Medan, 1/4 (Antara) - Kenaikan harga bahan bakar minyak akhir Maret belum berpengaruh ke Sumatera Utara, karena pada bulan itu daerah tersebut juga masih terus mengalami deflasi atau sebesar 0,002 persen.

"Sumut di Maret masih tetap deflasi, meski salah satu kota yang dijadikan IHK (indeks harga konsumen) yakni Pematangsiantar sudah inflasi 0,17 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Rabu.

Dengan masih deflasinya Sumut di Maret, maka secara kumulatif, daerah itu juga masih deflasi sebesar 1,72 persen.

Namun secara "year on year" inflasi di Sumut sudah sebesar 6,14 persen.

Masih terjadinya deflasi hingga Maret, kata dia, merupakan dampak dari sempat turunnya harga BBM yang berimbas pada masih tren stabil rendahnya harga berbagai barang.

Di Medan, misalnya, deflasi dipicu dari penurunan harga cabai merah sebesar 31,27 persen, daging ayam ras 7,36 persen dan ikan dencis 5,02 persen.

Wien Kusdiatmono mengakui, ada kekhawatiran terjadi inflasi di bulan berikut akibat naiknya lagi harga BBM di akhir Maret.

"Mudah-mudahan TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) di Sumut bisa menahan gejolak harga dampak kenaikan BBM itu sehingga inflasi tidak naik tinggi," katanya.

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, melihat adanya kebijakan pemerintah menaikan BBM, maka deflasi yang terjadi sepanjang triwulan 2015 diperkirakan sulit dipertahankan.

"Lihat saja, salah satu kota IHK yakni Siantar sudah inflasi," kata Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu.

Apalagi, selain harga BBM, harga gas elpiji juga naik di pasar sehingga mendorong biaya transportasi dan harga barang.

Menurut dia, Sumut perlu kerja keras untuk mencapai upaya menekan inflasi di 2015 yang jauh di bawah tahun 2014 sebesar 8,17 persen dari 2013 yang lebih tinggi atau 10,18 persen.***3***
(T.E016/B/Suparmono/Suparmono)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015