Medan, 14/10 (Antara) - Bank Indonesia menegaskan meski pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara melambat di semester I, tetapi angkanya masih di atas angka nasional yang 5,17 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Sumut di semester I sudah 5,54 persen," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Wilayah IX (Sumut-Aceh) Difi A Johansyah di Medan, Selasa.

Meski angka pertumbuhan ekonomi Sumut itu di bawah periode sama tahun lalu yang sudah 6,13 persen, daerah itu tetap masuk menjadi penentu pertumbuhan ekonomi nasional.

Secara nasional, pertumbuhan ekonomi Sumut berada pada peringkat ke tujuh dan untuk di Sumatera pada posisi ke dua.

Sepuluh provinsi yang memiliki kontribusi besar pada Produk Domestik Regional Bruto nasional antara lain DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Riau dan Sumut.

Menurut Difi, ada tiga sektor utama penggerak pertumbuhan ekonomi di Sumut yakni pertanian, industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran.

Dengan demikian, ke tiga sektor itu harus mendapat perhatian besar dan dukungan kuat dari Pemerintah.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Sumut yang melambat merupakan dampak krisis ekonomi yang masih dirasakan dimana antara lain membuat ekspor turun.

Kondisi itu bukan hanya terjadi di Sumut, tetapi juga secara nasional dan dlobal.

Adapun pertumbuhan ekonomi di semester I terjadi pada semua sektor ekonomi dengan tertinggi atau 8,16 persen di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Kemudian di susul sektor jasa-jasa 7,90 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran 6,42 persen serta sektor listrik, gas dan air bersih 6,17 persen.

Sementara industri pengolahan 5,67 persen, sektor bangunan 5,38 persen, pengangkutan dan komunikasi 4,72 persen dan pertambangan dan penggalian 4,08 persen.

Pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian yaitu 3,14 persen.

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo mengatakani, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumut dipengaruhi banyak faktor.

Mulai dari melambatnya ekonomi dunia hingga terutama akibat krisis utang Pemerintah di beberapa negara Uni Eropa yg menyebabkan ekspor Indonesia juga tumbuh melambat.

Sebaliknya, impor Indonesia tren meningkat terutama impor bahan bakar sehingga neraca pembayaran mengalami defisit yang akhirnya berdampak pada penurunan cadangan devisa .

Penyebab lainnya adalah karena suku bunga kredit yang masih tinggi dampak inflasi besaran di 2013 serta penyerapan belanja yang belum maksimal.

Melihat angka semester I yang rendah diyakini pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah prediksi Pemerintah yang sebesar enam persen.

"Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, maka salah satu langkah yang harus dilakukan Pemprov Sumut adalah terus menekan angka inflasi. ***2***
Biqwanto
(T.E016/B/B. Situmorang/B. Situmorang)

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014