Oleh Aris Wasita Widiastuti
Semarang, 18/4 (Antara) - Batik Semarang dengan pewarna alami dari mangrove mulai kebanjiran order, ini karena jumlah peminat yang semakin banyak.
"Saat ini sudah banyak orang yang berhasil kami bina dan mereka mulai memproduksi sendiri batik berbahan pewarna alami dari mangrove," ujar pemilik usaha batik mangrove Zazilah di Semarang, Jumat.
Jika dulu hanya warga Kecamatan Gunungpati yang dibina untuk bisa membatik dengan bahan baku tanaman pesisir tersebut saat ini Zazilah dan sang suami sudah berhasil mengembangkan binaannya di tiga lokasi yaitu Tugurejo, Mangkang, dan Tambakrejo.
"Kalau saya sudah memiliki 10 pekerja yang juga merupakan hasil binaan sedangkan yang merintis sendiri jumlahnya sudah puluhan," jelasnya.
Menurutnya perlu inovasi untuk bisa mengembangkan batik jenis tersebut karena mangrove yang hanya menghasilkan warna coklat akan terlihat monoton jika tidak ditambah pewarna lain.
"Untuk itu perlu ada tambahan bahan lain, karena saya sengaja ingin semua warna dari alam jadi sekarang mulai mengembangkan warna biru yang bisa diperoleh dari tanaman indigo selain itu ada jelawe dan tegeran yang menghasilkan warna kuning," jelasnya.
Dalam satu bulan dirinya bersama para pekerja bisa menghasilkan 30-40 lembar kain batik mangrove cap dan 10 lembar batik tulis, menurutnya jumlah tersebut tidak bisa memenuhi permintaan pasar yang terus melonjak.
Zazilah tidak hanya menerima pesanan dari dalam kota melainkan sudah sampai kota-kota besar lain di antaranya Jakarta dan Bandung.
"Kami sampai harus kejar-kejaran dengan pembeli, minimal dalam satu bulan jumlah pesanan bisa sampai 100 lembar," katanya.
Oleh karena itu pihaknya ingin terus mengembangkan batik mangrove ini salah satunya dengan lebih banyak membina masyarakat Semarang. Harga satu lembar kain bisa mencapai Rp5 juta, di mana bisa dijadikan sebagai pilihan usaha yang berlaba besar.
Untuk di Kecamatan Gunungpati sendiri sudah ada 10 kelurahan yang berhasil dibina, Zazilah berharap pada tahun ini seluruh kelurahan di Gunungpati bisa dijadikan sentra pembuatan batik mangrove. (KR-AWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Semarang, 18/4 (Antara) - Batik Semarang dengan pewarna alami dari mangrove mulai kebanjiran order, ini karena jumlah peminat yang semakin banyak.
"Saat ini sudah banyak orang yang berhasil kami bina dan mereka mulai memproduksi sendiri batik berbahan pewarna alami dari mangrove," ujar pemilik usaha batik mangrove Zazilah di Semarang, Jumat.
Jika dulu hanya warga Kecamatan Gunungpati yang dibina untuk bisa membatik dengan bahan baku tanaman pesisir tersebut saat ini Zazilah dan sang suami sudah berhasil mengembangkan binaannya di tiga lokasi yaitu Tugurejo, Mangkang, dan Tambakrejo.
"Kalau saya sudah memiliki 10 pekerja yang juga merupakan hasil binaan sedangkan yang merintis sendiri jumlahnya sudah puluhan," jelasnya.
Menurutnya perlu inovasi untuk bisa mengembangkan batik jenis tersebut karena mangrove yang hanya menghasilkan warna coklat akan terlihat monoton jika tidak ditambah pewarna lain.
"Untuk itu perlu ada tambahan bahan lain, karena saya sengaja ingin semua warna dari alam jadi sekarang mulai mengembangkan warna biru yang bisa diperoleh dari tanaman indigo selain itu ada jelawe dan tegeran yang menghasilkan warna kuning," jelasnya.
Dalam satu bulan dirinya bersama para pekerja bisa menghasilkan 30-40 lembar kain batik mangrove cap dan 10 lembar batik tulis, menurutnya jumlah tersebut tidak bisa memenuhi permintaan pasar yang terus melonjak.
Zazilah tidak hanya menerima pesanan dari dalam kota melainkan sudah sampai kota-kota besar lain di antaranya Jakarta dan Bandung.
"Kami sampai harus kejar-kejaran dengan pembeli, minimal dalam satu bulan jumlah pesanan bisa sampai 100 lembar," katanya.
Oleh karena itu pihaknya ingin terus mengembangkan batik mangrove ini salah satunya dengan lebih banyak membina masyarakat Semarang. Harga satu lembar kain bisa mencapai Rp5 juta, di mana bisa dijadikan sebagai pilihan usaha yang berlaba besar.
Untuk di Kecamatan Gunungpati sendiri sudah ada 10 kelurahan yang berhasil dibina, Zazilah berharap pada tahun ini seluruh kelurahan di Gunungpati bisa dijadikan sentra pembuatan batik mangrove. (KR-AWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014