Medan, (Antara) - Nilai ekspor Sumatera Utara (Sumut) pada Agustus 2014 mencapai 6,29 miliar dolar AS atau turun 0,15 persen dibanding periode yang sama 2013 menyusul penurunan volume dan harga berbagai komoditas di pasar internasional.
"Nilai ekspor Sumut pada Agustus turun 0,15 persen atau menjadi 6,287 milar dolar AS dari periode yang sama 2013 yang sebesar 6,30 miliar dolar AS," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark S Pardamean di Medan, Rabu.
Penurunan penerimaan devisa Sumut disebabkan pengaruh turunnya volume dan harga jual berbagai komoditas khususnya produk unggulan daerah itu yakni karet dan sawit.
Tahun ini, volume ekspor Sumut mengalami penurunan 3,45 persen atau menjadi 5.893.768 ton dari tahun lalu sebanyak 5.995.457 ton.
"Mudah-mudahan volume ekspor dan harga jual terdongkrak dalam beberapa bulan ke depan agar devisa Sumut tahun ini di atas angkan tahun lalu,"katanya.
Tahun lalu, devisa Sumut dari ekspor non migas mencapai 9,60 miliar dolar AS.
Dia menjelaskan penurunan terbesar devisa Sumut berasal dari golongan barang karet dan barang dari karet yang mencapai 28,31 persen atau menjadi 1,03 miliar dolar AS dari periode sama tahun lalu yang sempat mencapai 1,44 miliar dolar AS.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menyebutkan harga ekspor karet bahkan semakin rmelemah atau tinggal 1,38 dolar AS per kg untuk pengapalan November pada posisi 1 Oktober 2014
Harga ekspor yang sangat rendah itu bukan hanya meresahkan petani tetapi juga pengusaha pabrikan crumb rubber.
Dengan harga ekspor yang hanya sebesar itu yang menyebabkan harga di pabrikan tinggal sekitar Rp13.817-Rp14.817 per kg tentunya sangat menyulitkan petani dan pengusaha pabrikan karet.
Dia mengakui, kegelisahan harga karet bukan hanya dialami Indonesia tetapi negara produsen lain seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia.
"Makanya, negara produsen sedang berupaya melakukan berbagai cara untuk menaikkan harga jual di pasar internasional,"katanya.
Gapkindo sendiri sudah mengingatkan pengusaha anggotanya untuk berhati-hati menetapkan harga dalam kontrak dagang baru agar tidak semakin merugi.***2***
(T.E016/B/A. Salim/A. Salim)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"Nilai ekspor Sumut pada Agustus turun 0,15 persen atau menjadi 6,287 milar dolar AS dari periode yang sama 2013 yang sebesar 6,30 miliar dolar AS," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark S Pardamean di Medan, Rabu.
Penurunan penerimaan devisa Sumut disebabkan pengaruh turunnya volume dan harga jual berbagai komoditas khususnya produk unggulan daerah itu yakni karet dan sawit.
Tahun ini, volume ekspor Sumut mengalami penurunan 3,45 persen atau menjadi 5.893.768 ton dari tahun lalu sebanyak 5.995.457 ton.
"Mudah-mudahan volume ekspor dan harga jual terdongkrak dalam beberapa bulan ke depan agar devisa Sumut tahun ini di atas angkan tahun lalu,"katanya.
Tahun lalu, devisa Sumut dari ekspor non migas mencapai 9,60 miliar dolar AS.
Dia menjelaskan penurunan terbesar devisa Sumut berasal dari golongan barang karet dan barang dari karet yang mencapai 28,31 persen atau menjadi 1,03 miliar dolar AS dari periode sama tahun lalu yang sempat mencapai 1,44 miliar dolar AS.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menyebutkan harga ekspor karet bahkan semakin rmelemah atau tinggal 1,38 dolar AS per kg untuk pengapalan November pada posisi 1 Oktober 2014
Harga ekspor yang sangat rendah itu bukan hanya meresahkan petani tetapi juga pengusaha pabrikan crumb rubber.
Dengan harga ekspor yang hanya sebesar itu yang menyebabkan harga di pabrikan tinggal sekitar Rp13.817-Rp14.817 per kg tentunya sangat menyulitkan petani dan pengusaha pabrikan karet.
Dia mengakui, kegelisahan harga karet bukan hanya dialami Indonesia tetapi negara produsen lain seperti Vietnam, Thailand dan Malaysia.
"Makanya, negara produsen sedang berupaya melakukan berbagai cara untuk menaikkan harga jual di pasar internasional,"katanya.
Gapkindo sendiri sudah mengingatkan pengusaha anggotanya untuk berhati-hati menetapkan harga dalam kontrak dagang baru agar tidak semakin merugi.***2***
(T.E016/B/A. Salim/A. Salim)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014