Denpasar, 5/7 (Antara) - Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Dr I Gusti Ayu Srinatih, SST, MSI menilai, masyarakat Bali, khususnya Kabupaten Badung, memiliki peran besar dalam menciptakan permainan anak-anak "dolanan" sebagai ekspresi budaya bernilai seni.
"Unsur seni yang dipadukan dengan pendidikan seperti permainan 'mebarong-barongan' yakni belajar memainkan tarian barong dapat diajarkan kepada anak-anak sebagai penguatan jadi diri," kata Dr Ayu Srinatih di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, dolanan permainan anak-anak yang diangkat dari kearifan lokal Bali yakni menyanyi dan menari untuk bersenang-senang sepenuhnya berkat peranserta masyarakat dalam mewujudkan karya seni.
Dalam garapan yang unik dan menarik itu terlihat adanya ideologi akulturatif yakni ideologi yang bersumber dari nilai-nilai tradisi dan ideologi yang bersumber dari nilai-nilai modern.
Hal itu tidak terlepas dari peranserta masyarakat sebagai agen "sosial kolektif" bertugas untuk membantu '"agen individu" yakni seniman pencipta untuk melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda dan orisinil yang mengandung keindahan.
Srinatih menambahkan, lembaga pendidikan seni baik dalam lingkup sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun lembaga pendidikan tinggi seni merupakan ruang pembelajaran.
Keterlibatan lembaga pendidikan tinggi seni dalam menciptakan kemajuan dan perkembangan seni, salah satunya dapat dibuktikan lewat penciptaan representasei "Dolanan Mebarong-barongan" yang ditampilkan duta seni Kabupaten Badung.
Srinatih menjelaskan, kreativitas seniman dan masyarakat itu sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali yang berupaya menciptakan pembangunan berbasis seni budaya yang strategis.
Pemprov Bali melalui Perda Nomor 7 tahun 1986 tentang Pesta Kesenian Bali (PKB) menciptakan program-program pengembangan seni budaya, salah satu di antaranya dengan cara menciptakan regulasi mengenai festival kesenian.
Hal itu bertujuan untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan seluruh potensi seni budaya lokal dengan memberikan ruang kepada seniman Bali agar mampu mengembangkan daya kreativitas seninya di tingkat lokal, nasional dan internasional, ujar Srinatih.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
"Unsur seni yang dipadukan dengan pendidikan seperti permainan 'mebarong-barongan' yakni belajar memainkan tarian barong dapat diajarkan kepada anak-anak sebagai penguatan jadi diri," kata Dr Ayu Srinatih di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, dolanan permainan anak-anak yang diangkat dari kearifan lokal Bali yakni menyanyi dan menari untuk bersenang-senang sepenuhnya berkat peranserta masyarakat dalam mewujudkan karya seni.
Dalam garapan yang unik dan menarik itu terlihat adanya ideologi akulturatif yakni ideologi yang bersumber dari nilai-nilai tradisi dan ideologi yang bersumber dari nilai-nilai modern.
Hal itu tidak terlepas dari peranserta masyarakat sebagai agen "sosial kolektif" bertugas untuk membantu '"agen individu" yakni seniman pencipta untuk melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda dan orisinil yang mengandung keindahan.
Srinatih menambahkan, lembaga pendidikan seni baik dalam lingkup sekolah menengah kejuruan (SMK) maupun lembaga pendidikan tinggi seni merupakan ruang pembelajaran.
Keterlibatan lembaga pendidikan tinggi seni dalam menciptakan kemajuan dan perkembangan seni, salah satunya dapat dibuktikan lewat penciptaan representasei "Dolanan Mebarong-barongan" yang ditampilkan duta seni Kabupaten Badung.
Srinatih menjelaskan, kreativitas seniman dan masyarakat itu sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali yang berupaya menciptakan pembangunan berbasis seni budaya yang strategis.
Pemprov Bali melalui Perda Nomor 7 tahun 1986 tentang Pesta Kesenian Bali (PKB) menciptakan program-program pengembangan seni budaya, salah satu di antaranya dengan cara menciptakan regulasi mengenai festival kesenian.
Hal itu bertujuan untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan seluruh potensi seni budaya lokal dengan memberikan ruang kepada seniman Bali agar mampu mengembangkan daya kreativitas seninya di tingkat lokal, nasional dan internasional, ujar Srinatih.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014