Medan, 2/7 (Antara) - Penyakit-penyakit tidak menular, tetapi menjadi salah satu penyebab kematian terbesar manusia seperti diabetes, asam urat, kolestrol dan darah tinggi menjadi salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan SOM APEC di Medan.
"Penyakit-penyakit itu dibahas untuk menekan angka kematian, dimana salah satunya dengan penggunaan obat tradisional," kata Staf Ahli Menteri bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Kementerian Kesehatan Agus Purwadianto di Medan, Selasa.
Menurut dia para ekonom APEC menyadari bahayanya penyakit-penyakit tersebut meski bukan penyakit menular sehingga sama-sama menilai perlunya penangan serius sejalan dengan penanganan penyakit menular.
Penyakit diabetes misalnya, menimbulkan komplikasi yang banyak bagi penderitanya sehingga bisa menyebabkan kematian.
Dalam pertemuan itu, kata Agus, Indonesia, menyatakan bahwa obat tradisional untuk penyakit itu ada dan sudah banyak dikonsumsi masyarakat.
Tetapi seperti keinginan pemerintah mengintegrasikan pengobatan tradisional ke dalam sistim pelayanan kesehatan nasional, dimana antara lain melakukan penetapan standar layanan dan kompetensi, pembuatan obat-obatan itu masih memerlukan penelitian dan proses yang lebih dan termasuk penggunaan teknologi yang tepat.
"Misalnya obat tradisional untuk penyakit diabetes yang cenderung pahit harusnya bisa tidak pahit lagi,"katanya.
Pemukimam Sehat
Menurut Agus, sejalan dengan rencana dan upaya mengintegrasikan pengobatan tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan, maka sudah perlu dipikirkan bagaimana membuat "Mati Bermartabat Tidak Di ICU" tetapi bisa di pemukiman sehat atau "home care"
Kalau di ICU, pasien bukan hanya dikucilkan, tetapi keluarga juga terkucilkan dengan banyaknya larangan seperti pertemuan.
"Mengapa kalau bisa dirawat di 'home care" yang menggunakaan obat tradisional yang sudah berbasiskan riset dan penelitian ilmiah serta penggunaan teknolgi tepat, tidak dilakukan,"katanya.
Untuk itu, kata dia, dalam pertemuan Health Working Group Meetng di APEC SOM III di Medan itu, Indonesia mengajak perlunya peningkatan kerja sama penelitian, produksi maupun pemasaran.
Pemerintah Indonesia sendiri dewasa ini sedang dan terus melakukan peningkatan riset di bidang obat tradisional itu yang tentunya melibatkan berbagai kementerian seperti Kesehatan dan Pendidikan dan Kebudayaan serta Riset dan Teknlogi.
Pemerintah juga tidak meragukan kemampuan produsen memproduksi obat-obatan tradisional itu, apalagi sebenarnya potensi tanaman obat di Indonesia cukup banyak mencapai ribuan, meski yang memiliki khasiat berdasarkan riset masih sekitar 800an jenis.
***3***
Zita Meirina
(T.E016/B/Z. Meirina/Z. Meirina)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Penyakit-penyakit itu dibahas untuk menekan angka kematian, dimana salah satunya dengan penggunaan obat tradisional," kata Staf Ahli Menteri bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi, Kementerian Kesehatan Agus Purwadianto di Medan, Selasa.
Menurut dia para ekonom APEC menyadari bahayanya penyakit-penyakit tersebut meski bukan penyakit menular sehingga sama-sama menilai perlunya penangan serius sejalan dengan penanganan penyakit menular.
Penyakit diabetes misalnya, menimbulkan komplikasi yang banyak bagi penderitanya sehingga bisa menyebabkan kematian.
Dalam pertemuan itu, kata Agus, Indonesia, menyatakan bahwa obat tradisional untuk penyakit itu ada dan sudah banyak dikonsumsi masyarakat.
Tetapi seperti keinginan pemerintah mengintegrasikan pengobatan tradisional ke dalam sistim pelayanan kesehatan nasional, dimana antara lain melakukan penetapan standar layanan dan kompetensi, pembuatan obat-obatan itu masih memerlukan penelitian dan proses yang lebih dan termasuk penggunaan teknologi yang tepat.
"Misalnya obat tradisional untuk penyakit diabetes yang cenderung pahit harusnya bisa tidak pahit lagi,"katanya.
Pemukimam Sehat
Menurut Agus, sejalan dengan rencana dan upaya mengintegrasikan pengobatan tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan, maka sudah perlu dipikirkan bagaimana membuat "Mati Bermartabat Tidak Di ICU" tetapi bisa di pemukiman sehat atau "home care"
Kalau di ICU, pasien bukan hanya dikucilkan, tetapi keluarga juga terkucilkan dengan banyaknya larangan seperti pertemuan.
"Mengapa kalau bisa dirawat di 'home care" yang menggunakaan obat tradisional yang sudah berbasiskan riset dan penelitian ilmiah serta penggunaan teknolgi tepat, tidak dilakukan,"katanya.
Untuk itu, kata dia, dalam pertemuan Health Working Group Meetng di APEC SOM III di Medan itu, Indonesia mengajak perlunya peningkatan kerja sama penelitian, produksi maupun pemasaran.
Pemerintah Indonesia sendiri dewasa ini sedang dan terus melakukan peningkatan riset di bidang obat tradisional itu yang tentunya melibatkan berbagai kementerian seperti Kesehatan dan Pendidikan dan Kebudayaan serta Riset dan Teknlogi.
Pemerintah juga tidak meragukan kemampuan produsen memproduksi obat-obatan tradisional itu, apalagi sebenarnya potensi tanaman obat di Indonesia cukup banyak mencapai ribuan, meski yang memiliki khasiat berdasarkan riset masih sekitar 800an jenis.
***3***
Zita Meirina
(T.E016/B/Z. Meirina/Z. Meirina)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013