Oleh Evalisa Siregar
Medan, 7/3 (Antara) - Harga jual crude palm oil atau minyak sawit mentah yang tren melemah membuat devisa golongan lemak dan minyak hewan nabati Sumatera Utara pada Januari 2014 menurun 31,85 persen menjadi 265,250 juta dolar AS.
"Penurunan nilai ekspor CPO yang cukup besar sangat memengaruhi perolehan devisa, karena golongan barang itu merupakan komoditas utama ekspor daerah ini," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang di Medan, Jumat.
Pada Januari 2013, nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati Sumut masih bisa mencapai 389,192 juta dolar AS, sementara pada periiode sama 2014 tinggal 265,250 juta dolar AS.
Penurunan devisa golongan barang itu karena harga jual CPO yang tren melemah dampak masih dirasakannya krisis global di berbagai negara.
"Kalau devisa dari CPO terus turun seperti pada Januari lalu, maka itu ancaman besar bagi nilai ekspor Sumut secara keseluruhan tahun ini," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Stattistik (BPS), kata dia, pada Januari 2014, nilai ekspor Sumut turun 15,03 persen atau menjadi 720,114 juta dolar AS dari 847,453 juta dolar AS pada Januari 2013.
Ancaman penurunan devisa semakin besar karena nilai ekspor karet sebagai andalan lainnya juga turun.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, menyebutkan, penurunan harga CPO diduga bersifat sementara karena tahun ini produksi diperhitungkan tidak mengalami lonjakan berarti.
"Memang harga ekspor akan berfluktuasi karena pengaruh krisis global, tetapi diperkirakan secara rata-rata harga ekspor bisa di atas 900-an dolar AS per metrik ton atau di atas harga tahun 2013,"katanya. (E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014
Medan, 7/3 (Antara) - Harga jual crude palm oil atau minyak sawit mentah yang tren melemah membuat devisa golongan lemak dan minyak hewan nabati Sumatera Utara pada Januari 2014 menurun 31,85 persen menjadi 265,250 juta dolar AS.
"Penurunan nilai ekspor CPO yang cukup besar sangat memengaruhi perolehan devisa, karena golongan barang itu merupakan komoditas utama ekspor daerah ini," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang di Medan, Jumat.
Pada Januari 2013, nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati Sumut masih bisa mencapai 389,192 juta dolar AS, sementara pada periiode sama 2014 tinggal 265,250 juta dolar AS.
Penurunan devisa golongan barang itu karena harga jual CPO yang tren melemah dampak masih dirasakannya krisis global di berbagai negara.
"Kalau devisa dari CPO terus turun seperti pada Januari lalu, maka itu ancaman besar bagi nilai ekspor Sumut secara keseluruhan tahun ini," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Stattistik (BPS), kata dia, pada Januari 2014, nilai ekspor Sumut turun 15,03 persen atau menjadi 720,114 juta dolar AS dari 847,453 juta dolar AS pada Januari 2013.
Ancaman penurunan devisa semakin besar karena nilai ekspor karet sebagai andalan lainnya juga turun.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, menyebutkan, penurunan harga CPO diduga bersifat sementara karena tahun ini produksi diperhitungkan tidak mengalami lonjakan berarti.
"Memang harga ekspor akan berfluktuasi karena pengaruh krisis global, tetapi diperkirakan secara rata-rata harga ekspor bisa di atas 900-an dolar AS per metrik ton atau di atas harga tahun 2013,"katanya. (E016)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2014