Jakarta, 10/9 (Antara) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Selasa pagi, dijadwalkan menerima bintang papan atas Hollywood Harrison Ford dan timnya yang akan melakukan wawancara dengan Kepala Negara.

Harrison Ford yang dikenal melalui sejumlah film "box office" dunia, antara lain Indiana Jones, Star Wars, dan Air Force One, itu tengah berada di Indonesia bersama timnya untuk melakukan pengambilan gambar film dokumenter mengenai perubahan iklim sekalipun tidak ada konfirmasi apakah wawancara dengan Presiden Yudhoyono akan menjadi bagian dalam film tersebut.

Film yang disebut-sebut akan berjudul "Years of Living Dangerously" itu dilaporkan sejumlah media merupakan produksi bersama antara James Cameron dan Arnold Schwarzenegger yang dijadwalkan tayang perdana pada April 2014.

Rencana Ford untuk bertemu Presiden Yudhoyono telah dilaporkan sejumlah media di Indonesia beberapa waktu terakhir dan dikonfirmasi dalam agenda sementara Presiden Yudhoyono pada Selasa pagi yang dikeluarkan oleh pihak Istana Presiden.

Sebelumnya pada Senin (2/9) bintang berusia 71 tahun itu terlihat melakukan pengambilan gambar di sebuah kedai kopi di kawasan Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

Ford yang Senin malam itu mengenakan kemeja biru dan celana hitam melakukan wawancara dengan Ketua Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto.

Kemunculan Ford yang tidak diduga sebelumnya tersebut sempat memicu keterkejutan beberapa pengunjung kedai kopi, yang beberapa di antaranya kemudian mencoba meminta foto bersama.

Seusai melakukan wawancara dengan Kuntoro, Ford kemudian melakukan perjalanan ke sejumlah hutan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dan Riau.
Sementara itu pada Senin (9/9), Ford bertemu dengan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan yang mengeluhkan sikap aktor Hollywood itu saat melakukan wawancara dengannya terkait proyek pembuatan film dokumenternya di Indonesia.

Menurut Zulkifli, ia mencoba menjelaskan kepada Ford bahwa penanganan kerusakan hutan di Indonesia ini bertahap.

Kebijakan untuk menindak perambah tidak lagi dengan kekerasan, tapi dengan kesejahteraan seperti menyediakan lahan untuk usaha agar para perambah tidak lagi merambah hutan.

Namun, kata Zulkifli, tidak mudah menjelaskan hal itu kepada Ford. Ia juga mengaku tidak diberikan kesempatan untuk berdiskusi terlebih dahulu dengan Ford sebelum pengambilan gambar.

"Waktunya terbatas untuk menjelaskan saya hanya diberi kesempatan bicara satu-dua kalimat. Harusnya sebelum wawancara tadi, berdiskusi dulu, walaupun beda pengertian tapi bisa saling memahami. Tadi, saya langsung di-'make up' dan 'acting' diwawancara," kata Menhut. (G003)

Pewarta: GNC Aryani

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013