Langkat, Sumut, 2/9 (Antara) - Perajin sapu lidi di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, mengirimkan hasil produksi mereka untuk tujuan ekpor ke negara Pakistan, termasuk juga Malaysia dan Singapura.
"Kita kirim sapu lidi ini tujuannya ke berbagai negara yang membutuhkan," kata salah seorang perajin sapu lidi di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai, Marliah, di Hinai Rabu.
Bila kita berkunjung ke desa ini maka kita akan temukan dihalaman rumah warga terdapat batang-batang sapu lidi yang sedang dijemur.
Konon usaha sapu lidi disini merupakan usaha yang turun temurun, namuns ejak enam tahun lalu, sejumlah perajin sapu lidi ini mulai mendapatkan agen untuk menjual sapu lidi ke luar negeri.
Salah satunya keluarga Marliah ini, dimana meruapakan agen pengumpul terbesar untuk sapu lidi.
"Kita menampung sapu lidi dari berbagai tempat yang ada di Kabupaten Langkat ini, baru nanti kita kirimkan ke negara pemesan seperti Pakistan, Malaysia, Singapura," katanya.
Sapu lidi yang diekspor ini merupakan sapu lidi yang berasal dari limbah pelepah daun kelapa sawit, sambungnya.
Sapu lidi ini telah dikumpulkan oleh agen pengumpul, kita beli, kemudian dijemur hingga benar-benar kering dibawah terik matahari.
Setelah itu, dikumpulkan lalu diikat dengan tujuan ekspor, untuk negara Singapura, bentuk sapu harus kecil-kecil seberat 0,5 kilogram, kemudian dengan ring lalu dikemas dalam karung ukuran 25 kilogram.
Untuk sapu loidi tujuan Malaysia dan pakistan, sapu diikat dengan tali plastik dalam ikatan ukuran berat satu kilogram, kemudian dikemas dalam karung ukuran 50 kilogram, katanya.
Biasanya mereka membeli dari agen pengumpul ini seharga Rp700 per kilogram sapu lidi basah.
Setelah dikeringkan dan dikemas untuk ekspor harganya kini mencapai 200 dolar per ton.
Usaha yang digelutinya ini sedikitnya mengirimkan sapu lidi satu kontainer setiap minggunya dengan kapasitas 25 ton sapu lidi.
"Namun sekarang ini meski dolar naik, namun usahanya ini agak sepi permintaan, dimana sebelum dolar naik ianya mampu mengekspor dua kontainer per minggunya," katanya.
Marliah juga berharap agar Pemerintah daerah bisa membantu mencari pembeli dari negara lain, agar sapu lidi ini bisa semakin berkembang lagi.
"Ke negara Malaysia, Pakistan, Singapura, biasanya sapu lidi ini dijadikan kebutuhan rumah tangga hingga hotel berbintang, karena mereka lebih suka menggunakan sapu lidi dari bahan alami dari pada sapu buatan pabrik," katanya. ***3***