Medan, 21/3 (Antara) - Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan (Pussis Unimed) Dr phill Ichwan Azhari meminta Pemerintah Kota Medan melanjutkan penelitian tentang Situs Kota Cina di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan.

"Tim dari Prancis, Pusat Arkeolog Nasional, Balai Arkeologi Medan dan Pussis Unimed mengakhiri penelitian di situs itu hari ini dan untuk selanjutnya kami berharap Pemkot Medan melanjutkan penelitian di sini untuk dapat mengungkap jejak kebesaran yang pernah ada di situs ini," katanya di Medan, Kamis.

Tim arkeolog dari Prancis, Pusat Arkeolog Nasional, Balai Arkeologi Medan dan Pussis Unimed selama dua pekan menggali situs tersebut dan menemukan berbagai jejak peninggalan yang diperkirakan sisa-sisa abad ke-12.

Salah satu temuan yang dinilai cukup penting yakni struktur bangunan suci yang diperkirakan candi. Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa kawasan situs tersebut merupakan kota perdagangan internasional abad 12-16.

Ia mengatakan kawasan tersebut pertama kali ditemukan oleh tentara Belanda pada tahun 1918 dan melihat ribuan pecahan keramik buatan Cina yang berserakan. Ketika ditemukan pertama kali, kawasan tersebut kosong atau tidak berpenghuni.

Dari banyaknya keramik asal Cina yang berserakan, diduga kawasan tersebut dulunya adalah sebuah kota. Karena banyak temuan keramik asal Cina, maka kemudian kawasan tersebut disebut dengan Kota Cina.

Sampai saat ini nama asli kota itu belum diketahui secara pasti. Lalu pada tahun 1970-an, seorang arkeolog dari Inggris yakni Edward McKinnon melakukan penggalian pertama kali, tidak jauh dari galian dimana saat ini ditemukan struktur bangunan suci.

Dari hasil penggalian yang dilakukan Edward MCKinnon, ditemukan tiga Candi Siwa yang diperkirakan dari abad ke-12.

Setelah itu dari kawasan ini juga banyak ditemukan arca dengan berbagai bentuk dan ukuran. Namun dari sekian banyak hanya satu yang masih utuh sedangkan lainnya sudah tidak lengkap lagi.

Kuat dugaan hal itu terjadi akibat kota itu dulu pernah diserang. Meski demikian sampai saat ini tidak satu pun prasasti yang ditemukan dari kawasan tersebut.

"Akibatnya sampai sekarang tidak diketahui siapa raja yang memimpin kota tersebut kala itu, termasuk apa nama kerajaannya. Itu sebabnya ini penelitian yang sangat menantang. Apalagi dunia internasional telah memetakan kawasan ini sebagai salah satu situs penting dunia, namun kita sekarang berpacu dengan waktu karena tempat ini dihuni begitu banyak penduduk," katanya.

Selanjutnya Ichwan menjelaskan, di bangunan baru yang sudah diteliti dan di gali, diyakini di bawahnya berupa candi. Dari hasil penggalian yang telah dilakukan, tim peneliti menemukan ada bagian stuktur bata yang diperkirakan bukan rumah penduduk biasa melainkan bangunan melainkan bangunan suci.

"Ke mana arah dari bangunan itu belum diketahui. Tim dari Prancis, Pusat Arkeolog Nasional, Balai Arkeologi Medan dan Pussis dari Unimed mengakhiri penelitiannya dan kawasan itu ditutup. Karena itu, kami berharap Balai Arkeologi Medan atau Pemkot Medan melanjutkan penelitian tersebut," harapnya.***4***
(T.KR-JRD/B/A.J.S. Bie/B/A.J.S. Bie)

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013