Medan, 26/1 (ANTARA) - Perajin tempe di Medan berharap pemerintah bisa menekan harga kedelai impor yang sudah naik pekan lalu atau menjadi Rp7.350,00--Rp7.400,00 per kilogram dari sebelumnya Rp7.050,00--Rp7.100,00/kg.

"Perajin mulai khawatir akan ada kenaikan harga kedelai impor lagi karena pedagang mengaku harga impor dari AS naik menyusul gangguan panen," kata perajin tempe di Medan, Budisudarno, di Medan, Sabtu.

Sebelumnya, pedagang mengaku kenaikan harga kedelai hingga Rp300,00/kg itu dipicu kenaikan nilai tukar dolar AS atas rupiah yang mendorong harga impor relatif mahal.

"Memang, kalaupun naik lagi, perajin mau bilang apa karena toh usaha harus tetap dijalankan sehingga harga berapa pun kedelai tetap saja dibeli," katanya.

Akan tetapi, pemerintah hendaknya mampu menolong dengan menekan harga impor karena naiknya harga kedelai menggangu bisnis perajin dengan melemahnya daya beli konsumen kalau harga tempe dinaikkan.

Dia mengakui bahwa perajin tempe dan tahu di Sumut sangat tergantung dengan kedelai impor.

"Nggak tahu kenapa, kalau menggunakan kedelai lokal, hasil tempenya kurang bagus ketimbang menggunakan produk impor," katanya.

Budisudarno menyebutkan bahwa harga kedelai sebesar Rp7.350,00--Rp7.400,00/kg itu semakin jauh dari harga normal pada tahun 2011 yang berkisar Rp5.500,00--Rp6.500,00/kg.

Melihat harga jual yang sudah jauh dari harga normal pada tahun 2011, diyakini harga kedelai tidak bisa lagi kembali ke harga semula.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Sumut, Parlindungan Purba, mengatakan bahwa DPD RI akan meminta Kementerian Pertanian dan Perdagangan mencarikan solusi terkait dengan kian naiknya harga kedelai impor itu.

Menurut dia, kedelai juga merupakan bahan pangan sehingga wajar mendapat perhatian serius.

Kementeran Pertanian diharapkan bisa mengembangkan luas areal atau produksi kedelai itu dengan berbagai cara.

"Kalau memungkinkan, Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan maupun Perindustrian bisa memberi bantuan berupa subsidi harga kedelai bagi perajin tempe/tahu seperti yang pernah dilakukan," katanya.

Dia menegaskan bahwa produksi kedelai Sumut yang pada angka ramalan II 2012 diperkirakan semakin turun jauh di bawah angka 2011 atau hanya 5.923 ton harus diatasi.

"Pada tahun 2011, produksi sudah bisa mencapai 11.426 ton dari 2010 yang sebanyak 9.439 ton tidak bisa dipertahankan atau ditambah pada tahun 2012 dan 2013. Malah berkurang pula lagi," katanya. ***3*** (T.E016/B/D007/D007) 26-01-2013 18:17:44

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2013