leh:Evalisa Siregar
Medan, 29/8 (Antara) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia meminta Pemerintah bisa menekan kenaikan bunga kredit perbankan untuk tidak semakin membebani pengusaha dan petani yang sudah berat akibat harga yang masih anjlok.
"Keputusan bank sentral AS (Amerika Serikat) yakni The Federal Reserve System menaikkan tingkat bunga dikhawatirkan akan berdampak pada kenaikan BI (Bank Indonesia) rate," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah di Medan, Jumat.
Kenaikan bunga kredit bank akan melemahkan komoditi ekspor khususnya karet yang dewasa ini harganya sedang terpuruk, katanya.
ia mengatakan bahwa harga ekspor karet Indonesia jenis SIR20, misalnya untuk pengapalan September, tinggal 1,644 dolar AS per kg dan turun lagi menjadi 1,638 dolar AS per kg di Oktober.
Akibatnya, harga bahan olah karet (bokar) hanya sekitar Rp14.804 hingga Rp16.804 per kg, jelasnya.
Menurut dia, dengan harga seperti sekarang saja, pengusaha dan petani sudah kewalahan, bagaimana kalau nanti bunga bank bertambah besar.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan bunga bank yang sebesar 13 persen dinilai sudah sangat besar dan menyusahkan pengusaha.
"Bunga kredit perbankan di Indonesia memang relatif lebih tinggi dari negara lain dan itu menjadi salah satu yang membuat daya saing produk dalam negeri menjadi rendah," katanya.
Menurut dia, kalaupun tidak bisa diturunkan, setidaknya harus ada kompensasi bagi petani dan pengusaha agar perekonomian nasional bisa tumbuh.
"Apalagi memasuki era Komunitas ASEAN karena persaingan perdagangan semakin ketat," tambahnya. ***2***
(T.E016/B/Farochah/Farochah)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Medan, 29/8 (Antara) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia meminta Pemerintah bisa menekan kenaikan bunga kredit perbankan untuk tidak semakin membebani pengusaha dan petani yang sudah berat akibat harga yang masih anjlok.
"Keputusan bank sentral AS (Amerika Serikat) yakni The Federal Reserve System menaikkan tingkat bunga dikhawatirkan akan berdampak pada kenaikan BI (Bank Indonesia) rate," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah di Medan, Jumat.
Kenaikan bunga kredit bank akan melemahkan komoditi ekspor khususnya karet yang dewasa ini harganya sedang terpuruk, katanya.
ia mengatakan bahwa harga ekspor karet Indonesia jenis SIR20, misalnya untuk pengapalan September, tinggal 1,644 dolar AS per kg dan turun lagi menjadi 1,638 dolar AS per kg di Oktober.
Akibatnya, harga bahan olah karet (bokar) hanya sekitar Rp14.804 hingga Rp16.804 per kg, jelasnya.
Menurut dia, dengan harga seperti sekarang saja, pengusaha dan petani sudah kewalahan, bagaimana kalau nanti bunga bank bertambah besar.
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo, menyebutkan bunga bank yang sebesar 13 persen dinilai sudah sangat besar dan menyusahkan pengusaha.
"Bunga kredit perbankan di Indonesia memang relatif lebih tinggi dari negara lain dan itu menjadi salah satu yang membuat daya saing produk dalam negeri menjadi rendah," katanya.
Menurut dia, kalaupun tidak bisa diturunkan, setidaknya harus ada kompensasi bagi petani dan pengusaha agar perekonomian nasional bisa tumbuh.
"Apalagi memasuki era Komunitas ASEAN karena persaingan perdagangan semakin ketat," tambahnya. ***2***
(T.E016/B/Farochah/Farochah)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014