Bener Meriah, Aceh, 7/7 (Antara) - Meskipun musibah gempa sudah berlalu enam hari, namun puluhan ribu warga di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh masih dirundung kesedihan, karena mereka hingga kini masih berada di lokasi pengungsian.

Akibat gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter yang berpusat di Kabupaten Bener Meriah pada Selasa (2/7), saat ini pengungsi di di dua kabupaten itu telah mencapai angka 48.563 jiwa.

Selain itu, korban meninggal dunia menjadi 39 orang yang tersebar di Aceh Tengah 30 orang dan Bener Meriah sembilan orang, luka berat mencapai 180 orang.

Musibah tersebut meninggalkan keprihatinan, karena belasan ribu rumah warga rusak parah, sedang dan ringan, sehingga ada yang tidak bisa ditempati lagi.

Berdasarkan data dari Posko Terpadu Bencana Aceh Tengah dan Bener Meriah tercatat 16.019 unit rumah rusak parah, sedang dan ringan.

Dari jumlah tersebut yang paling banyak terdapat di Aceh Tengah yakni 13.862 unit yang terdiri atas 5.516 unit rusak berat, 3.061 rusak sedang, dan 5.596 unit rusak ringan.

Kemudian di Kabupaten Bener Meriah 2.257 unit yang terdiri atas 662 unit rusak berat, 311 unit rusak sedang dan 1.184 unit rusak ringan.

Gempa turut melumpuhkan 77 unit kerja pemerintah, 48 di antaranya rusak berat, merusak 195 unit sarana kesehatan (RSU, Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes, serta rumah dinas dokter dan paramedis), begitu pula dengan kerusakan 292 sarana pendidikan TK/SD/SMP/SMA sederajat (158 rusak berat dan 134 rusak sedang).

Sarana ibadah juga tidak luput dari dampak yang ditimbulkan, dari data terakhir 131 unit masjid/mushala mengalami kerusakan, 36 unit di antaranya rusak berat.

Mengingat jumlah rumah yang rusak cukup besar, maka tidak berlebihan bila masyarakat korban di Tanah "Gayo" itu berharap agar pemerintah bisa membantu rumah, karena tempat tinggal mereka sudah tidak bisa dihuni lagi.

"Kami berharap kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Selasa (9/7) bisa melihat langsung kondisi rumah warga yang rusak dan diharapkan bisa membantu," kata sejumlah warga yang ditemui di lokasi bencana di Kecamatan ketol, Aceh Tengah, Minggu.

Seriwadi, warga Desa Bah, Kecamatan Ketol menyatakan, yang diharapkan warga hanya tempat tinggal, karena rata-rata rumah warga rusak parah dan tidak bisa ditempati lagi.

Hal yang sama juga dikemukakan, Jauhari (35) dan Mastani (38), warga Desa Genting Bulen, Kecamatan Ketol. Mereka sangat berharap agar pemerintah bisa membantu rumah dan pemberdayaan ekonomi.

Rumah Jauhari dan Mastani sama-sama rusak parah, sehingga tidak bisa ditempati lagi. "Selama ini kami tidur di tenda di depan rumah," katanya.

Jauhari juga mengharapkan agar pemerintah membantu dana untuk memperbaiki mesin kilang gula merah yang rusak akibat gempa.

Dikatakan, akibat gempa peralatan kilang gula merah rusak, sehingga tidak bisa operasi lagi.

Kilang gula merupakan mata pencaharian warga di Kecamatan Ketol, maka setelah musibah gempa tidak beroperasi lagi, karena dapur dan peralatan lainnya rusak, katanya.

Oleh karenanya, ia berharap pemerintah atau pihak lainnya bisa membantu ekonomi masyarakat Kecamatan Ketol.

Sahbudin, warga Desa Buter Balik, Kecamatan Kute Panang, Aceh Tengah, mengutarakan harapannya agar Presiden mau membantu pembangunan kembali rumahnya yang ambruk.

Penuturan warga lainnya juga tidak jauh berbeda. Rehan warga Blang Mancung, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, mengatakan bahwa bencana besar yang telah terjadi harus mendapat perhatian dari Presiden.

"Kami warga di sini kebanyakan adalah masyarakat ekonomi lemah, jadi harus dibantu, banyak diantara kami yang tidak mampu untuk membangun kembali rumah," katanya.

Menjelang Ramadhan 1434-H, warga di lokasi bencana dipastikan tidak dapat melakukan aktivitas ibadah seperti biasanya.

Perhatian pemerintah untuk dapat segera membangun kembali sarana-sarana ibadah juga menjadi harapan sebahagian besar warga.

Mustawalat, warga Takengon, Aceh Tengah, mengatakan, kepedulian pemerintah akan kebutuhan masyarakat di masa darurat bencana harus segera direalisasikan.

Dikatakannya sarana umum seperti MCK dan air bersih harus mencukupi agar kesehatan masyarakat korban gempa tidak semakin terpuruk.

Tinjau korban



Presiden Yudhoyono yang seyogianya berkunjung ke Tanah Gayo pada Senin (8/7), ditunda menjadi Selasa (9/7).

Informasi itu diunggah di akun jejaring sosial Twitter Presiden Yudhoyono, @SBYudhoyono, Minggu, bersama dengan foto Presiden yang mengenakan kemeja batik lengan panjang berwarna hijau gelap sedang mempelajari laporan gempa Aceh.

"Presiden SBY pelajari laporan gempa Aceh. Pada tanggal 9 Juli 2013, beliau akan tinjau pusat bencana di Kabupaten Bener Meriah," menurut informasi yang diunggah tim staf khusus Presiden.

"Memang benar, kedatangan Presiden diundur hingga Selasa. Kami tidak tahu pengunduran ini. Tapi jadwal kunjungannya tidak berubah," kata Komandan Posko Terpadu Kolonel (Inf) Hifdizah.
Ia menyatakan, Presiden Yudhoyono dijadwalkan akan berdialog dengan korban gempa dan meninjau langsung lokasi bencana terparah di Kecamatan Ketol.

Dikatakan, Kepala Negara pada Selasa (8/7) bertolak dari Medan, Sumatera Utara, ke Bandara Malikussaleh, Kota Lhokseumawe, kemudian melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Ketol dengan helikopter.

Tiba di Kecamatan Ketol, Presiden Yudhoyono langsung meninjau lokasi bencana di Desa Blang Mancung dan Desa Serempah.

Kecamatan Ketol merupakan kawasan terparah akibat gempa, karena hampir 90 persen rumah penduduk rusak parah.

Selanjutnya, dua desa di kecamatan yang berada di lereng gunung, yakni Desa Bah dan Serempah, longsor yang mengakibatkan rumah dan belasan warga bersama tanah dan menutup sungai di bawahnya.

Di dua desa tersebut diperkirakan ada 12 orang yang tertimbun, dan enam orang sudah ditemukan, sedangkan enam lagi masih dalam pencarian.

Hipdizah yang juga Danrem 011/Lilawangsa itu menyatakan bahwa tim sukarelawan yang terdiri atas anggota TNI, Polri, SAR, dan Sentra Komunikasi Mitra Polri akan melanjutkan pencarian korban.

Untuk memudahkan pencarian, dikerahkan tiga alat berat. Selain itu, kata dia, penyaluran makanan dan kebutuhan lain berjalan lancar. Diharapkan selama masa tanggap darurat hingga 17 Juli 2013, persediaannya tetap lancar.

Gempa yang terjadi pukul 14.35 WIB itu mengakibatkan 39 orang meninggal dunia, yakni di Bener Meriah sembilan orang dan Aceh Tengah 30 orang, sedangkan luka berat 160 orang lebih.(H011)

Pewarta: Heru Dwi S

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013