Medan, 10/4 (Antara) - Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Sumut, Khairul Mahalli menyebutkan, biaya logistik di daerah itu masih cukup tinggi atau mencapai 25 persen dari ongkos produksi.
"Benar, biaya logistik cukup mahal di Indonesia. Di Sumut misalnya, biaya logistik mencapai 25 persen dari ongkos produksi, padahal seharusnya maksimal hanya 15 persen," katanya ketika dihubungi melalu telepon selularnya dari Medan, Rabu.
Mahalli berada di Jakarta mengikuti Lokakarya Logistik "Tantangan dan Peluang Logistik Indonesia Menghadapi Pasar Global" di Jakarta, Rabu yang dibuka Menteri Perdagangani Gita Wirjawan.
Menurut dia, tingginya biaya logistik di Sumut disebabkan kurang memadainya infrastruktur dan termasuk suprastruktur.
"Kalau jalan dari sentra produksi rusak parah termasuk jalan lintas menuju pabrik atau pelabuhan, tentunya biaya transportasinya semakin mahal dan itu tentunya diperhitungkan dalam tambahan biaya produksi," katanya.
Belum lagi kalau industri terpaksa menggunakan mesin genset karena PLN tidak bisa memenuhi kebutuhan listrik seperti dewasa ini.
"Biaya logsitik semakin mahal karena suprastruktur yakni berbagai peraturan yang tidak atau belum mendukung sehingga mejadi beban biaya bagi pengusaha produsen, importir dan eksportir," katanya.
Dia berharap dengan lokakarya tentang logistik itu, semua pemangku kepentingan khususnya pemerintah bisa menekan biaya logistik itu menyusul akan masuknya era Komunitas ASEAN pada 2015.
Kalau biaya logistik di dalam negeri tidak bisa ditekan tentunya pasar nasional dibanjiri produk serupa dari negara lain, dan sebaliknya pengusaha semakin sulit bersaing dalam mengekspor.
Mengutip pernyataan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, Mahalli menyebutkan, biaya logistik Indonesia sekitar 24,6 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB).
Padahal biaya logistik negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Singapura, dan negara-negara Eropa hanya berkisar delapan hingga 11 persen.
Mendag mengakui, biaya logistik di Indonesia sudah menurun, namun tetap tinggi dibandingkan negeara lain.
"Menteri mengakui masih perlu waktu dan kesabaran untuk menurunkan biaya logsitik karena pembangunan infrastruktur memerlukan waktu khususnya terkait pendanaan," katanya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik( BPS) Sumut, Hajizi mengatakan ekspor Sumut secara volume masih tren menguat, namun nilainya melemah 0,65 ersen.
Ekspor selama awal 2013 mencapai 1,656 miliar dolar AS atau di bawah realisasi periode sama 2012 yang sudah 1,667 miliar dolar AS.
"Meski melemah, nilai ekspor Sumut maish surplus dibandingkan impor yang masih sebesar 841,627 juta dolar AS," katanya. ***3***
Biqwanto
(T.E016/B/B. Situmorang/B. Situmorang)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013
"Benar, biaya logistik cukup mahal di Indonesia. Di Sumut misalnya, biaya logistik mencapai 25 persen dari ongkos produksi, padahal seharusnya maksimal hanya 15 persen," katanya ketika dihubungi melalu telepon selularnya dari Medan, Rabu.
Mahalli berada di Jakarta mengikuti Lokakarya Logistik "Tantangan dan Peluang Logistik Indonesia Menghadapi Pasar Global" di Jakarta, Rabu yang dibuka Menteri Perdagangani Gita Wirjawan.
Menurut dia, tingginya biaya logistik di Sumut disebabkan kurang memadainya infrastruktur dan termasuk suprastruktur.
"Kalau jalan dari sentra produksi rusak parah termasuk jalan lintas menuju pabrik atau pelabuhan, tentunya biaya transportasinya semakin mahal dan itu tentunya diperhitungkan dalam tambahan biaya produksi," katanya.
Belum lagi kalau industri terpaksa menggunakan mesin genset karena PLN tidak bisa memenuhi kebutuhan listrik seperti dewasa ini.
"Biaya logsitik semakin mahal karena suprastruktur yakni berbagai peraturan yang tidak atau belum mendukung sehingga mejadi beban biaya bagi pengusaha produsen, importir dan eksportir," katanya.
Dia berharap dengan lokakarya tentang logistik itu, semua pemangku kepentingan khususnya pemerintah bisa menekan biaya logistik itu menyusul akan masuknya era Komunitas ASEAN pada 2015.
Kalau biaya logistik di dalam negeri tidak bisa ditekan tentunya pasar nasional dibanjiri produk serupa dari negara lain, dan sebaliknya pengusaha semakin sulit bersaing dalam mengekspor.
Mengutip pernyataan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, Mahalli menyebutkan, biaya logistik Indonesia sekitar 24,6 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB).
Padahal biaya logistik negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Singapura, dan negara-negara Eropa hanya berkisar delapan hingga 11 persen.
Mendag mengakui, biaya logistik di Indonesia sudah menurun, namun tetap tinggi dibandingkan negeara lain.
"Menteri mengakui masih perlu waktu dan kesabaran untuk menurunkan biaya logsitik karena pembangunan infrastruktur memerlukan waktu khususnya terkait pendanaan," katanya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik( BPS) Sumut, Hajizi mengatakan ekspor Sumut secara volume masih tren menguat, namun nilainya melemah 0,65 ersen.
Ekspor selama awal 2013 mencapai 1,656 miliar dolar AS atau di bawah realisasi periode sama 2012 yang sudah 1,667 miliar dolar AS.
"Meski melemah, nilai ekspor Sumut maish surplus dibandingkan impor yang masih sebesar 841,627 juta dolar AS," katanya. ***3***
Biqwanto
(T.E016/B/B. Situmorang/B. Situmorang)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013