan hama sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian," ucapnya.
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, lanjutnya, telah menginstruksikan setiap Kabupaten membentuk Satgas atau regu pengendali hama, namun saat ini masih terkendala dengan ketersediaan anggaran.
Memang, lanjutnya, pembentukan Satgas atau regu pengendali hama membutuhkan anggaran cukup besar, namun dinilai belum mampu memberikan hasil maksimal, sehingga harus dibarengi klinik-klinik pertanian lengkap laboratorium.
Joni menjelaskan, program pembentukan klinik pertanian yang mereka gagas itu sudah disampaikan kepada Komisi C DPRD Tobasa, dengan harapan dapat direalisasikan secepatnya, karena dianggap sangat bermanfaat bagi para petani untuk mencapai program nasional meningkatkan produksi pertanian.
"Satgas akan dibentuk pada 16 Kecamatan di daerah ini, untuk memantau perkembangan hama pada setiap wilayah, kemudian memberikan penyuluhan kepada para petani tentang cara mengendalikannya," ujarnya.
Dalam mendukung tugasnya, tambah Joni, Satgas akan dilengkapi ketersediaan klinik pertanian berikut laboratorium yang memudahkan mereka melakukan penelitian dan cara pengendalian serangan hama serta penyakit tanaman.
Kabupaten Tobasa yang terletak di pinggir Danau Toba ini merupakan kawasan pertanian, dan hampir 90 persen penduduknya menggantungkan penghasilan dari sektor tersebut, sehingga dalam rangka meningkatkan produksi tidak cukup dengan pembenahan irigasi saja, namun dibutuhkan sebuah badan pengendalian hama.
Ia mengaku, saat ini sistem pengairan sawah di wilayah tersebut sudah cukup baik, apalagi dengan adanya bantuan sosial sekitar 30 miliar dari pemerintah pusat serta dana tersedia dari APBD Tobasa untuk perbaikan irigasi seluas 12.000 hektar yang ditangani langsung oleh kelompok tani.
"Yang menjadi kendala dalam program peningkatan produksi pertanian adalah hama. Kalau hama tak dikendalikan, produksi bisa hancur, sehingga program pengendalian hama sangat diperlukan saat ini," ujarnya.
Koordinator Pengamat Hama Penyakit Tanaman Pangan Kabupaten Tobasa dari Provinsi Sumut, Jasminto Siahaan menambahkan, serangan hama dan penyakit dari berbagai jenis bisa saja muncul tiba-tiba, sehingga perlu kesiap siagaan.
"Hama itu bisa muncul tiba-tiba, tidak dapat diprediksi kapan datangnya dan berasal dari jenis mana, sehingga perlu kesiapsiagaan. Sebab, jika tanaman sudah terserang, butuh penanganan ekstra untuk menyelamatkan produksi," ujarnya.
Menanggapi ancaman serangan hama penyakit tanaman di daerah tersebut, anggota DPRD Tobasa, Pagar Tua Siahan menyatakan dirinya sangat setuju dengan program pembentukan Satgas atau Tim Regu pengendali hama pertanian, agar produksi pertanian dapat semakin meningkat di wilayah itu.
"Kita sepakat dengan program tersebut, karena dianggap sangat penting dalam mengatasi kesulitan para petani. Setiap kegiatan yang menyangkut peningkatan kesejahteraan para petani, pasti kita dukung," katanya. ***3***
(T.KR-HIN/B/F.C. Kuen/F.C. Kuen) 18-04-2015 09:37:07
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015