Rantau Prapat, 6/12 (Antarasumut) - Aktvitas penambangan pasir dan kerikil di sekitar daerah aliran Sungai (DAS) Bilah Kota Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu selama beberapa hari terakhir terhenti karena terkendala banjir.
"Sudah empat hari kami tidak bisa mengambil pasir karena ketinggian air di permukaan Sungai Bilah hinga saat ini masih mencapai sekitar lima meter," kata Amar, penambang pasir, di bantaran Sungai Bilah Rantau Prapat, Jumat.
Disebutkannya, kenaikan air di permukaan sungai yang membelah sebagian Rantau Prapat itu juga mengakibatkan kondisi air menjadi keruh dan bercampur sampah.
Kondisi tersebut mengakibatkan puluhan Kepala Keluarga (KK) yang selama ini mengandalkan sumber mata pencarian dari menambang pasir di sungai itu tidak dapat bekerja seperti biasa.
Menurut Amar, pada saat ketinggian air Sungai Bilah relatif normal, para penambang mampu mengumpulkan batu kerikil hingga 12 meter dengan harga jual sekitar Rp1.200.000.
Selama tidak menambang pasir dan kerikil, kata Amar, para penambang umumnya menghabiskan waktu luang mereka dengan memancing ikan di sungai tersebut dan memperbaiki perahu yang biasa dipakai untuk menambang.
"Untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok, ada juga kepala keluarga penambang pasir yang mengumpulkan kayu gelondongan yang hanyut terbawa arus di Sungai Bilah," ujarnya.
Sementara itu, petugas pintu air di Sungai Bilah, Ramlan, mengatakan bahwa ketinggian air di Sungai Bilah sejak beberapa hari terakhir mengalami kenaikan hingga sekitar 3,5 meter dari posisi normal.
"Tadi pagi, ketinggian air berada di posisi empat meter. Jika mengamati kondisi cuaca hari ini, kemungkinan ketinggian air bertambah," katanya. (JG)
Usaha Penambangan di Rantau Prapat Terkendala Banjir
Jumat, 6 Desember 2013 19:00 WIB 2701