Medan (ANTARA) - PT Pegadaian Kantor Wilayah (Kanwil) I Medan yang meliputi dua provinsi di Pulau Sumatera, yakni Sumatera Utara dan Aceh memiliki 50 kantor cabang dan 282 outlet (unit), siap melayani kebutuhan permodalan usaha bagi UMKM, pelaku usaha hingga masyarakat.
Holding dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mendukung perluasan layanan PT Pegadaian hingga pelosok tanah air melalui Co-Location.
"Untuk di Kanwil I Medan, sinergi Co-Location antara BRI, Pegadaian dan PNM, telah dibuka sebanyak 50 unit Co-Location yang tersebar di wilayah Rantauprapat, Pulau Nias dan Kota Medan," ungkap Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Kanwil 1 Medan, Arief Rinardi Sunardi usai media gathering di Medan, Selasa (6/11).
Menurutnya, perluasan Co-Location telah mendorong pertumbuhan Out Standing Loan (OSL) atau saldo uang pinjaman yang disalurkan Pegadaian.
"Dalam tiga tahun terakhir ini, kinerja OSL pada seluruh produk yang dimiliki Pegadaian untuk Kanwil I Medan tercatat bertumbuh. Pada Desember 2021, OSL dibukukan senilai Rp3,6 triliun lebih, dan realiasasi OSL hingga Oktober 2022 tercatat Rp4 triliun lebih," beber Arief.
Didampingi Kepala Audit Intern, Yonri Glen Maboy; Deputi Operasional, I Ketut Suarnawa; Deputi Bisnis Area Banda Aceh, Anwar Hidayat; Deputy Bisnis Area Medan 1, Anhar Nasution; Deputi Bisnis Area Medan 2, Dwi Hadi Atmaka; Deputy Bisnis Area Rantauprapat, Dede Kurniawan, Kepala Departemen Bisnis Support Rinaldi Lubis, Kepala Bagian Humas dan Protokoler Gopher Manurung; Pemimpin Wilayah PT Pegadaian Kanwil I Medan optimis realiasasi OSL hingga akhir tahun 2022 akan terus bertumbuh.
Bicara soal omset yang dicapai PT Pegadaian Kanwil I Medan, Arief Rinardi Sunardi, mengungkapkan, hingga November 2022, omset yang telah dicapai mencapai lebih kurang Rp11,4 triliun. "Kontribusi produk-produk Pegadaian cukup tinggi yang mendorong pertumbuhan omset Pegadaian Medan di kisaran 400 miliar rupiah dengan jumlah nasabah sebanyak 455 ribu sepanjang tahun 2022," ucap Arief Rinardi Sunardi.
Arief Rinardi Sunardi menilai, di tengah persaingan industri keuangan dan non keuangan di era digitalisasi, Pegadaian masih menyakini akan mampu meraup nasabah sebanyak mungkin. "Peluang untuk meraih nasabah masih terbuka lebar bagi Pegadaian, mengingat masih tingginya loyalitas dan kesetiaan masyarakat memanfaatkan layanan Pegadaian yang hadir sejak tahun 1901 di Indonesia," ujar Arief Rinardi Sunardi.
Kendati demikian, Arief Rinardi Sunardi juga mengakui, masih ada juga nasabah yang belum mengenal produk-produk Pegadaian khususnya bagi generasi milenial, sehingga menjadi tantangan bagi Pegadaian untuk terus berinovasi dan bertransformasi merambah era digitalisasi. "Dan, transaksi Pegadaian sudah dapat dilakukan secara online (digital) melalui aplikasi Pegadaian Digital Service atau PDS melalui Android dan IOS," sebutnya.
Arief Rinardi Sunardi menerangkan, pola pikir masyarakat mengenal Pegadaian masih pada konteks butuh uang, bawa barang dan gadai. "Pola pikir itu yang masih tertanam pada masyarakat bicara soal Pegadaian. Padahal, Pegadaian memiliki 21 produk mulai dari produk gadai dan produk non gadai," cetusnya.
Produk Gadai yang dimiliki Pegadaian adalah KCA (Kredit Cepat Aman); Cicilan Emas; Arrum Haji; dan lainnya. Produk Non Gadai meliputi produk fidusia, seperti cicilan kendaraan bermotor (Amanah); gadai BPKB; gadai sertifikat tanah; dan lainnya.
"Tak hanya itu saja, Pegadaian juga memiliki produk investasi, seperti cicilan emas yang dapat menjadi pilihan masyarakat untuk berinvestasi masa depan; ada juga Tabungan Emas juga sangat diminati kaum milenial karena sudah berbasis digital karena dapat menabung emas mulai dari 10 ribu rupiah," jelasnya.
Arief Rinardi Sunardi menambahkan, produk terbaru yang dimiliki PT Pegadaian pada tahun ini (2022) adalah KUR Syariah. "Pegadaian KUR Syariah merupakan fasilitas pendanaan murah berbasis syariah yang diberikan oleh PT Pegadaian kepada nasabah yang memiliki usaha produktif untuk digunakan sebagai dana pengembangan usahanya, tanpa agunan. Ingat, KUR Syariah ini tanpa agunan," ulasnya.