Baghdad (Antaranews Sumut) - Kebanyakan anak Irak menjadi sasaran kekeasan dan pelecahan, dan "kebanyakan anak tidak menerima bantuan pemerintah", kata UNICEF dalam satu studi menyeluruh yang dilakukan selama tujuh tahun belakangan ini.
"Bahkan dengan merosotnya pertempuran baru-baru ini (melawan kelompok Da'esh), 80 persen dari seluruh anak terpajan kekerasan, baik di dalam rumah maupun di sekolah," kata Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.
Menurut temuan studi tersebut, kurangnya pendidikan menengah bertambah parah, dan kurang dari sepertiga anak-anak dari keluarga miskin lulus sekolah menengah dibandingkan dengan sebanyak tiga-perempat dari keluarga yang lebih kaya.
"Keperluan pendidikan anak-anak di Irak sangat luas: separuh dari seluruh sekolah umum di negeri tersebut memerlukan perbaikan dan satu dari tiga sekolah beroperasi dengan banyak giliran, sehingga mengekang waktu belajar anak-anak," kata laporan UNICEF.
Sebagai survei menyeluruh pertama mengenai kesejahteraan anak-anak Irak yang dilakukan oleh UNICEF dalam tujuh tahun, laporan itu menuding konflik dan ketidak-setaraan sebagai penyebab berlanjutnya penderitaan anak-anak Irak.
Cuma lebih separuh anak dari keluarga miskin menyelesaikan pendidikan dasar mereka, sementara jurang pemisah bertambah lebar pada sekolah menengah atas --tempat kurang dari seperempat anak miskin lulus, kata laporan tersebut.
"Data itu adalah petunjuk paling jelas bahwa anak-anak yang paling rentan di Irak adalah kelompok yang paling mungkin untuk tertinggal," kata Peter Hawkins, wakil UNICEF di Irak, yang dikutip Xinhua.
"Perolehan yang sulit dicapai guna mengakhiri konflik di Irak dan peralihan ke masa depan yang stabil bisa hilang tanpa penanaman modal tambahan buat semua anak agar bisa mencapai potensi penuh mereka," tambah Hawkins.
Selain itu, hanya empat dari 10 anak sepenuhnya divaksinasi, dan sebagian anak yang paling miskin kehilangan kesempatan mereka, kata laporan tersebut.
Namun, Irak telah membuat kemajuan besar pada masalah kematian bayi yang baru dilahirkan dan anak-anak, termasuk berkurangnya jumlah anak yang meninggal pada bulan pertama kelahiran mereka dari 20 kematian per 1.000 bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidu jadi 14 sejak survei terakhir dilakukan pada 2011, kata laporan itu. Survei tersebut dilakukan di bawah pengawasan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi.
UNICEF mendesak Pemerintah Irak agar "menanam modal pada layanan yang secara langsung menguntungkan anak-anak yang terpengaruh oleh konflik dan kemiskinan serta bekerja ke arah diakhirinya semua bentuk kekerasan terhadap anak-anak".
Irak saat ini mengupayakan dukungan untuk membangun kembali negeri tersebut, setelah konflik tiga-tahun, yang memporak-porandakan-- melawan Da'esh berakhir pada penghujung tahun lalu.
Unicef :80 persen anak menderita akibat kekerasan
Selasa, 20 November 2018 9:53 WIB 1373