Medan, 12/12 (Antara) - Aksi demo ratusan pedagang buku bekas di depan Kantor Wali Kota Medan, Kamis mengakibatkan kemacetan yang cukup panjang di Jalan Raden Saleh Medan.
Pantauan di lapangan, pengendara roda dua dan empat yang melintas di Jalan Raden Saleh atau yang tepatnya berada dio depan Kantor Wali Kota Medan harus melambatkan laju kendaraannya akibat menyempitnya arus lalu lintas akibat demo tersebut.
Petugas kepolisian terpaksa bekerja keras mengatur arus lalu lintas agar kemacetan tidak semakin parah.
Sebagian pengendara terpaksa yang berniat melalui Jalan Raden Saleh, terpaksa diarahkan lewat ke arah Jalan Imam Bonjol, agar sedikit mengurai kemacetan.
Ratusan pedagang buku bekas yang tergabung dalam Front Rakyat Bersatu menggelar aksi demo menolak relokasi ke Jalan Pegadaian oleh Pemerintah Kota
Medan karena lokasi yang baru dinilai tidak nyaman untuk berdagang.
I Saragih salah seorang pedagang buku bekas dalam orasinya mengatakan Pemkot Medan mengorbankan pedagang buku yang jelas-jelas mencari kehidupan dan penghidupannya di sisi timur Lapangan Merdeka tersebut.
Pedagang buku bekas sisi timur Lapangan Merdeka bukan tanpa alasan menolak pemindahan ke Jalan Pegadaian.
Selain lokasi yang tidak layak, tidak nyaman, juga jelas-jelas melanggar peraturan tentang kawasan jalur hijau, Perwal dan undang-undang perkeretaapian karena berada tepat disamping rel kereta api dan berada di atas trotoar jalan.
Pihaknya juga mengecam tindakan Pemkot Medan lewat dukungan DPRD Medan yang secara arogan dan sewenang-wenang melanggar berbagai peraturan perundang-undangan dalam usaha merelokasi pedagang buku bekas Lapangan Merdeka.
"Kami mengutuk tindakan diskriminasi yang dilakukan Pemkot Medan terhadap pedagang buku bekas di Lapangan Merdeka dengan melakukan penggusuran secara sepihak," katanya.
Ia mengatakan, pemaksaan terhadap relokasi kepada pedagang buku di Lapangan
Merdeka Medan adalah tindakan diskriminatif.
Dengan demikian, Pemkot Medan sama artinya dengan mengorbankan pedagang buku yang jelas-jelas mencari kehidupan dan penghidupannya di lokasi tersebut.
"Seharusnya Pemkot Medan melakukan revitalisasi, bukan malah menggusur kami.
Padahal kami sangat menggantungkan hidup dengan berjualan buku di Lapangan Merdeka Medan itu," katanya.***2***
Riza Fahriza
(T.KR-JRD/B/R. Fahriza/R. Fahriza)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
Pantauan di lapangan, pengendara roda dua dan empat yang melintas di Jalan Raden Saleh atau yang tepatnya berada dio depan Kantor Wali Kota Medan harus melambatkan laju kendaraannya akibat menyempitnya arus lalu lintas akibat demo tersebut.
Petugas kepolisian terpaksa bekerja keras mengatur arus lalu lintas agar kemacetan tidak semakin parah.
Sebagian pengendara terpaksa yang berniat melalui Jalan Raden Saleh, terpaksa diarahkan lewat ke arah Jalan Imam Bonjol, agar sedikit mengurai kemacetan.
Ratusan pedagang buku bekas yang tergabung dalam Front Rakyat Bersatu menggelar aksi demo menolak relokasi ke Jalan Pegadaian oleh Pemerintah Kota
Medan karena lokasi yang baru dinilai tidak nyaman untuk berdagang.
I Saragih salah seorang pedagang buku bekas dalam orasinya mengatakan Pemkot Medan mengorbankan pedagang buku yang jelas-jelas mencari kehidupan dan penghidupannya di sisi timur Lapangan Merdeka tersebut.
Pedagang buku bekas sisi timur Lapangan Merdeka bukan tanpa alasan menolak pemindahan ke Jalan Pegadaian.
Selain lokasi yang tidak layak, tidak nyaman, juga jelas-jelas melanggar peraturan tentang kawasan jalur hijau, Perwal dan undang-undang perkeretaapian karena berada tepat disamping rel kereta api dan berada di atas trotoar jalan.
Pihaknya juga mengecam tindakan Pemkot Medan lewat dukungan DPRD Medan yang secara arogan dan sewenang-wenang melanggar berbagai peraturan perundang-undangan dalam usaha merelokasi pedagang buku bekas Lapangan Merdeka.
"Kami mengutuk tindakan diskriminasi yang dilakukan Pemkot Medan terhadap pedagang buku bekas di Lapangan Merdeka dengan melakukan penggusuran secara sepihak," katanya.
Ia mengatakan, pemaksaan terhadap relokasi kepada pedagang buku di Lapangan
Merdeka Medan adalah tindakan diskriminatif.
Dengan demikian, Pemkot Medan sama artinya dengan mengorbankan pedagang buku yang jelas-jelas mencari kehidupan dan penghidupannya di lokasi tersebut.
"Seharusnya Pemkot Medan melakukan revitalisasi, bukan malah menggusur kami.
Padahal kami sangat menggantungkan hidup dengan berjualan buku di Lapangan Merdeka Medan itu," katanya.***2***
Riza Fahriza
(T.KR-JRD/B/R. Fahriza/R. Fahriza)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013